Latest Post


 


SANCAnews – Indonesia dan Turki mengutuk keras pelanggaran dan agresi berulang kali yang dilakukan Israel dengan menargetkan warga sipil di seluruh wilayah Palestina, khususnya di Yerusalem Timur dan Jalur Gaza, yang telah menyebabkan penderitaan bagi banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak.

 

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan Indonesia dan Turki siap bekerja sama menggalang dukungan global untuk menekan PBB agar menghentikan agresi Israel ke Palestina tersebut. Hal ini diungkapkannya usai berkomunikasi lewat sambungan telepon dengan Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop.

 

"Kami menekankan pentingnya Indonesia dan Turki bekerja sama menggalang dukungan global, khususnya dari negara-negara berpenduduk muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI), maupun organisasi lainnya, guna menekan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengeluarkan resolusi mengutuk dan menghentikan agresi Israel terhadap Palestina," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (18/5/2021).

 

Bamsoet menegaskan Indonesia mengecam tindakan Israel yang juga menduduki wilayah dan merampas bangunan-bangunan di pemukiman warga Palestina di wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Tindakan Israel, kata dia, harus dihentikan sesegera mungkin untuk meredakan situasi dan menghentikan jatuhnya lebih banyak korban jiwa.

 

"Sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, saya mendukung upaya Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Turki saat ini yang telah menyuarakan keadilan bagi Palestina melalui berbagai forum internasional. Saya juga berharap bahwa persatuan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam perlu terus dijaga untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Indonesia selalu mendukung perjuangan rakyat Palestina sehingga tercapainya perdamaian berdasarkan two-state solution," ujar Bamsoet.

 

Bamsoet kembali mengingatkan bagaimana Palestina dan Indonesia sudah saling mendukung kemerdekaan masing-masing sejak tahun 1944. "Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno kembali menegaskan, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," jelas Bamsoet.

 

Lebih lanjut, Bamsoet juga menyesalkan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menyatakan penghentian serangan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Bahkan menegaskan serangan Israel ke Gaza terus berlangsung dengan kekuatan penuh.

 

"Padahal Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, dalam pembukaan sidang Dewan Keamanan PBB telah mendesak Israel dan kelompok Hamas untuk segera menghentikan serangan. Berbagai negara dunia, seperti Qatar, Mesir, Jerman, Malaysia, Brunei Darussalam, dan bahkan Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus, juga sudah menyerukan agar serangan bisa segera dihentikan," ungkapnya.

 

Lebih lanjut, Bamsoet memaparkan Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sebanyak 197 warga Palestina tewas, termasuk 58 anak-anak dan 34 perempuan. Israel mengatakan sebanyak 10 warganya tewas, termasuk dua anak-anak.

 

"Butuh peran konkrit dari PBB, maupun negara besar seperti Amerika, Rusia, maupun negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) seperti Indonesia, Turki, Mesir, dan Qatar, agar gencatan senjata antara Hamas (Palestina) dengan Israel bisa segera terwujud. Sehingga tidak lagi memakan korban jiwa. Sebab, pertempuran antara kelompok Hamas dan Israel telah memasuki pekan kedua. Belum terlihat tanda-tanda pertempuran itu menurun," pungkas Bamsoet. (dtk)



 


SANCAnews – Militer Israel menyatakan pihaknya telah melancarkan serangan artileri ke wilayah Lebanon untuk merespons rentetan serangan roket dari negara tetangganya tersebut.

 

Aksi saling serang ini terjadi saat Israel tengah terlibat pertempuran baru dengan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

 

Seperti dilansir AFP, Selasa (18/5/2021), militer Israel menyatakan roket-roket dari Lebanon gagal mencapai wilayahnya. Serangan balasan dengan menargetkan posisi peluncuran roket di Lebanon dilakukan Israel pada Senin (17/5) waktu setempat.

 

"Enam upaya peluncuran yang gagal diidentifikasi dari Lebanon yang tidak berhasil masuk ke wilayah Israel," demikian pernyataan militer Israel.

 

"Pasukan artileri melepaskan tembakan ke arah sumber-sumber peluncuran itu," imbuh pernyataan tersebut.

 

Secara terpisah, seorang sumber militer Lebanon menuturkan kepada AFP bahwa tiga roket telah ditembakkan dari wilayah selatan negara itu ke wilayah Israel.

 

"Tiga roket tipe-Grad ditembakkan dari area Shebaa Farms," sebut sumber militer Lebanon itu merujuk pada area yang terletak tak jauh dari perbatasan Israel.

 

Sumber militer itu mengonfirmasi bahwa Israel merespons dengan serangan artileri ke Lebanon. Namun tidak disebutkan lebih lanjut apakah serangan artileri Israel memakan korban atau memicu kerusakan di Lebanon.

 

"Situasi di area itu sekarang tenang," demikian pernyataan misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Lebanon, yang melakukan kontak dengan kedua negara usai serangan itu.

 

Ini merupakan kedua kalinya serangan roket dilancarkan dari Lebanon menuju wilayah Israel sejak pertempuran kembali pecah antara Israel dengan militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza, pekan lalu.

 

Pada Kamis (13/5) lalu, tiga roket ditembakkan dari wilayah Lebanon bagian selatan dekat kamp pengungsi Palestina di Rashidiyeh, menuju wilayah Israel. Militer Israel menyebut roket-roket itu jatuh ke lautan.

 

Seorang sumber yang dekat dengan kelompok Hizbullah, musuh Israel, menyatakan kelompok itu tidak terkait dengan insiden tersebut.

 

Diketahui bahwa unjuk rasa memprotes serangan udara Israel di Gaza digelar oleh warga Lebanon beberapa waktu terakhir. Pekan lalu, seorang demonstran Lebanon tewas usai terkena tembakan Israel saat berunjuk rasa di area perbatasan.

 

Menurut media nasional Lebanon, penembakan terjadi setelah sekelompok demonstran muda nekat menyeberangi perbatasan dan masuk ke kota Metula, Israel bagian utara.

 

Dalam pernyataan pada Senin (17/5) waktu setempat, militer Israel menyatakan pihaknya mendapati 'sejumlah warga Lebanon yang diduga mendekati pagar keamanan' di perbatasan dan merusaknya.

 

"IDF (militer Israel) memandang setiap upaya melanggar kedaulatan Israel dengan sangat serius, dan akan terus beroperasi baik secara terbuka maupun terselubung di area tersebut," demikian pernyataan militer Israel. (dtk)



 


SANCAnews – Umar Hasibuan atau yang lebih akrab disapa Gus Umar yang merupakan salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) murka karena Hamas disebut sebagai teroris. Pasalnya, menurut Gus Umar, orang yang menyebut Hamas sebagai teroris itu merupakan warga Indonesia yang notabenenya beragama Islam.

 

Melalui akun Twitter pribadinya, Gus Umar lantas mengungkapkan keheranannya kepada orang Indonesia yang kerap menuding Hamas sebagai teroris. Dengan keras ia beranggapan bahwa orang Indonesia yang melayangkan tudingan teroris kepada Hamas itu adalah orang yang sok tahu.

 

“Siapa yang teroris? Aneh emang, Hamas dituduh teroris oleh orang Indonesia yang sok tahu,” tulisnya tampak heran dan kesal, seperti dikutip terkini.id pada Selasa, 18 Mei 2021, via Twitter.

 

Lalu dalam cuitan lainnya, Gus Umar secara blak-blakan kembali menyentil orang Islam yang justru membela Israel.

 

“Ngaku orang Islam tapi belain Yahudi Israel dgn dalil Hamas Teroris,” ujarnya.

 

“Lihat foto ini spy hidupmu jangan jadi orang Munafik dan cuma sekedar cari sesuap dan cari sensasi. #FreePalaestine,” pungkasnya seraya melampirkan sejumlah foto untuk memperkuat pernyataannya.

 

Seperti diketahui, konflik antara Israel-Palestina kali ini menyita perhatian dunia. Tak hanya menjadi topik hangat secara internasional, tetapi juga menjadi pembicaraan di Tanah Air.

 

Hanya saja, di Indonesia diduga terdapat sejumlah tokoh yang sengaja memanfaatkan situasi konflik Israel-Palestina untuk kepentingan pribadi. []



 


SANCAnews – Pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) pada Minggu (16/5) diwarnai dengan berbagai komentar keras Palestina kepada Israel, dan sebaliknya.

 

Pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi itu merupakan sesi darurat untuk membahas ketegangan di Timur Tengah.

 

Digelar secara virtual dan terbuka, pertemuan juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki dan Perwakilan Tetap Israel untuk PBB Gilad Erdan.

 

Itu merupakan sesi darurat ketiga dalam sepekan, setelah dua pertemuan sebelumnya gagal menghasilkan pernyataan bersama.

 

Di dalam pertemuan tersebut, al-Maliki menuduh Israel telah melakukan kejahatan perang dan menjalankan kebijakan apartheid terhadap Palestina.

 

"Israel adalah pencuri bersenjata yang telah memasuki rumah kami dan meneror keluarga kami, menghancurkan rumah kami, menindas rakyat kami, generasi demi generasi," ujarnya, seperti dikutip Anadolu Agency.

 

Ia menyerukan kepada dewan untuk memberikan tekanan internasional terhadap Israel dengan menjatuhkan sanksi dan embargo senjata.

 

“Bertindak sekarang untuk mengakhiri agresi. Bertindaklah sekarang agar kebebasan menang, bukan apartheid," tegasnya.

 

Pada gilirannya, Erdan menyalahkan Hamas karena melakukan serangan teror. Ia berdalih, serangan Israel digunakan untuk membela diri.


Menurut Erdan, Hamas telah meningkatkan ketegangan dengan Israel untuk menjalankan manuver politik domestik lantaran Presiden Mahmoud Abbas menunda pemilu.

 

“Itu benar-benar direncanakan oleh Hamas untuk merebut kekuasaan politik,” kata Erdan.

 

Ia juga mengatakan, penggusuran warga Palestina dan bentrokan di Masjid Al Aqsa bukan alasan sebenarnya dari serangan yang dilancarkan Hamas.

 

"Apakah anda benar-benar percaya bahwa sengketa properti inilah yang menyebabkan Hamas melancarkan serangan besar-besaran terhadap orang-orang Israel?" ujarnya.

 

Lebih lanjut, ia mengatakan Israel berupaya untuk menghindari jatuhnya korban sipil, “Hamas menargetkan warga sipil, Israel menargetkan teroris. Israel melakukan segala upaya untuk menghindari korban sipil, Hamas melakukan segala upaya untuk meningkatkan korban sipil," tambahnya.

 

Sementara itu, dikutip dari Al Jazeera, sejak serangan udara Israel pada 10 Mei, setidaknya 212 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak meninggal dunia, dengan lebih dari 1.500 lainnya terluka. Sedangkan roket Hamas sendiri menewaskan 10 warga Israel, dua di antaranya anak-anak.

 

Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memohon agar kekerasan segera diakhiri, menyerukan gencatan senjata. Ia mengatakan, permusuhan kedua pihak sangat mengerikan dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang tidak dapat dikendalikan.

 

"Permusuhan saat ini benar-benar mengerikan. Putaran kekerasan terakhir ini hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran, dan keputusasaan, dan mendorong lebih jauh ke cakrawala harapan untuk hidup berdampingan dan perdamaian," kata Guterres. (rmol)



 


SANCAnews – Tidak sedikit dari kelompok aktivis yang kini merapatkan barisan dalam lingkaran istana. Tujuan awal mereka masuk baik, namun usai berada dalam lingkaran orientasinya berubah.

 

Pengamat politik yang juga ahli filsafat, Rocky Gerung menekankan bahwa sudah banyak kelompok aktivis yang masuk dalam lingkaran Istana. Mulai dari aktivis LIPI, LBH, Komnas HAM, dan aktivis lainnya.

 

Menurutnya, saat itu memang ada sebuah kesepakatan bersama dari kelompok aktivis secara tersirat agar masuk menjadi bagian pemerintah. Tujuannya untuk mengubah kultur di Istana agar lebih demokratis.

 

“Bukannya dia beternak demokrasi, dia malah diternak oleh oligarki. Jadi mereka yang justru diternak oligarki kan?” tuturnya dalam akun YouTube Ahmad Yani Channel, yang dilihat redaksi pada Selasa (18/5).

 

Seharusnya, sambung Rocky, para aktivis yang pernah belajar dan terlibat dalam advokasi masyarakat bisa membawa pesan itu langsung ke presiden. Namun yang terjadi, mereka justru pucat saat berhadapan dengan jenderal-jenderal yang ada di sekeliling presiden.

 

Di mata Rocky, tidak sedikit aktivis di Istana yang kini mengalami disorientasi. Tujuan mereka saat ini sebatas untuk memperlihatkan pin yang disandang kepada masyarakat. Hal itu juga menjadi indikasi bahwa mereka sebenarnya tidak memiliki kepercayaan diri yang kuat.

 

“Kalau percaya diri, seharusnya dia kasih tahu bahwa ‘saya habis bertengkar sama presiden, karena saya jurubicara sekaligus mantan aktivis, jadi saya tahu ide demokrasi,” tutupnya. (rmol)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.