SANCAnews
– Palestina Tanah Yang (Pernah) Dijanjikan 2000 SM – 1500 SM:
Ibrahim as. melahirkan Ismail as. (Bapak bangsa Arab) dan Ishak as. Ishak
melahirkan Ya’kub as. alias Israel. Ya’kub punya anak Yusuf as, yang ketika
kecil dibuang oleh saudaranya, namun belakangan menjadi bendahara kerajaan
Mesir. Ketika dilanda paceklik, Ya’kub as. sekeluarga atas undangan Yusuf
berimigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Yahudi Israel (bani Israel atau
bangsa Israel) membesar.
1550 SM – 1200 SM: Politik di Mesir berubah. Bani Israel
dianggap problem, dan akhirnya oleh Fir’aun statusnya diubah menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM: Musa as. memimpin bangsa Israel
meninggalkan Mesir, mengembara di padang Sinai menuju tanah yang dijanjikan,
bila mereka taat kepada Allah. Namun saat mereka diperintah memasuki Filistin
(Palestina), mereka membandel dan mengatakan:
“Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya
selama-lamanya, selagi ada orang-orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena
itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya
kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk dan hanya berputar-putar saja di
sekitar Palestina. Belakangan agama Musa as disebut “Yahudi” – menurut nama
salah satu marga Israel yang paling banyak berketurunan, yakni Yehuda, dan bani
Israel -tanpa memandang warga negara atau tanah air- disebut juga orang-orang
Yahudi.
1000 SM – 922 SM: Daud as. mengalahkan Goliath dari Filistin.
Palestina berhasil direbut. Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang
dari tepi Nil hingga Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan
kembali kebesaran Israel raya Raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru
(Nil dan Efrat) dan bintang Daud. Daud diteruskan Sulaiman as. Masjidil Aqsha
dibangun.
922 SM – 800 SM: Sepeninggal Sulaiman Israel dilanda perang
saudara yang berlarut, hingga kerajaan tersebut terbelah dua: utara bernama
Israel beribukota Samaria dan selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM: Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka
kepada Allah swt. maka kerajaan itu dihancurkan lewat tangan kerajaan Asyiria.
Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani
Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang
seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu
mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh. (QS.
5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Bible: Kitab Raja-raja ke-I
14:15, dan Kitab Raja-raja ke-II 17:18.
600 SM – 500 SM: Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan
Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Bible Kitab Raja-raja ke-II 23:27 dinyatakan
bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari
Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM: Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan
mengijinkan bani Israel kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM: Israel diduduki Alexander Agung dari
Macedonia (Yunani). Ia melakukan Hellenisasi terhadap bangsa-bangsa
taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil
pun ditulis dalam bahasa Yunani, dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM: Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun
dikuasai imperium Romawi.
1 – 100: Nabi Isa as. (Yesus) lahir, kemudian menjadi
pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh
penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yaitu disalib), ajaran Yesus
sendiri ditolak oleh para rabi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi
memberontak terhadap Romawi.
Palestina praktis area bebas Yahudi
100 – 300: Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina
dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar
Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian
tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina.
Dengan masuknya Islam serta dipakainya bahasa Arab di kehidupan sehari-hari,
mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313: Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan
agama Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600: Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di
antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah
besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dan Persia.
619: Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan ruhani: Isra’
dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan Mi’raj ke langit. Rasulullah
menetapkan Yerusalem sebagai kota suci-3 ummat Islam, sholat di masjidil Aqsha
dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid yang lain selain masjidil Haram dan
masjid Nabawi. Masjidil Aqsha juga menjadi kiblat ummat Islam sebelum dipindah
ke ka’bah.
622: Hijrah nabi ke Madinah dan pendirian negara Islam (yang
seterusnya disebut khilafah). Nabi mengadakan perjanjian dengan penduduk Yahudi
di Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626: Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (atau perang
parit) dan berarti melanggar Piagam Madinah. Sesuai dengan aturan di Kitab
Taurat mereka sendiri, mereka dibunuh atau diusir.
Palestina di bawah Daulah Islam
638: Di bawah Umar bin Khattab, seluruh Palestina
dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina,
muslim maupun non muslim, hidup aman di bawah khilafah. Kebebasan beragama
dijamin.
700 – 1000: Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga
Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual
yang sama. Ada beberapa ilmuwan yang terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya
adalah orang Yahudi.
1076: Yerusalem dikepung tentara salib dari Eropa. Karena
pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tapi ajarannya
sesat), pada 1099 tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat
seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187, sampai Salahuddin
al Ayubi membebaskannya, setelah ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat
bisa dibangkitkan kembali.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …(QS. 13:11)
1453: Setelah melalui proses reunifikasi dan revivitalisasi
wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Bagdad oleh
tentara Mongol (1258), sepasukan tentara di bawah Sultan Muhammad Fatih
menaklukkan Kontantinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah. 800 tahun lebih
kaum muslimin berlomba untuk menjadi mereka yang diramalkan Rasul dalam hadits
berikut:
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin
adalah pemimpin yang memimpin penaklukkannya, dan sebaik-baik tentara adalah
tentara yang menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).
Hari kiamat tak akan tiba sebelum tanah Romawi di dekat
al-A’maq atau Dabiq ditaklukkan. Sepasukan tentara terbaik di dunia akan datang
… Maka mereka bertempur. Sepertiga dari mereka akan lari, dan Allah tak akan
memaafkannya. Sepertiga lagi ditakdirkan gugur sebagai syuhada. Dan sepertiga
lagi akan menang dan menjadi penakluk Konstantinopel. (HR Muslim, no. 6924)
1492: Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol
(reconquista). Karena cemas suatu saat ummat Islam bisa bangkit lagi, maka
terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tak cuma
diarahkan pada muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah
Utsmaniyah, di antaranya ke Bosnia. Pada 1992 raja Juan Carlos dari Spanyol
secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust 500 tahun
sebelumnya.
1500-1700: Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya
sekularisme (pemisahan gereja – negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya
kemajuan teknologi modern di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka
mencari jalur alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam.
Tapi berikutnya mereka didorong semangat kolonialisme / imperialisme.
1529: Tentara khilafah Utsmani berusaha menghentikan arus
kolonialisme / imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung
Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 kepungan ini diulang, dan
gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada
jumlah dan perlengkapannya, mirip hal yang pernah terjadi pada awal perang
Hunain di masa Nabi.
yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,
maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan
bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan
bercerai-berai. (QS. 9:25)
Barat memperalat Yahudi
1798: Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat
bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di
bawah khilafah.
1831: Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis
mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir, dan Pasya
Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh nasionalisme.
1835: Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu
mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuner Yahudi Inggris,
Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah
berkurikulum asing di wilayah khilafah.
1838: Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan
perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849: Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina.
Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12000. Pada tahun 1948
jumlahnya sudah 716700, dan pada 1964 sudah hampir 3 juta. 1882: Imigrasi
besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan
kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891: Para penduduk Palestina mengirim petisi kepada
khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina.
Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at
Bosporus”), dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat
terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api
dari Damaskus ke Madinah via Palestina !! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul
Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipengaruhi Inggris.
PD-I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
Zionisme
1896: Theodore Herzl merampungkan sebuah doktrin baru
Zionisme sebagai gerakan politik untuk mendirikan negara Yahudi Israel. Mereka
mendapat inspirasi untuk “bekerjasama” dengan negara-negara besar (Amerika,
Inggris, Perancis, Rusia) dalam realisasinya. Sebaliknya negara-negara besar
itu berkepentingan dengan sumber alam di wilayah itu, dan memerlukan “agen”
untuk melemahkan ummat Islam di sana.
1897: Theodore Herzl menggelar kongres Zionis dunia pertama
di Basel, Swiss. Peserta Kongress-I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa ummat
Yahudi tidaklah sekedar ummat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat
untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis
menuntut tanah air bagi ummat Yahudi -walaupun secara rahasia- pada “tanah yang
bersejarah bagi mereka”.
Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat
Uganda atau di Amerika Latin! Di kongres itu, Herzl menyebut, zionisme adalah
jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas ummat Yahudi yang telah
berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenal kembali, bahwa nasib ummat
Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan ummat Yahudi sendiri. Di depan Kongres
Herzl berkata: “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !!!” Apa yang
direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada 1948.
1916: Perjanjian rahasia Sykes-Picot oleh sekutu – (Inggris,
Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya PD-I, untuk mencengkeram
wilayah-wilayah Arab dari khilafah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara
mereka. PD-I berakhir dengan kemenangan sekutu. Inggris mendapat kontrol atas
Palestina. Di PD-I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan sekutu untuk tujuan
mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917: Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour,
dalam deklarasi Balfour, memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild,
bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu
pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal
bakal PBB) memberi mandat ke Inggris untuk menguasai Palestina.
Setelah Hancurnya Khilafah Islam
1924: Mustafa Kemal Ataturk – seorang Turki yang terdidik
oleh Free Masonry, menganggap kemunduran khilafah itu karena Islam. Ia merasa
jalan keluarnya adalah nasionalisme dan sekularisme seperti yang telah berhasil
di Barat. Bersama tentara yang seide, ia merebut kekuasaan dan mengumumkan
bahwa khilafah bubar. Dengan itu maka tidak ada lagi ikatan antar ummat Islam
sedunia yang akan “take care” bila ada satu bumi Islam jatuh dalam penderitaan.
Nasionalisme menggantikan solidaritas Islam (ukhuwah Islamiyah).
1938: Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi
Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD-I yang telah menghancurkan
ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (Endlösung). Ratusan
ribu dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke USA).
Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan
Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD-II Yahudi lebih berhasil menjual
ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor berita di dunia.
1944: Partei buruh Inggris yang sedang berkuasa secara
terbuka memaparkan politik “Membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke
Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong
keluarnya pribumi Arab dari sana”. Kondisi Palestina memanas.
1947: PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua
negara: Arab dan Israel.
1948 14 Mei: sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di
Palestina para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel,
melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, jutaan
dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dll.
Palestinian Refugees menjadi tema dunia. Namun Israel menolak existensi rakyat
Palestina ini, dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong
dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dengan negara-negara Arab
tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh
Inggris, maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan
PBB.
Setelah Negara Israel Berdiri
1948 2 Desember: Protes keras Liga Arab atas tindakan USA dan
sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi
zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Bana
mengirim 10000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan
karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir
takut bahwa di dalam negeri, IM bisa kudeta. Akibatnya, tokoh-tokoh IM
dipenjara atau dihukum mati.
1952: Para perwira Mesir di bawah Jamal Abdul Nasser
melakukan kudeta terhadap Raja Farouk.
1953: Harakah Islam Hizbut Tahrir berdiri di Yerusalem dengan
tujuan mengembalikan kehidupan Islam ketengah masyarakat dan membentuk khilafah
Islam yang menerapkan sistem Islam dan membebaskan seluruh dunia dari
penghambaan kepada selain Allah. Metode yang ditempuh dalam membentuk khilafah
adalah dakwah untuk merubah opini masyarakat.
1956: Nasser menasionalisasikan terusan Suez. Hal ini
membangkitkan harga diri pada bangsa Arab, sehingga tak sedikit yang kemudian
“memuja” Nasser.
1956 29 Oktober: Israel dibantu Inggris dan Perancis
menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez.
1964: Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestina Liberation
Organitation). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak
bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan ummat Islam. Masalah
Palestina direduksi menjadi persoalan nasional.
1967: Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syiria selama 6
hari dengan dalih pencegahan. Israel berhasil merebut Sinai dan jalur Gaza
(Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).
Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena informasi dari
CIA. Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena
Menhan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan
selama dia di udara.
1967 Nopember: Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor
242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam
perang enam hari, pengakuan semua negara di kawasan itu dan penyelesaikan
secara adil masalah pengungsi Palestina.
1969: Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai
ketua komite eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970: Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi
perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania
dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari USA, maka akhirnya
Raja Hussein mengusir markas PLO dari Yordania. PLO pindah ke Libanon.
1973 6 Oktober: Mesir dan Syiria menyerang pasukan Israel di
Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasa Yahudi Yom Kippur. Pertempuran
ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel
tidak tiba-tiba dibantu USA. Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma
“siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan USA”. Arab
membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak
membumbung tinggi.
1973 22 Oktober: Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi
338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi 242 dan perundingan damai di
Timur Tengah.
Ditipu sejak Camp David
1977: Pertimbangan ekonomi (perang memboroskan kas negara)
membuat Presiden Mesir Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa berkonsultasi dengan
Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai.
Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena politiknya ini, belakangan Sadat
dibunuh (1982).
1978 September: Mesir dan Israel menandatangani perjanjian
Camp David yang diprakarsai USA. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas
kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Sadat dan PM Israel
Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. Namun Israel tetap menolak
perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp
David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan USA
sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu
memveto resolusi PBB yang tak menguntungkan Israel.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
sehingga kamu mengikuti keinginan mereka. Katakanlah:_ _“Sesungguhnya petunjuk
Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120)
1979: Ayatullah Khumaini memaklumkan Revolusi Islam di Iran
yang menumbangkan rezim korup pro Barat Syah Reza Pahlevi. Referendum
menghasilkan pembentukan Republik Islam, yang salah satu cita-citanya adalah
mengembalikan bumi Palestina ke ummat islam dengan menghancurkan Israel. Iran
mensponsori gerakan anti Israel “Hizbullah” yang bermarkas di Libanon.
1980: Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim
panas 1980 kota Yerusalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1980: Pecah perang Iraq-Iran selama 8 tahun. Perang ini
direkayasa oleh Barat untuk melemahkan gelombang revolusi Islam dari Iran.
Negara-negara Arab dipancing fanatisme sunni terhadap Iran yang syiah. Iraq
mendapat bantuan senjata yang luar biasa dari Barat.
1982: Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan
pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran atas batas-batas
internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena veto USA.
Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas
instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
Intifadhah
1987: Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang
Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai
meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang
memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988 Desember: USA membenarkan pembukaan dialog dengan PLO
setelah Arafat secara tidak langsung mengakui existensi Israel dengan menuntut
realisasi resolusi PBB no. 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di
pengasingan di Tunis.
1990 Agustus: Invasi Iraq ke Kuwait. Arafat menyatakan
mendukung Iraq. Terjadi lagi perpecahan antar Arab. Perang ini juga direkayasa
Barat untuk melemahkan Iraq, yang setelah perang dengan Iran arsenalnya dinilai
terlalu besar dan bisa membahayakan Israel. Dan Barat sekaligus bisa lebih kuat
menancapkan pengaruhnya di negera-negara Arab. Pemerintah diktatur di
negara-negara Arab ditakut-takuti dengan “Islam fundamentalis”.
1991 Maret: Presiden USA George Bush menyatakan berakhirnya
perang teluk-II dan membuka kesempatan “tata dunia baru” bagi penyelesaian
konflik Arab-Israel.Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen.
Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993 September: PLO-Israel saling mengakui existensi masing-masing
dan Israel berjanji memberi hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto
Israel adalah “land for peace” (=tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam
keras dari pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak
setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania)
menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk
mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO,
maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti
Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel
Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995: Rabin dibunuh oleh Yigal Amir, seorang Yahudi fanatik.
Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan muslim yang
sedang sholat shubuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun
wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina
yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom
“bunuh diri”. Dengan ini diharapkan usaha perdamaian yang tidak adil itu gagal.
Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan
Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai)”.
1996: Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh
Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti
perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia
menolak adanya negara Palestina. Palestina agar tetap sekedar daerah otonom di
dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu / menciptakan konstelasi baru (pemukiman
di daerah pendudukan, bila perlu perluasan ke Syria dan Yordania) untuk sama
sekali membuat perjanjian baru. USA tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di
luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di USA terlalu kuat,
maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk
“mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba
kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap
Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba
“aktif” jadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan
masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga
tidak rela bahwa USA “jalan sendiri” tanpa “bicara dengan Eropa”.
Khatimah
Negara Israel adalah kombinasi dari sedang lemahnya ummat
Islam, oportunisme Zionis Yahudi serta rencana Barat untuk mengontrol bumi dan
ummat Islam.
Di Palestina berhasil didirikan negara Yahudi setelah
sebelumnya ummat Islam berhasil diinflitrasi dengan pikiran-pikiran yang tidak
islami, sehingga dapat dipecah belah bahkan sampai dilenyapkan khilafahnya.
_Nabi berkata: Kunci Timur dan Barat telah ditunjukkan Allah
untukku dan kekuasaan ummatku akan mencapai kedua ujungnya. Telah kumohon
kepada Rabbku agar ummatku tidak dihancurkan oleh kelaparan maupun oleh
musuh-musuhnya. Rabbku berkata: Apa yang telah Ku-putuskan tak ada yang bisa
merubahnya. Aku menjamin bahwa ummatmu tak akan hancur oleh kelaparan atau oleh
musuh-musuhnya, bahkan jika seluruh manusia dari segala penjuru dunia bekerja
bersama-sama untuk itu. Namun di antara ummatmu akan ada yang saling membunuh
atau memenjarakan. (HR Muslim no. 6904)_
Karena itu baik strategi Zionis maupun Barat adalah
menimbulkan permusuhan di kalangan ummat Islam sendiri. Namun sementara itu
sesungguhnya Zionis atau Barat sendiri juga saling bersaing demi
kepentingannya. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat.
Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah
belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada
mengerti. (QS. 59:14)
Yang jelas, sang perampok Israel tidak bisa diusir dalam
kondisi ummat Islam dewasa ini. Terlebih dahulu mereka harus menata aqidah dan
menegakkan khilafah. Bukan PLO dan bukan negara-negara Arablah yang akan
membebaskan kembali Palestina dan Yerusalem, namun ummat Islam bersama
khilafahnya yang berhak melakukan tugas mulia itu, serta (insya Allah) memenuhi
salah satu nubuwwat Rasulullah berikut ini:
Tidak datang hari Kiamat, sebelum kamu memerangi kaum Yahudi,
hingga mereka lari ke belakang sebuah batu, dan batu itu berkata: “ada orang
Yahudi di belakangku, datanglah, dan bunuhlah” (HR Bukhari Vol. 4 Kutub 52 no.
176 dan HR Muslim no. 6985)
Nubuwwah ini sepertinya baru akan terjadi di zaman “internet
of things”, yang baru akan tiba, di mana rumah kita, sejak dari pintu hingga
tong sampah, semua “ber-chip”, dan bisa berkomunikasi dengan manusia. (ljc)