SANCAnews – Direktur
Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Universitas Andalas, Feri Amsari menilai surat
permintaan sumbangan untuk penerbitan buku yang ditanda tangani Gubernur
Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi salah satu upaya pemerasan ke pelaku usaha. Feri
meminta Mahyeldi berhati-hati dalam bertindak.
"Surat
yang secara resmi ditandatangani dan menggunakan kop gubernur untuk digunakan
pihak-pihak tertentu untuk meminta sumbangan pada seluruh pelaku usaha, adalah
upaya tidak sehat dalam prinsip administrasi. Apalagi ini diketahui
sumber-sumber pemasukan yang tidak jelas," kata Feri kepada detik.com,
Sabtu (21/8/2021).
Feri pun
menilai surat meminta sumbangan itu adalah bentuk pemerasan. "Pada titik
tertentu, saya melihat ini adalah upaya untuk memeras pelaku usaha, yang
berkaitan dengan program-program gubernur," kata dia.
Feri
mengingatkan Mahyeldi harus hati-hati dalam melakukan tindakan. Dia meminta
Mahyeldi atau pejabat negara lainnya memperhatikan prinsip UU Administrasi
Pemerintahan.
"Satu
harus berdasar kewenangan, kedua tidak boleh mencampur adukkan kewenangan, dan
ketiga tidak boleh sewenang-wenang. Ini harus diingat, tidak semua pelaku usaha
memiliki kemampuan untuk memberikan donasi atau sumbangan tertentu. Apalagi hal
ini menggunakan kop surat dari pemerintahan. Bukan tidak mungkin mereka
terintimidas, karena hal ini tidak ada patokan hukumnya," jelasnya.
"Mestinya
gubernur Sumatra Barat harus benar-benar berhati-hati, tidak menggunakan
cara-cara yang menurut saya melegalisasi premanisme yang jauh dari prinsip
penyelenggara negara yang bersih dari KKN," lanjutnya.
Kasus ini
mencuat setelah polisi mengamankan lima orang, yang belakangan dilepaskan,
terkait surat permintaan sumbangan dengan tanda tangan Mahyeldi. Polisi awalnya
menduga lima orang yang membawa surat itu melakukan penipuan.
Penangkapan
itu dilakukan pada Jumat (13/8) lalu. Kelima orang yang diamankan tersebut
adalah D (46), DS (51), DM (36), MR (50), dan A (36).
Dari hasil
pemeriksaan, kelimanya mendatangi para pengusaha, kampus, dan pihak-pihak lain
bermodalkan surat berlogo Gubernur Sumatera Barat dan bertanda tangan Mahyeldi.
Kelimanya disebut telah mengumpulkan uang Rp 170 juta.
Surat itu
sendiri berisi permintaan sumbangan untuk penerbitan buku Profil 'Sumatera
Barat Provinsi Madani, Unggul dan Berkelanjutan'. Polisi kemudian mengungkap
kalau duit dari sumbangan itu masuk ke rekening pribadi, tanpa menyebut siapa
pemilik rekening itu.
"Uang
dikirim ke rekening pribadi. Itu yang menimbulkan kecurigaan, sehingga ada
pihak yang melaporkan kepada kami. Lagi pula mereka membawa surat berlogo
Gubernur, tapi bukan ASN atau tenaga honorer di pemda. Berbekal surat itulah
mereka mendatangi para pengusaha, kampus dan pihak-pihak lainnya untuk mencari
uang," kata Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Rico Fernanda kepada
wartawan, Jumat (20/8).
Gubernur
Sumbar, Mahyeldi, belum memberi penjelasan soal surat itu. Ketika ditanya
wartawan terkait kabar surat ini, dia mengelak dan memilih menjelaskan soal
mobil dinas barunya yang telah diserahkan ke Satgas COVID-19.
Kemendagri Cek Keaslian Surat
Direktur
Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal ZA mengatakan
pihaknya akan mengecek terkait surat itu. Pengecekan itu termasuk soal
keterangan polisi yang menyebut dana terkumpul dari surat sumbangan itu masuk
ke rekening pribadi.
"Kami
cek dulu," ujar Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan
Kemendagri, Safrizal ZA, kepada wartawan Jumat (20/8). []