SANCAnews – Surat yang diteken Gubernur
Sumatera Barat Mahyeldi meminta sumbangan untuk penerbitan buku beredar luas.
Ketua DPD Partai Demokrat (PD) Sumatera Barat, Mulyadi, meminta polisi
memeriksa Mahyeldi terkait surat meminta sumbangan itu.
"Polisi perlu memeriksa Gubernur (Mahyeldi), karena ada
tanda tangannya di sana. Selain itu, surat tersebut juga menggunakan kertas
kerja dan berstempel dinas gubernur," kata Mulyadi kepada wartawan, Kamis
(19/8/2021).
Menurut Mulyadi, polisi perlu menyelesaikan persoalan ini
secara tuntas. Jika memang naik ke tingkat penyidikan, kata Mulyadi, polisi
perlu melanjutkan, sehingga persoalan ini tidak berlanjut menjadi perbincangan
hangat.
"Gubernur harus di-BAP sebagai saksi. Di sana baru ada
kepastian hukum, apakah memang itu tanda tangan gubernur atau tidak. Penyidik
harus memeriksa gubernur untuk ini. Kalau ada unsur pelanggaran
perundang-undangan, harus ada yang bertanggungjawab," kata Mulyadi.
Mulyadi mengingatkan bahwa posisi gubernur adalah pejabat
publik, sehingga perlu berhati-hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu.
"Jadi pejabat harus berhati-hati. Saya baca lima orang
yang mengedarkan surat permintaan sumbangan itu sudah pernah melakukannya di
tahun 2016 dan 2018 saat Pak Gubernur masih menjadi Wali Kota. Ini sepertinya
pengulangan, karena dulu pernah sukses melakukan hal yang sama dan tidak ada
yang mempermasalahkan, sehingga dilakukan lagi," tambah Mulyadi.
Sekali lagi, Mulyadi meminta aparat bertindak tegas dengan
melakukan penyelidikan menyeluruh.
"Harus dilakukan penyelidikan secara menyeluruh,
sehingga jangan sampai yang terjadi di Padang dianggap sebagai hal lumrah dan
bisa dilakukan dimana saja," katanya lagi.
Jawaban Mahyeldi soal Heboh Surat Minta Sumbangan
Surat dengan tanda tangan Gubernur Sumbar Mahyeldi, yang
berisi permintaan sumbangan untuk penerbitan buku, beredar. Apa kata Mahyeldi
soal surat yang bikin heboh itu?
"Hari ini hanya soal mobil, hanya mobil saja," kata
Mahyeldi di Istana Gubernur, Kamis (19/8).
"Nanti, kita serahkan. Mobil dulu," sambungnya.
Awal Heboh Surat
Sebelumnya, polisi sempat menangkap lima orang karena membawa
surat permintaan sumbangan penerbitan buku yang diteken Mahyeldi. Polisi
mengatakan para peminta sumbangan itu mengaku telah memperoleh dana sekitar Rp
170 juta.
"Kita amankan dan dibawa ke Mapolresta untuk
diperiksa," kata Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Rico Fernanda kepada
wartawan, Kamis (19/8).
Penangkapan itu dilakukan pada Jumat (13/8) lalu. Mereka
awalnya ditangkap dengan sangkaan melakukan penipuan. Dari hasil pemeriksaan,
kelimanya mendatangi para pengusaha, kampus, dan pihak-pihak lain bermodalkan
surat berlogo Gubernur Sumatera Barat dan bertanda tangan Mahyeldi.
Surat itu bernomor 005/3984/V/Bappeda-2021 tertanggal 12 Mei
2021 tentang penerbitan profil dan potensi Provinsi Sumatera Barat.
"Diharapkan kesediaan saudara untuk dapat berpartisipasi
dan kontribusi dalam mensponsori penyusunan dan penerbitan buku tersebut,"
lanjut surat yang juga dibubuhi stempel resmi Gubernur Sumatera Barat.
Para pelaku juga membawa surat yang memiliki kop dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumbar. Dari pengakuan kelimanya, kata
Rico, mereka mengakui mendapat persetujuan dari Bappeda dan Gubernur Sumbar
Mahyeldi.
Setelah dicek, surat itu ternyata asli. Kelima orang tersebut
kemudian dilepaskan, "Kami tidak menahan kelima orang ini, karena kelima
orang ini mengakui bahwa surat itu adalah asli. Berasal dari Gubernur dan orang
kepercayaannya," kata Rico.
"Pekan ini kita akan panggil para pihak terkait seperti
Bappeda, Sekretariat Daerah, dan pihak Gubernur," sambung Rico. (detik)