Ketua Majelis Syuro PKS: Indonesia Sedang Dihadapkan pada Krisis Keteladanan
SANCAnews – Upacara Peringatan Hari
Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia turut digelar PKS di halaman kantor DPP
PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Selasa (17/8). Acara tersebut diikuti
seluruh jajaran pengurus pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting di
Indonesia.
Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Aljufri bertindak sebagai
inspektur upacara yang memberikan amanat dan pesan tentang krisis keteladanan
yang saat ini melanda republik.
Dalam amanatnya, Salim Segaf mengatakan bahwa wabah Covid-19
membuat seolah-olah upaya Indonesia dalam melunasi janji kemerdekaan menjadi
semakin jauh dan berat. Indonesia tampak seperti telah berlari jauh, tapi
nyatanya berjalan terengah-engah.
"Kita mengalami situasi penuh tekanan, yang membuat
sebagian orang frustasi dan pesimis. Tentu ini berbahaya apabila telah menjalar
dan menjadi gejala kolektif sebagai sebuah bangsa,” kata Salim.
Menurutnya, situasi serupa sebenarnya sudah dihadapi oleh
para pendiri bangsa. Mereka kemudian memberi bukti bahwa dengan sikap kenegarawanan
dan keteladanan, api perjuangan tetap menyala dan semakin berkobar-kobar, meski
dalam situasi yang paling buruk, gelap, dan pesimis sekalipun.
Sementara Indonesia hari ini sedang dihadapkan pada suasana
yang mengarah krisis keteladanan. Para pemimpin yang seharusnya bisa dijadikan
teladan, justru sibuk mengurus diri dan kelompok, serta membuat berbagai
tindakan kontroversial dan kontraproduktif.
“Tentu jika terus terjadi, kondisi ini sangat tidak kondusif
untuk mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia," jelas mantan Menteri
Sosial RI tersebut.
Salim menyebut, Indonesia membutuhkan hadirnya sikap
keberpihakan yang jelas kepada rakyat serta konsistensi kata dan perbuatan.
Jangan sampai mencederai kepercayaan rakyat dengan berbagai aksi kontroversial
dan kontraproduktif yang tidak mencerminkan sense of crisis.
"Di samping masalah inkonsistensi kebijakan, kita juga
menyaksikan gejala diskriminasi hukum, perlakuan istimewa kepada para koruptor
dengan memberikan keringanan hukuman, dan penyimpangan dalam pengelolaan
sumberdaya alam," ujar dia.
Salim mengingatkan jika bangsa ini membutuhkan kolaborasi,
bukan segregasi apalagi polarisasi. Jangan sekali-kali membenturkan identitas
sesama anak bangsa demi meraih kepentingan kekuasaan.
"Atas nama Pancasila, ada unsur-unsur kekuasaan yang
menstigma anak bangsa lainnya sebagai radikal dan anti NKRI. Tindakan-tindakan
adu domba dan pemecah belah bangsa ini adalah tindakan yang jelas tidak
Pancasilais dan tidak nasionalis," ujar dia.
Tak lupa, Salim Segaf mengajak seluruh bangsa Indonesia
mendoakan masyarakat Indonesia yang wafat akibat pandemi. Tercatat ada 117.588
warga yang wafat karena pandemi per 15 Agustus 2021. (rmol)