Latest Post


 

SANCAnews – Satgas Nemangkawi berhasil menangkap anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) Osimin Wenda alias Usimin Telenggen

 

Penangkapan berlangsung di Puncak Jaya, Kamis 22 Juli 2021. Selama ini pelaku telah masuk ke daftar pencarian orang (DPO).

 

Sebagaimana diketahui, Osimin merupakan narapidana yang kabur dari Lapas Abepura pada 8 Januari 2016 lalu.

 

"Iya benar, telah dilakukan penangkapan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua, Kombes Faisal Ramdhani kepada wartawan, Jumat (23/7/2021).

 

Ia menyebutkan pelaku ditangkap di daerah wilayah Puncak Jaya pada (22/7/2021). Ia ditangkap setelah Satgas Nemangkawi melakukan observasi selama 2 pekan terakhir.

 

Di sisi lain, menjelaskan Anggota teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) Osimin Wenda alias Usimin Telenggen memang pernah terlibat dalam sejumlah aksi penembakan terhadap anggota TNI-Polri.

 

Di antaranya, serangan kepada rombongan eks Kapolri Tito Karnavian pada 2012 yang saat itu masih menjabat sebagai Kapolda Papua.

 

Aksi penembakan itu terjadi di Polsek Pirime. Dalam penyerangan itu, tiga anggota kepolisian meninggal dunia. (tribun)



SANCAnews – Muncul seruan aksi nasional di Istana Negara Jakarta pada 24 Juli 2021. Seruan aksi lewat media sosial tersebut mengajak seluruh masyarakat longmarch dari Glodok ke Istana Negara.

 

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, seruan itu tentu datang dari pihak-pihak yang tidak puas terhadap pemerintah, khususnya dalam penanganan Covid-19.

 

"Mereka tampaknya kecewa atas pelaksanaan PPKM yang membuat kehidupannya semakin susah," ujar Jamiluddin Ritonga, Jumat (23/7).

 

Hasil survei terbaru juga menunjukkan semakin banyaknya anak bangsa yang tidak puas atas kinerja pemerintah. Sebagian masyarakat menilai hidup makin susah dan semakin banyaknya pengangguran.

 

Hal itu terlihat dari turunnya pendapatan per kapita pada tahun 2020 yaitu 3.870 dolar AS. Padahal pada tahun 2019, pendapatan per kapita sebesar 4.050 dolar AS.

 

Indonesia juga turun kelas ke negara berpendapatan menengah ke bawah, lower middle-income country. Padahal tahun lalu masih masuk ke dalam kategori negara upper middle-income.

 

"Itu menunjukkan daya beli masyarakat semakin rendah. Ini tentu menggambarkan semakin sulitnya kehidupan masyarakat," terang Jamiluddin Ritonga.

 

Selain itu, sebagian masyarakat juga merasakan adanya penurunan kebebasan berekspresi. Hal itu juga terlihat dari merosotnya indeks demokrasi di Indonesia.

 

"Tampaknya hal itu membuat sebagaian anak bangsa kecewa. Hal ini pula yang tampaknya mendorong mereka untuk menyampaikan aspirasinya," kata Jamiluddin Ritonga.

 

Jelas mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta itu, dalam negara demokrasi tentu penyampaian aspirasi dijamin oleh konstitusi. Karena itu hak, maka tidak boleh ada yang menghalanginya.

 

Namun menurut hemat dia, mengingat saat ini kasus Covid-19 masih sangat tinggi, dihawatirkan aksi semacam itu menimbulkan kerumunan. Dan situasi seperti ini akan memberi peluang penularan corona semakin tidak terkendali.

 

Tentu tidak ada anak bangsa yang menginginkan pandemi Covid-19 terus tidak terkendali di Indonesia. Semua anak bangsa ingin pandemi ini cepat berlalu.

 

"Karena itu, perlu dipikirkan ulang apakah momen aksi semacam itu pas dilaksanakan di saat penularan corona yang masih sangat tinggi? Kiranya ini menjadi pertimbangan bagi inisiator aksi untuk mengurungkan niatnya melaksanakan aksi tersebut," ucap Jamiluddin Ritonga. (rmol)



 

SANCAnews – Beredar ajakan di media sosial (medsos) agar masyarakat di beberapa kota turun ke jalan besok. Polri meminta aksi serentak itu tidak dilakukan mengingat kasus Corona di Indonesia masih tinggi.

 

"Kita berharap untuk tidak melakukan kerumunan karena situasi angka COVID-19 yang masih tinggi," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono kepada wartawan, Jumat (23/7/2021).

 

Argo mengingatkan soal konsekuensi warga yang mengganggu ketertiban. Mereka, kata Argo, bakal diamankan polisi, "Kalau memang dilakukan, mengganggu ketertiban umum, ya kita amankan," tuturnya.

 

Lebih lanjut Argo menyatakan bukan berarti warga tidak bisa menyuarakan pendapatnya. Melihat kondisi saat ini, Argo menilai masyarakat lebih baik menyuarakan pendapatnya secara online.

 

"Bisa dilakukan dengan audiensi atau dilakukan dalam bentuk FGD online dan lain-lain," ucap Argo.

 

Adapun seruan aksi itu disebarkan oleh akun @blokpolitikpelajar di Instagram dan di WhatsApp. Aksi diklaim akan dimulai besok selama berhari-hari di beberapa kota, mulai Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Brebes, Indramayu, Semarang, Solo, Sukoharjo, Kudus, Kediri, Surabaya, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, Kendari, hingga Padang.

 

Blok Politik Pelajar sendiri menyebut kemarahan warga sudah pecah sehingga memicu adanya demonstrasi tersebut. Mereka mengklaim massa yang turun ke jalan tidak tergabung dalam satu kelompok tertentu.

 

"Kemarahan warga akhirnya pecah. Warga akan turun ke jalan selama berhari-hari tanpa identitas, golongan, kelompok, maupun bendera, mereka yang turun ke jalan adalah warga yang muak dengan situasi saat ini," tulis @blokpolitikbelajar seperti dilihat detikcom.

 

"Mengacu pada metode aksi *Be Water*, aksi ini akan cair bekerja, segala bentuknya akan terus berkembang, tidak ada ketua, tidak ada aksi ini milik siapa, semua ini milik warga," sambungnya.

 

Meski demikian, tidak disebutkan tuntutan dari aksi tersebut. Sebuah link WhatsApp group juga tersebar di media sosial apabila massa ingin ikut turun ke jalan. (detik)




SANCAnews – Suasana duka menyelimuti sebuah rumah di Jalan Karya Setia Kecamatan Medan Barat, Jumat (23/7/2021). Seorang mahasiswa bernama Erwin Perdana Nasution (21), meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit.

 

Ibu korban Dewi (42) mengatakan, anaknya sebelum meninggal dunia bersama empat orang kerabatnya, pergi untuk vaksin Covid-19 di kawasan Belawan, pada Senin (5/7/2021).

 

"Malamnya siap vaksin Covid-19 demam," kata ibu korban.

 

Selang beberapa hari kemudian, kata Dewi, kondisi korban semakin memburuk, yakni demam disertai batuk, "Gak langsung dibawa ke rumah sakit, opanya dokter, opanya yang nangani," ujar Dewi.

 

Kondisi Erwin sempat membaik, namun kembali memburuk lagi, dadanya sesak bahkan indra penciuman dan perasa sudah tidak terasa. Pada Sabtu (10/7/2021), pihak keluarga melarikan korban ke salah satu rumah sakit untuk menjalani perawatan.

 

"Pergi kami swab, PCR, ronsen paru-paru hasilnya positif (Covid-19). Di hari kelima hingga hari ke delapan sudah menggunakan ventilator," katanya.

 

Dewi mengaku, kondisi Erwin semakin mengkhawatirkan, pada Rabu (21/7/2021). Ia lalu menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit sekitar pukul 18.35 WIB.

 

"Kondisi saturasinya terus menurun yang mengakibatkan dirinya sesak, waktu saya datang kondisi anak saya jantungnya sudah dipompa," katanya.

 

"Setahu saya, sewaktu divaksin Covid-19 anak saya gak ada sakit, sehat walafiat," ujar Dewi.

 

Kondisi hampir sama juga dialami paman korban yang setelah divaksin mengalami demam. Kekinian ia menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Haji, "Kondisinya hampir sama, sesak juga," ungkapnya.

 

Pihak keluarga berharap pemerintah bisa memberikan perhatian atas kematian korban, "Kami berharap tidak ada keluarga lain yang menjadi korban," ujarnya sembari menangis.

 

Sementara, Rajudin Sagala anggota DPRD Medan menjelaskan atas kejadian ini menambahkan akan memanggil pihak terkait termasuk Dinas Kesehatan Medan.

 

"Kita akan minta klarifikasi dari Dinas Kesehatan, vaksin apa yang mereka diberikan di Belawan, kapan itu divaksin, apakah ada korban lain, nanti kami tanya petugas vaksin," tukasnnya. (suara)


 

SANCAnews – Mantan Gubernur NTB Muhammad Zainul Madji atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB), turut memberikan penjelasan perihal kata muazin yang telah diunggah oleh Presiden Joko Widodo saat Idul Adha 1442 Hijriah.

 

Kata muazin itu sempat menjadi perbincangan, karena menganggap sebagai orang yang mengumandangkan adzan. Sementara Salat Idul Adha, tidak ada azan. 

 

"Banyak komen terkait kata 'muazin' dalam postingan Pak Jokowi @jokowi di twitter. Tidak sedikit yang membully dan mentertawakan. Alasannya, tidak ada azan dalam shalat Id sehingga tidak perlu muazin," kata Tuang Guru Bajang dalam laman Instagramnya @tuangurubajang, dikutip VIVA pada Kamis, 22 Juli 2021.

 

Ia menjelaskan soal itu, dan karena ini berkaitan dengan fikih. Oleh sebab itu, TGB mengutip tulisan Imam Nawawi RA dalam kitab Al-Majmu, salah satu kitab babon dalam fikih Syafii.

 

Imam Syafii dan Ashab (para tokoh utama Mazhab Syafii) mensunnahkan ucapan: Ash-shalatu jamiah (saat shalat id), berdasarkan qiyas dengan shalat gerhana. Imam Syafii mengatakan dalam bukunya Al-Umm. "Aku suka apabila Imam memerintahkan muazin untuk menyerukan di shalat Id dan shalat lain yang dilaksanakan secara berkumpul, "Ash-Shalatu jamiah'.

 

"Jadi istilah Muazin juga dipakai dalam shalat Id, hanya saja yang diserukan bukan azan yang biasa namun ucapan Ash-Shalatu jamiah. Dan inilah yang diamalkan selama ini," tuturnya.

 

Karena itu, Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu mengajak kepada masyarakat untuk berfikir jernih dalam melihat sesuatu, dan tidak menyalahkan orang lain.

 

"Pesan saya untuk diri saya dan kita semua, mari beragama dengan kejernihan dan kerendahan hati, jauhkan diri dari sifat gampang menyalahkan apalagi menghina orang lain. Siapa pun itu. Apalagi kalau kita sendiri ternyata masih fakir ilmu," katanya.

 

Sebelumnya, postingan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo terkait muazin dalam pelaksanaan salat Idul Adha 1442 Hijriah menuai kritik dari masyarakat atau para netizen.

 

"Salat Idul Adha pagi ini di halaman Istana Bogor dengan jamaah terbatas. Bertindak sebagai muazin, imam, dan khatib adalah anggota Paspampres," ujar Presiden Jokowi dalam akun Twitternya, @jokowi, Rabu, 21 Juli 2021.

 

"Kata sang khatib, “semua cobaan dapat kita lalui dengan baik bila dihadapi dengan sabar." sambungnya.

 

Para warganet pun turut mengomentari unggahan Jokowi soal muazin tersebut. Diantaranya, akun Twitter @alisyarief, "hehehe ada mu'adzinnya? Padahal sholat sunnat. Dilaksanakan bagus, tidak juga, ndak dosa. Tapi okl-ah, jadi pesan negara yang ingin anda sampaikan apa dengan event ini?," tulisnya.

 

"Min. Sejak kapan sholat ied ada muadzin?? Muadzin kan tukang adzan, sholat ied ga pake adzan min.. Coba diedit postingannya!!," tulis akun Twitter @yippikayayi.

 

"Muazin utk azan kapan neh pak min?? sekalian sholat subuh ya???sekedar meluruskan biar ga bengkok terus," tulis akun Twitter @wirahada83_agus. (viva)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.