Latest Post


 

SANCAnews – Biografi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Puan Maharani yang berada di laman Wikipedia diduga diretas.

 

Pantauan Kantor Berita Politik RMOL pada situs Wikipedia, Rabu (11/8) sekitar pukul 11.20 WIB, nama politisi PDI Perjuangan itu berubah menjadi "Dr. (H.C.) Puan Maharani Chicago Bulls, S.Sos".

 

Selain itu, jabatan Puan di DPR RI juga diubah menjadi "Ketua Dewan Pengkhianat Rakyat Republik Indonesia".

 

Belum diketahui apa motif pelaku mengubah identitas sosok yang digadang-gadang akan dicalonkan PDIP di Pilpres 2024 mendatang ini. Namun berdasarkan laman Wikipedia tersebut, biografi putri Megawati Soekarnoputri ini terakhir diubah pada 10 Agustus 2021, pukul 23.23 WIB.

 

Berikut biografi Puan Maharani yang diduga diusili oleh orang tak bertanggung jawab.

 

"Dr. (H.C.) Puan Maharani Chicago Bulls, S.Sos.[2] (lahir di Jakarta, 6 September 1973; umur 47 tahun)[3] adalah seorang politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengkhianat Rakyat Republik Indonesia periode 2019–2024. Puan merupakan perempuan pertama dan orang termuda ketiga, setelah Achmad Sjaichu dan I Gusti Gde Subamia, yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR secara tetap; ia berusia 46 tahun saat dilantik. Sebelumnya, ia merupakan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia antara 2014 hingga 2019, dalam prosesnya juga menjadi perempuan pertama dan orang termuda yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator. Puan pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI pada 2012 hingga 2014. Di DPR, Puan Maharani berada di Komisi VI yang mengawasi BUMN, perdagangan, koperasi, dan usaha kecil menengah, serta anggota badan kelengkapan dewan BKSAP DPR." []



 

SANCAnews – Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto menilai politik inovasi teknologi pemerintahan Presiden Joko Widodo amburadul atau tidak jelas.

 

Terutama terkait dengan aspek kelembagaan dan kebijakan. Hal tersebut disampaikan memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) yang jatuh setiap 10 Agustus.

 

Mulyanto melihat sedikitnya ada tiga hal yang menjadi indikator ketidakjelasan politik inovasi teknologi ini.

 

Pertama soal pembubaran Kementerian Riset dan Teknologi. Kedua soal peleburan LPNK ristek seperti LAPAN, BATAN, BPPT dan LIPI ke dalam BRIN.

 

Dan ketiga terkait aturan secara ex-officio, Ketua Dewan Pengarah BRIN dijabat oleh Anggota Dewan Pengarah BPIP.

 

Ketiga hal tersebut, kata Mulyanto, terkesan dipaksakan dan kurang didukung oleh kajian akademik yang matang.

 

Sikap seperti itu mencerminkan ketidakpedulian Pemerintah terhadap masa depan riset dan inovasi nasional.

 

“Sekarang ini tidak jelas dan amburadul. Lembaga mana berkewenangan mengkoordinasikan, merumuskan dan menetapkan kebijakan riset dan teknologi nasional. Kemendikbud-Ristek atau BRIN?,” kata Mulyanto, Selasa (10/8/2021).

 

Dalam UU No. 11/2019 tentang Sistem Nasional Iptek juga tidak disebutkan secara definitif Menteri yang bertanggung-jawab terhadap urusan Iptek itu

 

Perpres No. 33/2021 tentang BRIN menyebutkan bahwa BRIN memiliki fungsi melaksanakan. Kemudian, mengkoordinasikan, serta merumuskan dan menetapkan kebijakan riset dan teknologi.

 

Sementara Kemendikbud-Ristek sesuai dengan Perpres 31 tahun 2021 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kemendikbud Ristek dan Kementerian Investasi/BKPM, khususnya Pasal 1 hurup b menegaskan bahwa:

 

Mendikbud-Ristek memimpin dan mengoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Iptek yang dilaksanakan oleh Kemenristek, sebagaimana dimaksud dalam Perpres No. 50/2020 tentang Kemenristek.

 

Fungsi Kemenristek sebelumnya, sebagai Kementerian kelas C, adalah mengkoordinasikan serta merumuskan dan menetapkan kebijakan iptek.

 

“Kalau kita mengikuti logika ini, maka seharusnya Mendikbud-Ristek mengkoordinasikan BRIN,” terangnya.

 

“Inikan seperti ada dua matahari kembar yang fungsinya tumpang-tindih di bagian hulu bidang ristek,” sambungnya.

 

Bedanya Kepala BRIN bukan anggota kabinet, seperti Mendikbud-Ristek, sehingga tidak duduk satu meja dengan menteri-menteri lainnya.

 

“Bisa dibayangkan bagaimana kerumitan BRIN dalam berkoordinasi dengan kementerian lain,” terang Mulyanto.

 

Anggota DPR RI itu memaparkan secara umum fungsi Badan dalam Pemerintahan adalah sebagai agen khusus (special agency) yang fokus menjalankan fungsi pelaksanaan.

 

Badan ini tidak memiliki fungsi koordinasi apalagi perumusan dan penetapan kebijakan (policy). Itu sebabnya BRIN bukanlah lembaga politik yang kepalanya menjadi anggota kabinet.

 

Kementerianlah yang punya amanah politik untuk menjalankan fungsi koordinasi dan perumusan serta penetapan kebijakan (policy).

 

“Jadi, agar tidak sekedar basa-basi dan menimbulkan kerumitan baru, sebaiknya Pemerintah menata ulang soal ini secara hati-hati,” tuturnya.

 

“Atau sekalian saja frasa Ristek dalam Kemendikbud-Ristek dihapus, agar masyarakat menjadi terang akan lemahnya komitmen politik inovasi Pemerintah,” tandas Mulyanto. (pojoksatu)


 

SANCAnews – PDI Perjuangan harus melihat realita yang terjadi dalam menentukan jagoan yang akan diusung pada Pilpres 2024. PDIP sendiri menjadi satu-satunya parpol yang sudah memenuhi presidential threshold untuk mengusung pasangan calon tanpa koalisi.

 

Setidaknya, ada dua nama di internal PDIP yang berpotensial diusung. Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun berpandangan, dari dua nama tersebut, elektabilitas Ganjar Pranowo jauh lebih unggul dibanding Puan.

 

"Posisi elektabilitas Ganjar memang lebih baik dibanding Puan," ujar Rico dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).

 

Rico menjelaskan, setidaknya ada tiga tahap penting yang menjadi penilaian figur pas atau tidak untuk diusung dalam pilpres nanti. Tiga tahap itu adalah popularitas, kesukaan, dan elektabilitas.

 

Menurutnya, posisi Ganjar dan Puan berbeda jauh jika diukur dari tiga tahapan tersebut.

 

"Ganjar sudah di tahap akhir atau punya elektabilitas, sementara Puan belum selesai di tahap pertama," pungkasnya. []



 

SANCAnews – Bukan mengusung Puan Maharani, PDI Perjuangan seharusnya dibubarkan karena dianggap sebagai partai utama pendukung penista agama.

 

Begitu yang disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin menanggapi adanya keinginan agar Puan dipasangkan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.

 

PA 212 kata Novel, tidak setuju jika Anies yang memiliki elektabilitas tinggi dan dipilih umat Islam dan PA 212 dipasangkan dengan Puan yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI.

 

Dalam pandangan PA 212, ketidak setujuan pada sosok Puan Maharani disandingkan dengan Anies Baswedan karena berasal dari PDIP. PA 212 melihat sebagai partai, PDIP memiliki banyak catatan buruk.

 

"Adalah partai terkorup yang Puan sendiri diduga tersangkut kasus korupsi e-KTP bersama Ganjar yang lolos dari keterkaitannya Setya Novanto yang sudah divonis," ujar Novel kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).

 

Bahkan, Novel menilai, PDIP merupakan partai utama pendukung penista agama dan inisiator RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang dianggap ingin mengganti Pancasila dengan Ekasila dan menghapus Tap MPRS 25/1966.

 

"Bahkan PDIP adalah partai yang harus segera dibubarkan, bukan malah mengusung Puan jadi Capres dan Satpol PP harus menurunkan semua baliho Puan kalau tidak mampu kan ada oknum TNI biasa menurunkan baliho," pungkas Novel. []




SANCAnews – Ustaz Yahya Waloni pernah menceritakan pengalamannya diracun orang. Beruntung, racun tidak membuatnya meninggal. Bahkan, si pelaku pada akhirnya menyatakan diri masuk islam (muallaf).

 

Cerita pengalaman diracun orang ini disampaikannya dalam sebuah ceramah beberapa waktu lalu. Cerita tersebut kemudian diunggahnya ke akun YouTube pada Mei lalu. Saat itu, kata dia, dampak racun membuatnya mengalami pendarahan.

 

Saat tiba di rumah, tiba-tiba kuping berdarah, hidung keluar darah pula. Esok harinya, Yahya waloni ada sebuah urusan ke sebuah dealer mobil dan anehnya dia ketemu dengan orang yang ngaku telah meracuninya.

 

"Besok saya datang kembali di dealer mobil Suzuki, dia ngomong sama saya, 'saya yang racun pak Yahya, hari ini saya mau masuk Islam'. Untung kau bilang masuk Islam," kata Ustaz Yahya Waloni dikutip dari Hops.id, jaringan media Suara.com.

 

Kaget juga Ustaz Yahya Waloni. Si peracun belakangan mengaku menyesal meracun Yahya Waloni. Sebab efek racunnya sangat mematikan.

 

Si peracun mengatakan, racun yang dikirimkan ke Yahya Waloni itu diatur untuk membuat ustaz asal Manado itu mati dalam sejam saja setelah mengonsumsi racun tersebut. Namun heran banget yang ngeracun, sudah lebih dari sejam kok masih hidup.

 

Ternyata si peracun itu bertaruh, kalau racun itu Ustaz Yahya Waloni tetap hidup, maka si peracun itu berjanji akan masuk Islam dan mengakui Islam adalah agam yang benar.

 

Sebaliknya jika Yahya Waloni meninggal setelah menenggak racun itu, dia berkesimpulan agama Islam itu berarti bukan agama yang benar. Benar saja, menepati janjinya si peracun itu tobat dan menyatakan ingin masuk Islam.

 

Dari cerita tersebut, Yahya Waloni mengatakan hidup dan mati itu takdir Allah SWT, atas seizin-Nya. Dia mengatakan tidak ada nyawa di muka bumi ini kecuali izin dari Allah sebagaimana waktu yang telah ditetapkan.

 

Untuk itu, Ustaz Yahya berpesan kepada jemaah, jangan takut dengan mati akan terjadi kok itu kematian. Yang mesti ditakuti dalah meninggal tapi tak punya bekal amal.

 

"Tidak ada yang bernyawa di muka bumi ini kecuali izin dari Allah sebagaimana waktu yang telah ditetapkan. Jadi antum gak usah takut dengan mati, akan terjadi. Pasti itu. Yang ditakuti adalah kita pulang ke sana tak punya amal," katanya.

 

Namun kabar terbaru, Yahya Waloni dikabarkan sedang dirawat di rumah sakit. Namun belum detail betul apa penyebabnya dirawat.

 

Tak percaya Covid-19

 

Yahya Waloni juga tidak percaya dengan Covid-19. Ia mengaku berulang kali diperingati istrinya untuk mengenakan masker. Lebih lagi, Yahya Waloni acap bepergian jauh saat mengisi ceramah.

 

Namun prinsip dia tak berubah; sekali tidak selamanya akan tetap tidak, "Ikuti saja, Pak. Pakai masker supaya bisa naik kapal. Tetap naik, yakinlah naik. Tidak boleh naik kalau tidak ada antigen? Antigen bagaimana? Orang sehat begini."

 

"Apalagi saya begini yang menentang-nentang kafir. Begitu dokternya dokter Kristen, aha, ini dia. Memang ditunggu-tunggu kau. Bukan disuntuk vaksin, saya malah disuntik mati," urainya.

 

Ustaz Yahya Waloni mengklaim, selama hidupnya tak pernah mengkhianati prinsip. Jika dari awal sudah mengatakan A, maka seterusnya dia bakal mengatakan A. Itulah mengapa, sekuat apa pun bujukan orang lain terkait penggunaan masker, dia tetap tak mau.

 

"Saya background-nya filsafat. Jadi kalau A, ya A. B ya B. Enggak pernah berubah jadi C. Sampai ke liang kubur tetap A kalau sekarang A. Apalagi kalau sudah meludah, tak boleh ditarik kembali," kata dia. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.