Latest Post




SANCAnews – Sebuah fakta terungkap bahwa Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Israel, memberikan dukungan terhadap pembantaian warga sipil Palestina. Ya, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden baru saja menyetujui kesepakatan baru penjualan senjata kepada Israel.

 

Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari US News, pemerintah Amerika Serikat menyetujui penjualan bom berpemandu presisi kepada Israel. Yang lebih mencengangkan, kesepakatan penjualan senjata antara AS dan Israel mencapai nilai $735 juta, atau setara dengan Rp10,5 triliun.

 

Penjualan rudal berpemandu presisi sebelumnya telah diinformasikan kepada Kongres AS sejak April 2021 lalu. Hal ini dilakukan sesuai prosedur, sebelum diambil keputusan resmi pada 5 Mei 2021.

 

Menurut Undang-Undang AS, Kongres AS diberikan kesempatan untuk melakukan peninjauan dalam tenggang waktu 15 hari untuk menerima atau menolak kesepakatan tersebut.

 

Meskipun menuai gelombang kritik dari banyak pihak, Amerika Serikat sepertinya tak peduli. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS yang tak disebutkan namanya, hanya menyatakan keprihatinannya soal perang Israel-Palestina yang sudah terjadi selama sepekan.

 

Perlu diketahui, senjata yang dijual Amerika ke Israel adalah Joint Direct Attack Munition atau Amunisi Serangan Langsung Gabungan (JDAM). JDAM adalah bom berpemandu GPS (Sistem Pemosisi Global) yang dilengkapi dengan pemandu laser dan inersial (bergerak dengan kecepatan konstan di garis lurus).

 

Bom ini telah dikembangkan Amerika Serikat sejak 1997 dan digunakan di sejumlah perang, diantaranya Perang Kurdi-Turki, Perang Afghanistan, Perang Saudara Suriah, Perang Irak, dan Perang Somalia.

 

Satu unit bom JDAM dibanderol seharga US$25.000, atau senilai Rp357 juta. Jika melihat nilai kesepakatan penjualan antara AS dan Israel, maka jumlah bom JDAM yang dibeli negara Zionis itu mencapai 29.400 unit.

 

Di sisi lain, menurut data yang dikutip VIVA Militer dari Al-Jazeera, hingga saat ini sudah mencapai 200 warga sipil Palestina yang meninggal dunia akibat serangan bengis militer Israel. Lebih dari 50 korban jiwa adalah anak-anak dan lebih dari 30 orang adalah wanita. []





SANCAnews – Konflik panas yang terjadi antara Israel dan Palestina menimbulkan pro dan kontra di mata dunia. Tak hanya dibicarakan secara internasional, konflik juga ramai di Tanah Air.

 

Kemudian, tidak hanya masyarakat biasa, sejumlah tokoh masyarakat bahkan angkat suara terkait perang Palestina-Israel yang masih berlangsung.

 

Nah, salah satunya adalah politisi Partai Gerindra, yakni Fadli Zon, yang ikut melayangkan opininya.

 

Dalam cuitan di media sosialnya, Fadli tampak menyinggung perihal Israel yang dinilainya brutal dan biadab.

 

Untuk itu, ia pun lantas menyentil orang-orang yang mengaku pro terhadap Israel.

 

Menurutnya, jikalau sampai ada orang Indonesia yang membela Israel, maka patut dipertanyakan apakah ia berpaham Pancasila dan menghormati UUD 1945.

 

“Kalau di sini ada orang yang membela Israel yang terang-terangan brutal dan biadab terhadap bangsa Palestina, maka orang tersebut patut diragukan berpaham Pancasila dan menghormati UUD 1945,” tulis Fadli Zon, sebagaimana dikutip terkini.id pada Selasa, 18 Mei 2021, via Twitter.

 

Lalu dalam cuitan lainnya, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR itu turut menyinggung sosok Perdana Menteri (PM) Israel, yakni Benjamin Netanyahu, atas situasi berdarah di Palestina.

 

“Netanyahu ini sudah pantas mendapat predikat ‘Penjahat Perang’ dan harus diseret ke International Criminal Court (ICC),” ujar Fadli Zon. []



 


SANCAnews – Nama mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad diduga dicatut oleh orang tak dikenal saat konferensi pers "Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai" yang digelar Indonesia Corruption Watch (ICW) pada Senin, 17 Mei 2021. Akun zoom dengan nama Abraham Samad itu pun menampilkan gambar yang ditengarai memuat unsur pornografi.

 

Hal ini terjadi di sela-sela penyampaian pernyataan dari mantan pimpinan KPK Muchamad Jasin. Tiba-tiba, layar beralih ke akun bernama Abraham Samad. Terlihat ada tangan menyodorkan layar ponsel yang menampilkan gambar diduga mesum ke arah kamera gawai yang digunakan untuk zoom.

 

"Ini ada yang masuk ini Pak," kata peneliti ICW Kurnia Ramadhana merespons hal ini. Kejadian tersebut berlangsung kurang dari dua detik.

 

Ketika dihubungi setelah acara, Kurnia mengatakan sempat menerima pesan dari Abraham. Kata dia, Abraham tak bisa bergabung dalam konferensi pers via zoom itu kendati sudah mencoba berkali-kali.

 

"Tolong sampaikan ke Kurnia aku kok enggak bisa masuk ke zoom ICW untuk konpers hari ini bersama pimpinan lainnya. Saya sudah coba berkali-kali tapi tetap tidak bisa tolong disampaikan ke Mas Kurnia," demikian bunyi pesan Abraham Samad kepada Kurnia.

 

Sepanjang berjalannya konferensi pers ini memang terjadi sejumlah gangguan terhadap para narasumber. Beberapa kali mikrofon di gawai para narasumber tiba-tiba mute kendati mereka tidak mematikannya.

 

Dua mantan pimpinan KPK, Busyro Muqoddas dan Bambang Widjojanto juga mengatakan mengalami peretasan pada akun Whatsapp mereka. Keduanya terus ditelepon oleh nomor-nomor tak dikenal. Sejumlah aktivis ICW pun mengalami peretasan sepanjang siang ini.

 

Peneliti ICW Wana Alamsyah mengatakan ada dua bentuk serangan digital yang dialami para pegiat antikorupsi hari ini, yakni peretasan ponsel dan gangguan saat konferensi pers via zoom.

 

Menurut Wana, banyak akun-akun yang mencoba bergabung menggunakan nama-nama pegiat antikorupsi yang mereka kenal. Misalnya akun lain yang mengatasnamakan Busyro Muqoddas serta mantan aktivis ICW Tama S. Langkun dan Febri Hendri.

 

Wana mengatakan akun bernama Abraham Samad pun diduga orang lain yang hanya mencatut nama untuk bisa masuk dalam konpers soal KPK. "Diduga bukan dia (Abraham), jadi ada orang yang menggunakan nama tersebut lalu masuk dan menampilkan gambar semacam itu," kata Wana secara terpisah.

 

Dia mengimbuhkan, moderator akhirnya kemudian meminta semua panelis untuk mengaktifkan video karena banyaknya upaya sabotase tersebut. (glc)




SANCAnews – Sebuah video viral memperlihatkan sekelompok paduan suara yang diduga berasal dari non-muslim, menyanyikan Asmaul Husna di dalam Masjid Istiqlal Jakarta.

 

Video itu, pertamakali diunggah oleh akun Instagram milik Wakil Gubernur DKI Jakarta, Riza Patria @arizapatria. Namun tak lama kemudian video itu dihapusnya setelah mendapat protes dari warga net.

 

Video berdurasi 2 menit 20 detik itu, terlihat kelompok paduan suara tersebut mengenakan pakaian serba putih. Mereka bernyanyi asmaul husna dipandu oleh seorang pria. Video itu mendapat reaksi keras dari Habib Abubakar Assegar.

 

Menurut Habib, pimpinan padua suara itu adalah seorang non muslim. Dia nampak gusar dengan beredarnya video itu.

 

“Dapat kabar bahwa: Pimpinan paduan suara di Masjid Istiqlal dalam video ini adalah Septo Adi Kristianto, non muslim, choir director Gereja Bethel Indonesia. Siapa yang ijinkan mereka? Kenapa pengurus Masjid Istiqlal biarkan?” tulis Habib Abubakar Assegar di Twitter-nya, dilansir fin.co.id, Senin (17/5).

 

Dia menilai beredar video itu meresahkan umat Islam. Habib kemudian mention akun Twitter Anies Baswedan dam Menteri Agama.

 

“Menag @YaqutCQoumas @DPR_RI Gubernur DKI @aniesbaswedan Wagub DKI @ArizaPatria , mohon penjelasan, karena ini meresahkan kami ummat Islam Indonesia, apa lagi Masjid Istiqlal, masjid kebanggaan kami, mohon responnya demi merawat keutuhan kehidupan antar umat beragama,” katanya.

 

“Wallahu a’lam, apa ini ada hubungannya dengan terowongan yang dibuat antara Gereja Katedral dengan masjid Istiqlal?” pungkasnya. []

 



SANCAnews – Bareskrim Polri mengakui masih kesulitan menangkap Jozeph Paul Zhang alias Shindy Paul Soerjomoelyono, tersangka penistaan agama yang mengaku nabi ke-26 yang diketahui berada di luar negeri.

 

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan mencari keberadaan Jozeph Paul Zhang yang berada di luar negeri tidak semudah yang dibayangkan masyarakat.

 

"Tentunya kan dunia maya itu sebenarnya kan tidak semudah kita bayangkan. Kita juga tetap komunikasi dengan instansi lain seperti Kementerian Luar Negeri dan Imigrasi. Kita selalu koordinasi berkaitan dengan dimana yang bersangkutan berada," kata Argo di Mabes Polri, Jakarta, Senin (17/5/2021).

 

Ia menyampaikan pihaknya telah menerbitkan red notice untuk membatasi pergerakan Jozeph Paul Zhang di luar negeri.

 

Pihak kepolisian juga berupaya mengajukan ekstradisi kepada Jerman dan Belanda.

 

"Kita menggunakan red notice dan kita masih tunggu daripada negara-negara yang mendapatkan red notice berkaitan dengan yang bersangkutan," jelasnya.

 

Atas dasar itu, Argo meminta masyarakat untuk bersabar menunggu proses pencarian yang tengah dilakukan oleh Polri.

 

"Tentunya kita butuh proses dan waktu. Untuk sementara kita masih tetap komunikasi. Kita masih mencari yang bersangkutan ada dimana. Tapi tetep dilakukan penyelidikan," katanya.

 

Sebagai informasi, Polri masih tengah memburu Jozeph Paul Zhang yang dikabarkan berada di negara Jerman-Belanda.

 

Pemilik nama Shindy Paul Soerjomoeljono itu pun telah resmi menjadi buronan.

 

Sebaliknya, Polri telah mengajukan nama Shindy Paul Soerjomoeljono ke dalam red notice ke Sekretariat NCB Indonesia melalui Kantor Pusat Interpol di Lyon, Perancis.

 

Nama Jozeph Paul Zhang viral usai unggahannya di akun YouTubenya dianggap menodai agama Islam. Salah satunya pernyataan yang menyebut dirinya sebagai nabi ke-26.

 

Dalam kasus ini, Jozeph Paul Zhang diduga melanggar pasal 28 ayat 2 undang undang ITE tentang ujaran SARA. Selain itu, Jozeph juga diduga melanggar pasal 156 huruf a tentang penodaan agama. Ancaman hukumannya, kurungan penjara selama 5 tahun. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.