Latest Post



SANCAnews – Aksi vandalisme atau corat-coret terhadap baliho bergambar Ketua DPP PDIP Puan Maharani tidak hanya terjadi di Kota Blitar. Aksi serupa ternyata juga menimpa beberapa baliho Puan di Kota Surabaya. Hal ini disampaikan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Bulak, Riswanto (26/7).

 

Setidaknya terdapat delapan baliho di lokasi berbeda yang menjadi korban corat-coret. Delapan lokasi tersebut adalah di Jalan Wiratno, Jalan Karang Asem, Jalan Mulyosari Bundaran Pakuwon City, Jalan Kalisari, Jalan MERR Mulyorejo, Jalan MERR RSIA, Jalan Ngagel, dan Jalan Kenjeran Makam Rangkah.

 

Riswanto mengatakan, ia menerima laporan pada Sabtu (24/7) malam. Ia mengatakan, baliho bergambar Puan dicoret-coret dengan cat minyak. Itulah sebabnya Riswanto meminta polisi segera menangkap pelaku aksi vandalisme dan perusakan beberapa baliho yang merupakan properti milik PDIP.

 

Riswanto menambahkan, pihaknya sudah melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Surabaya pada Senin (26/7). Saat melaporkan kejadian tersebut, Riswanto didampingi Tomuan Sugiarto, advokat dari Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat DPC PDIP Kota Surabaya. Riswanto

membawa alat bukti sejumlah baliho yang telah dicoret-coret dengan cat minyak.

 

Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Adi Sutarwijono mengatakan, Puan Maharani adalah tokoh nasional lantaran juga menjabat Ketua DPR RI. Itu sebabnya Adi meminta polisi segera mengusut kasus ini. Ia pun mempercayakan penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian.

 

Sementara Ketua DPD PDIP Jatim, Kusnadi mengatakan, aksi vandalisme terhadap baliho Puan Maharani juga terjadi di beberapa kota di Jawa Timur. Baliho yang sebagian besar berisi imbauan untuk melaksanakan protokol kesehatan itu dicoret-coret dengan kalimat yang tidak pantas, seperti ‘PKI’, ‘Koruptor’, dan ‘Open BO.’

 

PDIP Jatim menyesalkan aksi vandalisme yang terjadi di Blitar, Surabaya dan daerah lain. Menurut Kusnadi, tindakan itu adalah ulah tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. (kastara)



 

SANCAnews – Presiden Joko Widodo memandang, prediksi Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa ada potensi kemunculan varian baru virus corona selain delta merupakan ujian karena bisa menambah panjang masa pandemi Covid-19 di Indonesia. 

 

Namun, Jokowi sadar dengan doa dari para ulama bisa segera keluar dari situasi saat ini.

 

"Saya meyakini dengan doa para ulama dan ikhtiar yang sungguh-sungguh kita akan mampu melewati ujian yang sedang kita alami saat ini," kata Jokowi saat berpidato pada Milad ke-46 Majelis Ulama Indonesia (MUI), disiarkan kanal Youtube Oficial TVMUI, Senin (26/7).

 

Jokowi menyampaikan, ada dua ikhtiar yang jadi kunci terbebas dari pandemi Covid-19. Pertama, seluruh masyarakat harus disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Ikhtiar kedua adalah vaksinasi guna mencapai kekebalan komunal. Jokowi meminta bantuan para ulama untuk menyukseskan ikhtiar-ikhtiar tersebut.

 

"Saya berharap dukungan dan bantuan MUI, mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah, untuk mengajak umat mematuhi protokol kesehatan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah," ujar Jokowi. (rmol)



 

SANCAnews – Waktu makan di warteg dan warung pedagang kaki lima (PKL) selama 20 menit yang tertera dalam aturan PPKM Level 4 mendapat sorotan publik. Bahkan tak jarang yang menjadikan aturan ini sebagai sebuah cemoohan.

 

Aturan ini juga tidak luput dari sorotan aktivis asal Papua, Natalius Pigai. Menurutnya, ada hal yang disorientasi dari terbitnya aturan tersebut.

 

“Pemerintah sudah kehilangan akal “Oleng”,” tuturnya kepada wartawan, Selasa (27/7).

 

Disebut disorientasi karena pemerintah gagal menerjemahkan cara untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

 

Diterangkan mantan anggota Komnas HAM tersebut bahwa pokok masalah dari sebaran Covid-19 itu bukan soal variabel waktu orang berada di suatu tempat. Tapi seberapa jauh jarak antar orang dalam tempat tersebut.

 

Sehingga yang seharusnya diatur bukan waktu makan seseorang di warteg, melainkan jarak antarorang saat makan di warteg.

 

“Nah kalau makan 20 menit tapi yang makan ditempat berjubel 10 orang, apa nggak tertular itu? Harusnya konsep 1 meja 1 orang,” demikian Natalius Pigai. (rmol)



 

SANCAnews – Razia penyekatan sejak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan pemerintah membuat banyak orang yang ingin mencari nafkah menjadi kesal.

 

Bahkan, sebagian di antaranya tak mampu menahan emosi sehingga mengamuk di pos penyekatan.

 

Seperti pria pengendara motor yang satu ini. Di tengah kemacetan di pos penyekatan yang bercampur baur dengan emosi, dia mengamuk dan berteriak "polisi PKI!".

 

Dalam video berdurasi  18 menit 56 detik yang diunggah kanal YouTube Rana Films, awalnya terlihat bagaimana petugas penyekatan menghalau para pengendara yang ingin melintas.

 

Bahkan, seorang jurnalis dari CNN pun tidak dibolehkan lewat. Padahal ia sedang ada jadwal siaran langsung dan ia sudah terjebak kemacetan selama 2 jam.

 

"Tolong, Pak, saya ada live jam 9. Tadi saya diizinin," ujar jurnalis tersebut memohon, namun tetap tak diizinkan lewat.

 

Saat polisi dan tentara sedang sibuk menjaga pos penyekatan, seorang pria mengenakan masker hitam dan jaket akhirnya meluapkan kekesalannya.

 

"Saya mau kerja, Pak, mau nyari nafkah buat anak buat istri. Kenapa dipersulit ya Allah?" kata pria itu meradang.

 

Tak lama kemudian, ia digiring ke pos penyekatan dan diinterogasi. Seluruh kartu di dompetnya diperiksa, seolah-olah tak cukup cuma KTP dan SIM.

 

"Bawa kantor!" kata seorang polisi.

 

"Bilang PKI ke polisi, ke petugas, gak pantas betul gak," ujar polisi yang lain.

 

"Bukan pantas gak pantas sih. Emang kita ini dikira apa? Kerja main-main apa?" kata polisi yang lain lagi.

 

Pria itu pun meminta maaf atas perkataannya. Ia mengaku khilaf karena tak mampu menahan emosinya.

 

"Kalau ada salah kata-kata saya mohon maaf ya," katanya. (indozone)



 

SANCAnews – Antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksin Sinovac ditemukan menurun setelah 6 bulan menerima vaksin.

 

Penurunan tersebut dilaporkan terjadi walau telah mendapatkan dua dosis secara lengkap. Laporan ini dirilis berdasarkan hasil penelitian terbaru di China, Minggu (25/7).

 

Hasil penelitian ini didapatkan dari pengecekan sampel darah orang dewasa sehat berusia 18-59 yang dibagi menjadi dua kelompok dengan peserta masing-masing lebih dari 50 orang. Hasilnya, tak sampai dari separuh peserta memiliki antibodi di atas ambang batas.

 

"Untuk peserta yang menerima dua dosis, dua atau empat minggu terpisah, hanya 16,9% dan 35,2% masing-masing masih memiliki tingkat antibodi penetralisir di atas ambang batas enam bulan setelah dosis kedua," tertulis dalam hasil penelitian tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (27/7).

 

Walaupun ditemukan adanya penurunan antibodi, penelitian ini juga menemukan peningkatan antibodi pada peserta hingga 3 sampai 5 kali lipat setelah 4 minggu diberikan suntikan dosis ketiga.

 

Penelitian gabungan Sinovac dan institusi China lainnya ini memang terbilang baru dan belum mendapatkan tinjauan.

 

Namun, para peneliti mengingatkan bahwa perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk melihat berapa lama antibodi usai suntikan dosis ketiga bisa bertahan dalam tubuh. (kumparan)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.