Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Diduga Gangguan Jiwa
SANCAnews – Toto Izul Fatah, peneliti senior
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila atau BPIP telah kehilangan arah yang akut dan cenderung mengidap
‘skizofrenia’.
Sejenis gangguan jiwa dalam proses berpikir terbelah yang
halusinatif dan paranoia. Dalam merespon isu-isu besar nasional.
Toto mengatakan hal ini di Jakarta, Sabtu 14 Agustus 2021.
Menanggapi lomba artikel BPIP dengan tema, “Hormat Bendera Menurut Hukum Islam
dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam”.
Tujuan lomba ini, kata Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP,
Benny Susetyo, untuk pemaknaan nilai-nilai keagamaan dalam memperkuat
kebangsaan.
Toto berpendapat, acara lomba yang digelar BPIP itu sama
sekali tak menggambarkan kecerdasan, sensitivitas, dan aktualitas. Tentang apa
yang seharusnya dilakukan lembaga negara tersebut.
Bahkan, lomba yang diadakannya justru berpotensi merusak
spirit Pancasila, yang seharusnya menjadi misi luhur BPIP.
Menurut Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi
LSI Denny JA, tema yang diusung dalam lomba tersebut terkesan sangat
dipaksakan.
Karena isu tentang Hormat Bendera Merah Putih dan Menyanyikan
Lagu Kebangsaan itu bukan isu mainstream umat dan bangsa saat ini. Kenapa?
Karena umat Islam sudah ‘clear’ dengan isu itu sejak lama.
“Mengangkat tema dengan isu tersebut sama saja dengan
mengusik ketenangan umat Islam yang sudah tak lagi mempersoalkan itu. Hukumnya
sudah jelas, kenapa masih harus dicari-cari lagi apa hukumnya dalam Islam. Ini
sama saja dengan tak percaya kepada umat Islam. Masih banyak tema lain yang
lebih aktual dengan kebutuhan bangsa saat ini,” ungkapnya.
Toto khawatir, acara lomba yang didasari pola pikir sesat dan
menyesatkan seperti itu, akan mengundang tafsir liar tentang tuduhan adanya
oknum petinggi BPIP yang mengidap Islamophobia. Tuduhan ini jelas akan makin
menjauhkan BPIP dengan misi utamanya, sebagai badan pembinaan ideologi
Pancasila.
“Jangan sampai, badan pembinaan ini pada saatnya menjadi
badan yang harus dibina. Padahal, disitu berkumpul sejumlah tokoh besar yang
harusnya memproduksi ide-ide dan program besar, bukan ecek-ecek yang
mengerdilkan nama besar itu. Dan ini yang akhirnya membuat nama besar BPIP tak
berbanding lurus dengan realita di lapangan,” kata Toto.
Terkait dengan itulah, Toto menilai perlu dilakukan evaluasi
total terhadap keberadaan lembaga negara yang diberi tugas khusus dalam
pembinaan Ideologi Pancasila ini. Apalagi, menyangkut anggaran yang tidak kecil
buat menghidupi lembaga tersebut.
Idealnya, lanjut Toto, ditengah negara dan bangsa yang sedang
mengalami rentetan masalah besar saat ini, termasuk wabah Covid-19, BPIP
harusnya tampil dengan program besar, bukan ide kerdil dan dangkal.
“Jangan biarkan rakyat menuduh BPIP bikin acara lomba artikel
hanya untuk habiskan anggaran,” tegasnya. (suara)