Latest Post


 

SANCAnews – Facebook meminta maaf kepada Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh dalam pertemuan virtual pada hari Selasa (18/5/2021) setelah adanya keluhan tentang menyensor konten pro-Palestina.

 

Pejabat Palestina meninggalkan pertemuan pada hari Selasa dengan kesan bahwa Facebook telah mengakui ada “masalah yang melekat dengan algoritma mereka” dan bahwa mereka telah berjanji untuk menanganinya, menurut akun pertemuan yang dibagikan dengan berita TIME oleh Husam Zomlot, kepala misi Palestina ke Inggris

 

Zomlot mengatakan bahwa tim Facebook, yang diwakili oleh wakil presiden perusahaan untuk urusan global Nick Clegg, mengakui bahwa Facebook telah secara tidak akurat memberi label kata-kata tertentu yang biasa digunakan oleh orang-orang Palestina, termasuk “martir” dan “perlawanan,” sebagai hasutan untuk melakukan kekerasan.

 

“Mereka berjanji akan meninjau kembali dan mengevaluasi kembali kerangka kerja mereka,” kata Zomlot.

 

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh wakil presiden Facebook untuk kebijakan publik global, Joel Kaplan, dan kepala kebijakan Timur Tengah dan Afrika Utara Azzam Alameddin.

 

Pengguna media sosial dari Palestina dan di seluruh dunia telah mengunggah dan membagikan video dan gambar tentang pasukan Israel dan kekerasan pemukim di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem, dan agresi Israel di Jalur Gaza, menggunakan tagar #SaveSheikhJarrah dan #GazaUnderAttack, dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab.

 

Namun, situs media sosial, termasuk Twitter, Facebook, dan Instagram, telah menyensor, membatasi, dan menutup akun mereka, membungkam suara mereka saat berperang melawan pendudukan.

 

Hashtag lain, Al-Aqsa dalam bahasa Arab, juga telah disembunyikan oleh Instagram, karena, seperti yang diklaim, “konten mungkin tidak memenuhi Pedoman Komunitas Instagram”.

 

Tagar tersebut digunakan untuk menutupi kekerasan pemukim dan pasukan serta serangan terhadap warga Palestina di halaman masjid al-Aqsa.

 

Sementara itu, Instagram milik Facebook yang di-tweet sedang menghadapi masalah teknis pada 6 Mei, setelah ratusan orang mulai melaporkan penyensoran.

 

Menanggapi pertanyaan dari TIME, juru bicara Facebook tidak menyangkal bahwa tim Clegg telah meminta maaf kepada pihak Palestina atas episode Al-Aqsa, atau bahwa perusahaan telah berkomitmen untuk meninjau kembali dan mengevaluasi ulang cara menangani postingan dan bahasa serupa.

 

“Pikiran kami bersama semua orang yang terpengaruh oleh kekerasan mengerikan yang sedang berlangsung,” kata juru bicara itu dalam sebuah pernyataan kepada TIME, Jumat.

 

“Menanggapi kekerasan, kami bekerja untuk memastikan layanan kami menjadi tempat yang aman bagi komunitas kami. Kami akan terus menghapus konten yang melanggar Standar Komunitas kami, yang tidak mengizinkan perkataan yang mendorong kebencian atau hasutan untuk melakukan kekerasan, dan akan secara proaktif menjelaskan dan mempromosikan dialog tentang kebijakan ini kepada pembuat kebijakan,” ungkapnya

 

“Kami juga secara aktif bekerja untuk menanggapi kekhawatiran tentang penegakan konten kami. Pertemuan ini adalah upaya untuk memastikan bahwa semua pihak mengetahui langkah-langkah yang telah diambil perusahaan, dan akan terus diambil, untuk menjaga keamanan platform,” jelasnya.

 

Lima hari sebelum Facebook bertemu dengan Perdana Menteri Palestina, delegasi Facebook termasuk Cutler, Clegg dan Kaplan bertemu dengan Menteri Kehakiman Israel, Benny Gantz.

 

Pada pertemuan itu, pada 13 Mei, Gantz menekan Facebook untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap “elemen ekstremis yang berusaha merusak negara kita,” menurut pernyataan dari kantornya.

 

“Gantz meminta mereka untuk berkomitmen menghapus konten dari situs media sosial mereka yang memicu kekerasan atau yang menyebarkan disinformasi, dan menekankan pentingnya menanggapi dengan cepat permohonan dari biro dunia maya pemerintah,” kata pernyataan itu.

 

Seorang pejabat di Kementerian Kehakiman Israel mengatakan kepada TIME pada hari Jumat bahwa dalam seminggu sejak pertemuan dengan Facebook, mereka telah memperhatikan peningkatan kecepatan Facebook dalam menangani permintaan penghapusan Israel.

 

“Menjelang pertemuan, Kementerian Kehakiman kecewa dengan tanggapan Facebook,” kata pejabat itu.

 

“Namun dalam pertemuan tersebut, mereka memang menyuarakan kesediaan untuk merespon dengan lebih tegas, penuh dan cepat, dan selanjutnya ada beberapa perbaikan. Kami ingin melihat respons yang lebih besar di masa mendatang,” sebutnya.

 

Zomlot, mengatakan dia telah mengangkat masalah bias algoritmik dengan Facebook, “Mesin militer Israel benar-benar menjalankan algoritme mereka,” katanya kepada TIME. “Dan tujuan utamanya adalah untuk membungkam suara-suara Palestina tentang segala hal yang berhubungan dengan ketidakadilan.” terangnya. []



 


SANCAnews – Langkah Muhammadiyah yang mengumpulkan donasi untuk Palestina mendapat nyinyiran dari warganet. Beberapa netizen di media sosial, menilai langkah Muhammadiyah tersebut lebih mementingkan negeri lain dibanding negeri sendiri.

 

Salah satu akun di media sosial, SinthaS5, menyayangkan uang sebanyak Rp 7 miliar dipakai Muhammadiyah untuk Palestina.

 

“Duit segini banyak sebetulnya bisa untuk bangun & benerin sekolah sekolah di pelosok desa yang sudah tidak layak, atau hancur karena bencana.

 

Banyak horang kaya yang ternyata lebih cinta bangsa lain daripada Bangsa sendiri,” tulis dia.

 

Belakangan, akun @SinthaS5 banyak mendapat klarifikasi dan serangan balik dari netizen. Tak lama kemudian, akun SinthaS5 pun menghilang di medsos.

 

Salah satu aktivis Muhammadiyah, @arufnr, menjelaskan, dana amal usaha Muhammadiyah  di Indonesia tidak ada apa-apanya dengan dana yang disalurkan untuk bantuan kemanusiaan dari Muhammadiyah ke Palestina, termasuk krisis kemanusiaan lain seperti Gempa Nepal, Badai Filipina, Krisis Rohingya dan lainnya.

 

Bantuan 7 Miliar Palestina

 

Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan lembaganya telah mengumpulkan dana sekitar Rp7 miliar untuk membantu warga Palestina lewat jejaring Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah Muhammadiyah).

 

“Harus ada empati, dan kita juga jangan bertindak tanpa ilmu. Kita juga memiliki rasa kemanusiaan.

 

Akhir-akhir ini kita juga tengah menggalang donasi untuk saudara kita di Palestina dimana informasi terakhir telah terhimpun dana sekitar lebih dari Rp7 miliar melalui jejaring Lazismu,” kata Haedar Nasir saat mengikuti Silaturahim Idul Fitri 1442 Hijriah yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar secara daring dari Pontianak, Sabtu 22 Mei 2021.

 

Menurut Haedar Nashir, gerakan serupa ini juga harus diperjuangkan di internal Muhammadiyah, seperti halnya membangun peradaban. Ia mencontohkan gerakan penggalangan dana untuk pembangunan pembuatan madrasah mualiamin di Muhammadiyah

 

“Muhammadiyah harus terus membangun. Semua harus bergairah untuk menggerakkan Muhammadiyah,” kata dia.

 

Ia melanjutkan, pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), menggerakkan masyarakat di bawah, menghidupkan masjid dan membangun ekonomi umat merupakan upaya membangun peradaban Islam yang berkemajuan.

 

Ia mengingatkan pembangunan memerlukan akselerasi dan tingkat kualitas yang lebih baik, jangan terus menerus berada di zona nyaman.

 

Untuk itu, soliditas antar pengurus dan kader harus tetap erat dan saling mendukung. “Itu adalah cara kita untuk bersaudara, serta selalu mengedepankan prasangka baik dan bermusyawarah,” kata Haedar Nashir. []



 


SANCAnews – Polisi Gaza, Palestina, menetralkan ratusan peluru dan rudal yang tidak meledak yang jatuh di wilayah tersebut. Peluru-peluru besar itu ditembakkan oleh Israel selama 11 hari serangannya di Gaza, beberapa waktu lalu.

 

Kepala Kepolisian Gaza, Mahmoud Salah mengatakan, ada hampir 300 peluru dan rudal yang dinetralkan timnya sampai sejauh ini.Tim penjinak bom masih bekerja untuk menetralkan persenjataan lain yang tidak meledak, meskipun kemampuan teknis mereka terbatas.

 

Hal tersebut diungkapkannya dalam konferensi pers yang diadakan di atas puing-puing markas polisi yang hancur akibat serangan udara Israel, Sabtu (22/5/2021).

 

“Israel berusaha mengacaukan kampung halaman kami dengan membom markas polisi. Tetapi polisi tidak ragu untuk berpartisipasi dalam menghadapi penjajah (Israel),” kata Salah, seperti dikutip Anadolu, Minggu (23/5/2021).

 

“Penjajah gagal total dalam menggoyahkan keamanan kami dan mengancam barisan terdepan internal kami. Para polisi tetap teguh dalam posisi mereka untuk melayani rakyat kami secara efektif,” tuturnya.

 

Salah mengatakan, polisi akan terus melayani dan melindungi masyarakat Gaza meskipun markas besar polisi di wilayah itu sudah luluh lantak. []




SANCAnews – Pendakwah Yahya Waloni tampaknya tak ingin ketinggalan membahas konflik panas yang melibatkan Palestina dan Israel belakangan ini.

 

Dalam sebuah tayangan video yang diunggah di kanal YouTube Termometer Islam, Yahya Waloni mengomentari soal Israel dan orang-orang Yahudi.

 

Video berdurasi 25 menit 55 detik tersebut diunggah pada Senin, 17 Mei 2021, dengan judul ‘Komentar dan Doa Ust Yahya Waloni untuk Palestina’.

 

Menurutnya, apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina merupakan fenomena yang menghina kredibilitas agama Islam.

 

“Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat mencederai, bahkan menghina kredibilitas suatu agama, yaitu Islam,” ujar Yahya Waloni, seperti dikutip terkini.id pada Senin, 24 Mei 2021.

 

Yahya kemudian menyinggung Israel yang ia sebut hanya berkamuflase di tengah dunia dan bertingkah seolah-olah bangsa pilihan Tuhan.

 

“Bangsa Yahudi atau Israel menamakan diri mereka Israil, tapi nama ini cuma merupakan sebuah kamuflase untuk mendudukkan posisi mereka agar menjadi muslihat di tengah bangsa ini, di tengah dunia bahkan,” tutur Yahya Waloni.

 

“Mereka seolah-olah adalah bangsa pilihan Tuhan,” sambungnya.

 

Yahya Waloni mengklaim bahwasanya Israel merupakan bangsa berpuluh-puluh abad yang memiliki watak ‘kepala batu’ bahkan sejak nenek moyangnya.

 

“Bangsa ini dari nenek moyangnya bangsa kepala batu yang tidak pernah taat, yang tidak pernah menerima kekuasaan kekuatan militer dari Allah SWT.”

 

Kemudian di akhir video, Yahya Waloni menutup opininya dengan mengatakan bahwa konflik yang terjadi di antara Palestina dan Israel merupakan persoalan kemanusiaan dan kebiadaban.

 

“Persoalan yang terjadi ini adalah persoalan kemanusiaan, kebiadaban Bani Israel. Bangsa ini sampai kapan pun tetaplah biadab!” pungkas Yahya Waloni. (glc)




 

SANCAnews – Jaringan Bipang Nusantara mendukung Israel di Indonesia. Bipang Nusantara selalu mengklaim paling Pancasila dan membela NKRI namun hanya diam ketika ada korupsi bansos yang merugikan negara triliunan rupiah.

 

Demikian dikatakan pengamat seniman politik Mustari atau biasa dipanggil Si Bangsat Kalem (SBK) dalam pernyataan kepada www.suaranasional.com, Sabtu (22/5/2021). “Jaringan Bipang Nusantara ini membuat opini mendukung Israel di media sosial,” ungkapnya.

 

Kata SBK, Israel sangat senang keberadaan jaringan Bipang Nusantara yang memberikan dukungan terhadap negara zionis tersebut. “Bipang Nusantara yang mendukung Israel merupakan pengkhianat Bangsa Indonesia,” ungkapnya.

 

Menurut SBK, jaringan Bipang Nusantara menyalahkan Hamas sebagai organisasi teroris dengan mengorbankan rakyat Palestina. “Bipang Nusantara tidak pernah mengutuk kekejaman Israel yang membombardir wilayah Palestina dengan korban anak-anak dan warga tak berdosa,” jelas SBK.

 

Selain itu, ia menyinyalir jaringan Bipang Nusantara dilindungi mantan pejabat yang mempunyai hubungan dengan Israel. “Mantan pejabat ini punya keahlian di bidang intelijen dan punya masalah HAM di Indonesia,” pungkasnya. (sn)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.