Urusan 'Jatah' di Balik Pemred Media Lokal Disiram Air Keras di Medan
SANCAnews – Polisi menetapkan lima orang sebagai tersangka
kasus penyiraman air keras ke pemred salah satu media lokal di Medan. Ada
urusan 'jatah' di balik kasus ini.
Kelima tersangka itu adalah UA, N, HST, IIB, dan SS. Polisi
mengungkap masing-masing tersangka punya peran berbeda dalam penyiraman air
keras ke Persada Bhayangkara Sembiring.
"Dijerat pasal 355 ayat 1 subs pasal 353 ayat 2 subs
pasal 351 ayat 2 KUHP dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara," kata
Dirreskrimum Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan Atmaja, di Polrestabes Medan,
Senin (2/8/2021).
Tatan mengatakan SS merupakan otak aksi penyiraman air keras
tersebut. Dia disebut merencanakan penyiraman air keras ke korban.
UA diduga berperan ikut merencanakan penyiraman air keras dan
menjadi pengemudi sepeda motor saat eksekusi. N diduga berperan sebagai
eksekutor penyiraman air keras di TKP.
HST berperan menunjukkan foto korban kepada eksekutor, yakni
UA dan N. HST disebut merupakan pihak yang berkomunikasi dengan korban dan
membuat janji bertemu.
Sementara, IIB berperan mencari eksekutor. Dia juga menjadi
salah satu pihak yang ikut merencanakan penyiraman air keras.
Eksekutor Dijanjikan Rp 13 Juta
Kapolrestabes Medan, Kombes Riko Sunarko, mengatakan
peristiwa itu terjadi di Simpang Selayang, Medan, pukul 21.37 WIB, Minggu
(25/7). Polisi mengungkap UA mendapat Rp 120 ribu, N mendapat Rp 120 ribu dan
IIB mendapat Rp 60 ribu sebelum penyiraman air keras.
"Pukul 21.00 WIB, Persada menghubungi HST memberitahukan
bahwa dirinya sudah di lokasi yaitu di depan RM Tesalonika, HST kemudian
memberitahukan kepada UA dan N yang sedang berdampingan di kandang ayam. UA dan
N kemudian menuju lokasi, memindahkan air keras dari botol kaca ke botol
plastik yang sudah dipotong kemudian menyiramkan air keras kepada
Persada," tuturnya.
Riko mengatakan para eksekutor dijanjikan uang Rp 13 juta
oleh SS. Namun, duit tersebut belum semuanya diterima. Menurutnya, baru Rp 3
juta yang diserahkan ke UA dan N.
"Sementara, sisanya Rp 10 juta akan diserahkan hari
Selasa 27 Juli 2021. SS menyuruh untuk menghapus jejak komunikasi,"
ucapnya.
Dipicu 'Jatah' Duit
Persada yang merupakan pemred salah satu media di Medan
disiram air keras diduga gegara berita terkait tempat judi. Persada disebut
meminta duit ke SS agar tempat usaha mesin permainan miliknya tak diberitakan
terkait dugaan judi.
Pada sekitar bulan Juni, pemilik gelanggang permainan Saudara
SS meminta kepada pengelola tempat gelanggang permainan tersebut, yaitu Saudara
HST. Di mana pada saat itu Saudara HST melaporkan kepada pemilik gelanggang
permainan tersebut, bahwa ada permintaan uang dari korban Saudara PBS, di mana
PBS ini biasanya meminta jatah bulanan yang sudah berlangsung sekitar 8 kali,
mulai dari angka Rp 500 ribu kemudian minta dinaikkan Rp 1 juta, kemudian
dinaikkan lagi minta Rp 2 juta, terakhir yang bersangkutan meminta dinaikkan
menjadi Rp 4 juta per bulan," ujar Kombes Riko.
SS diduga hendak memberi pelajaran kepada Persada. Riko
mengatakan Persada sempat mengirim beberapa link berita media online lewat
WhatsApp karena SS telat memberi uang 'setoran' pada Juni 2021.
"Dalam WA tersebut korban menyampaikan bahwa link berita
tersebut belum dibagikan atau belum disebar dan meminta jatah bulan Juni segera
diberikan. Kemudian setelah diberikan, pada bulan Juli kembali tanggal 21
Saudara PBS kembali menagih untuk jatah bulan Juli namun terlambat sampai
dengan tanggal 24, kemudian tanggal 25-nya Saudara PBS dan Saudara Heri janjian
untuk ketemu, di Simpang Tuntungan tepatnya di depan RM Tesalonika,"
ujarnya.
SS dan HST kemudian mencari orang untuk memberi pelajaran ke
Persada. Keduanya kemudian merekrut UA dan N. Penyiraman air keras disebut
merupakan inisiatif para eksekutor.
mengirimkan beberapa WA kepada H. Kemudian disampaikan bahwa
bosnya, belum ada uang. Kemudian tanggal 24, diputuskan diajak ketemuan. Namun,
Saudara PBS menyampaikan bahwa dia minta untuk ditransfer kemudian Saudara H
menyampaikan bahwa yang bersangkutan tidak ngerti cara transfer uang dan
memaksakan untuk ketemu. Namun, korban tetap mengirimkan nomor rekening karena
tidak dikirimkan juga oleh Saudara H, makanya korban akhirnya mengajak ketemuan
tanggal 25 malam tersebut," ujarnya.
Polisi sendiri menyebut pernah mendatangi tempat permainan
yang dimiliki SS. Menurut polisi, tempat itu memiliki masalah perizinan.
"Kita belum menemukan adanya unsur-unsur judi,"
tuturnya.
Selain itu, polisi juga mengungkap awal mula Persada meminta
duit 'jatah' ke SS. Menurut polisi, Persada mengetahui tempat itu pernah
ditutup, namun buka lagi.
"Dugaan terkait adanya gelper (gelanggang permainan)
game ikan. Namun disampaikan oleh Kapolrestabes, awal tahun 2021 telah
dilakukan penindakan. Kemudian para pelaku merencanakan untuk membuka kembali,
diketahui atau termonitor oleh korban sehingga korban menyusun berita untuk
melakukan negosiasi kepada pelaku," sebut Dirreskrimum Polda Sumut, Kombes
Tatan. (detik)