Latest Post


 

SANCAnews – PDI Perjuangan harus melihat realita yang terjadi dalam menentukan jagoan yang akan diusung pada Pilpres 2024. PDIP sendiri menjadi satu-satunya parpol yang sudah memenuhi presidential threshold untuk mengusung pasangan calon tanpa koalisi.

 

Setidaknya, ada dua nama di internal PDIP yang berpotensial diusung. Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun berpandangan, dari dua nama tersebut, elektabilitas Ganjar Pranowo jauh lebih unggul dibanding Puan.

 

"Posisi elektabilitas Ganjar memang lebih baik dibanding Puan," ujar Rico dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).

 

Rico menjelaskan, setidaknya ada tiga tahap penting yang menjadi penilaian figur pas atau tidak untuk diusung dalam pilpres nanti. Tiga tahap itu adalah popularitas, kesukaan, dan elektabilitas.

 

Menurutnya, posisi Ganjar dan Puan berbeda jauh jika diukur dari tiga tahapan tersebut.

 

"Ganjar sudah di tahap akhir atau punya elektabilitas, sementara Puan belum selesai di tahap pertama," pungkasnya. []



 

SANCAnews – Bukan mengusung Puan Maharani, PDI Perjuangan seharusnya dibubarkan karena dianggap sebagai partai utama pendukung penista agama.

 

Begitu yang disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin menanggapi adanya keinginan agar Puan dipasangkan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.

 

PA 212 kata Novel, tidak setuju jika Anies yang memiliki elektabilitas tinggi dan dipilih umat Islam dan PA 212 dipasangkan dengan Puan yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI.

 

Dalam pandangan PA 212, ketidak setujuan pada sosok Puan Maharani disandingkan dengan Anies Baswedan karena berasal dari PDIP. PA 212 melihat sebagai partai, PDIP memiliki banyak catatan buruk.

 

"Adalah partai terkorup yang Puan sendiri diduga tersangkut kasus korupsi e-KTP bersama Ganjar yang lolos dari keterkaitannya Setya Novanto yang sudah divonis," ujar Novel kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).

 

Bahkan, Novel menilai, PDIP merupakan partai utama pendukung penista agama dan inisiator RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang dianggap ingin mengganti Pancasila dengan Ekasila dan menghapus Tap MPRS 25/1966.

 

"Bahkan PDIP adalah partai yang harus segera dibubarkan, bukan malah mengusung Puan jadi Capres dan Satpol PP harus menurunkan semua baliho Puan kalau tidak mampu kan ada oknum TNI biasa menurunkan baliho," pungkas Novel. []




SANCAnews – Ustaz Yahya Waloni pernah menceritakan pengalamannya diracun orang. Beruntung, racun tidak membuatnya meninggal. Bahkan, si pelaku pada akhirnya menyatakan diri masuk islam (muallaf).

 

Cerita pengalaman diracun orang ini disampaikannya dalam sebuah ceramah beberapa waktu lalu. Cerita tersebut kemudian diunggahnya ke akun YouTube pada Mei lalu. Saat itu, kata dia, dampak racun membuatnya mengalami pendarahan.

 

Saat tiba di rumah, tiba-tiba kuping berdarah, hidung keluar darah pula. Esok harinya, Yahya waloni ada sebuah urusan ke sebuah dealer mobil dan anehnya dia ketemu dengan orang yang ngaku telah meracuninya.

 

"Besok saya datang kembali di dealer mobil Suzuki, dia ngomong sama saya, 'saya yang racun pak Yahya, hari ini saya mau masuk Islam'. Untung kau bilang masuk Islam," kata Ustaz Yahya Waloni dikutip dari Hops.id, jaringan media Suara.com.

 

Kaget juga Ustaz Yahya Waloni. Si peracun belakangan mengaku menyesal meracun Yahya Waloni. Sebab efek racunnya sangat mematikan.

 

Si peracun mengatakan, racun yang dikirimkan ke Yahya Waloni itu diatur untuk membuat ustaz asal Manado itu mati dalam sejam saja setelah mengonsumsi racun tersebut. Namun heran banget yang ngeracun, sudah lebih dari sejam kok masih hidup.

 

Ternyata si peracun itu bertaruh, kalau racun itu Ustaz Yahya Waloni tetap hidup, maka si peracun itu berjanji akan masuk Islam dan mengakui Islam adalah agam yang benar.

 

Sebaliknya jika Yahya Waloni meninggal setelah menenggak racun itu, dia berkesimpulan agama Islam itu berarti bukan agama yang benar. Benar saja, menepati janjinya si peracun itu tobat dan menyatakan ingin masuk Islam.

 

Dari cerita tersebut, Yahya Waloni mengatakan hidup dan mati itu takdir Allah SWT, atas seizin-Nya. Dia mengatakan tidak ada nyawa di muka bumi ini kecuali izin dari Allah sebagaimana waktu yang telah ditetapkan.

 

Untuk itu, Ustaz Yahya berpesan kepada jemaah, jangan takut dengan mati akan terjadi kok itu kematian. Yang mesti ditakuti dalah meninggal tapi tak punya bekal amal.

 

"Tidak ada yang bernyawa di muka bumi ini kecuali izin dari Allah sebagaimana waktu yang telah ditetapkan. Jadi antum gak usah takut dengan mati, akan terjadi. Pasti itu. Yang ditakuti adalah kita pulang ke sana tak punya amal," katanya.

 

Namun kabar terbaru, Yahya Waloni dikabarkan sedang dirawat di rumah sakit. Namun belum detail betul apa penyebabnya dirawat.

 

Tak percaya Covid-19

 

Yahya Waloni juga tidak percaya dengan Covid-19. Ia mengaku berulang kali diperingati istrinya untuk mengenakan masker. Lebih lagi, Yahya Waloni acap bepergian jauh saat mengisi ceramah.

 

Namun prinsip dia tak berubah; sekali tidak selamanya akan tetap tidak, "Ikuti saja, Pak. Pakai masker supaya bisa naik kapal. Tetap naik, yakinlah naik. Tidak boleh naik kalau tidak ada antigen? Antigen bagaimana? Orang sehat begini."

 

"Apalagi saya begini yang menentang-nentang kafir. Begitu dokternya dokter Kristen, aha, ini dia. Memang ditunggu-tunggu kau. Bukan disuntuk vaksin, saya malah disuntik mati," urainya.

 

Ustaz Yahya Waloni mengklaim, selama hidupnya tak pernah mengkhianati prinsip. Jika dari awal sudah mengatakan A, maka seterusnya dia bakal mengatakan A. Itulah mengapa, sekuat apa pun bujukan orang lain terkait penggunaan masker, dia tetap tak mau.

 

"Saya background-nya filsafat. Jadi kalau A, ya A. B ya B. Enggak pernah berubah jadi C. Sampai ke liang kubur tetap A kalau sekarang A. Apalagi kalau sudah meludah, tak boleh ditarik kembali," kata dia. []



 

SANCAnews – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menghentikan sementara proses vaksinasi Covid-19 terhadap para pelajar.

 

Bukan tanpa alasan, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan, penghentian ini disebabkan tingginya antusias masyarakat.

 

"Ketersediaan vaksin di Kota Bogor cepat menipis," katanya, dilansir dari Ayo Bandung, Selasa (10/8/2021).

 

Untuk itu, salah satu prioritas utama vaksinasi Covid-19 yakni masyarakat umum, "Karena masyarakat umum cukup antusias, makannya kami prioritaskan dulu untuk kategori masyarakat umum. Karena kategori pelajar bisa sedikit menunggu," ungkapnya.

 

Bima mengaku, jika stok vaksin Covid-19 di Kota Bogor ditambah oleh pemerintah pusat. Tidak menutup kemungkinan vaksinasi Covid-19 dengan sasaran pelajar bakal kembali dilanjutkan.

 

"Kalau stok vaksinnya sudah ada, sudah ditambah, dan cukup kita akan lanjutkan kembali vaksinasi Covid-19 untuk pelajar Kota Bogor. Jadi mohon bersabar," ujarnya.

 

Berdasarkan data yang ada pada Satgas Covid-19 Kota Bogor, vaksinasi Covid-19 terhadap remaja dan pelajar ditargetkan menyasar kepada 104.417 sasaran.

 

Saat ini, Satgas Covid-19 Kota Bogor baru melakukan vaksinasi Covid-19 kepada remaja dan pelajar sebanyak 15.502 sasaran pada dosis pertama. Sementara dosis kedua baru 1.372 sasaran.

 

"Dari 104.417 remaja dan pelajar yang kami targetkan sebagai sasaran penerima vaksin, dosis pertama baru kami berikan kepada 15.502 pelajar atau 14,85 persen. Sementara dosis kedua baru 1.372 sasaran atau 1,31 persen," tutupnya. (suara)



 

SANCAnews – Kisah menyedihkan dialami seorang mahasiswa berinisial AW, 24 tahun. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini, mengalami kelumpuhan usai divaksin COVID 19.

 

Ia pun mengungkapkan jika alasannya divaksin COVID 19 guna mengurus syarat perkuliahan, Kartu Rencana Studi atau KRS.

 

"Kalau saya tidak vaksin, maka tidak bisa upload (mengunggah) Kartu Rencana Studi (KRS) dan wisuda," kata Amelia, melansir dari Antara, Selasa (10/8/2021).

 

Surat keterangan vaksin ialah syarat memasukkan dokumen KRS pada sistem komputerisasi kampus. ke sistem komputer. Untuk itu, ia mengaku mengikuti vaksinasi Covid-19.

 

"Memang nggak ada sanksi, tapi kalau tidak ada surat vaksin, tidak bisa upload dan buka KRS," katanya.


Bupati Aceh Barat Haji Ramli MS bersama Kapolres AKBP Andrianto Argamuda SIK, Dandim 0105 Aceh Barat Letkol Inf Dimar Bahtera membesuk AW, mahasiswi yang diduga lumpuh setelah disuntik vaksin Covid-19. [ANTARA]
Bupati Aceh Barat Haji Ramli MS bersama Kapolres AKBP Andrianto Argamuda SIK, Dandim 0105 Aceh Barat Letkol Inf Dimar Bahtera membesuk AW, mahasiswi yang diduga lumpuh setelah disuntik vaksin Covid-19. [ANTARA]


Sejak pandemi Covid-19 proses perkuliahan digelar online. Selama dirawat di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, kondisi kesehatan membaik dan makin pulih. Kekinian ia sudah bisa duduk meski belum bisa berjalan sempurna. (suara)

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.