Latest Post


 


SANCAnews – Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh memperingatkan Israel, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, untuk tidak menyentuh Masjid Al Aqsa.

 

Ia menyebut Masjid Al Aqsa merupakan garis merah yang tidak boleh dilanggar. Dengan menyentuhnya, berarti Israel bermain-main dengan api.

 

"Kami telah berulang kali memperingatkan musuh untuk tidak menyentuh Masjid Al Aqsa, yang merupakan kiblat kami, identitas kami, keyakinan kami, dan pemicu revolusi kami," kata Haniyeh dalam konferensi video di Doha, Qatar pada Sabtu (15/5).

 

"Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa menjadi dasar perjuangan melawan Zionisme," tambahnya, seperti dikutip Anadolu Agency.

 

Sejak serangan udara dimulai pada 10 Mei, Israel telah menewaskan sedikitnya 145 orang, termasuk 41 anak-anak dan 23 wanita, dengan 1.100 lainnya terluka.

 

Setidaknya lima bangunan bertingkat juga telah hancur dalam serangan udara di Jalur Gaza.(SANCAnews – Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh memperingatkan Israel, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, untuk tidak menyentuh Masjid Al Aqsa.

 

Ia menyebut Masjid Al Aqsa merupakan garis merah yang tidak boleh dilanggar. Dengan menyentuhnya, berarti Israel bermain-main dengan api.

 

"Kami telah berulang kali memperingatkan musuh untuk tidak menyentuh Masjid Al Aqsa, yang merupakan kiblat kami, identitas kami, keyakinan kami, dan pemicu revolusi kami," kata Haniyeh dalam konferensi video di Doha, Qatar pada Sabtu (15/5).

 

"Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa menjadi dasar perjuangan melawan Zionisme," tambahnya, seperti dikutip Anadolu Agency.

 

Sejak serangan udara dimulai pada 10 Mei, Israel telah menewaskan sedikitnya 145 orang, termasuk 41 anak-anak dan 23 wanita, dengan 1.100 lainnya terluka.

 

Setidaknya lima bangunan bertingkat juga telah hancur dalam serangan udara di Jalur Gaza. (rmol)



 


SANCAnews – Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Pakistan Shireen Mazari menyoroti penggunaan kata "konflik" untuk menggambarkan situasi di Palestina oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

 

Lewat akun Twitter-nya pada Sabtu (15/5), Mazari menegaskan bahwa apa yang terjadi antara Palestina dan Israel bukanlah konflik, melainkan upaya Israel untuk "membantai" Palestina.

 

"Dengan hormat sekretaris jenderal yang terhormat, ini bukan konflik, tetapi pembantaian oleh kekuatan pendudukan, dan PBB perlu menegakkan tanggung jawabnya untuk melindungi rakyat Palestina dari terorisme negara israel," ujarnya.

 

"Ingat Charter VII dari Piagam PBB!" tambahnya, merujuk pada bagian yang memungkinkan Dewan Keamanan PBB menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi, untuk mengambil tindakan militer dan nonmiliter demi memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.

 

Dimuat Anadolu Agency, Guterres pada Jumat (14/5) menyerukan de-eskalasi dan penghentian permusuhan di Gaza dan Israel.

 

"Saya mengimbau agar segera meredakan dan menghentikan permusuhan di Gaza dan Israel. Terlalu banyak warga sipil tak berdosa telah tewas. Konflik ini hanya dapat meningkatkan radikalisasi dan ekstremisme di seluruh wilayah," jelasnya.

 

Serangan Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan 139 orang, dengan 950 lainnya terluka.(rmol)



 


SANCAnews – Jalan-jalan besar hingga monumen penting di Amerika Serikat (AS) dibanjiri oleh bendera Palestina dan seruan agar Israel mengakhiri serangan pada Jalur Gaza.

 

Pemandangan tersebut terlihat di setidaknya 65 kota di AS pada Sabtu (15/5). Tanggal 15 Mei sendiri merupakan peringatan Hari Nakba atau Hari Kehancuran, di mana ratusan ribu warga Palestina diusir dari tanahnya sendiri oleh Israel pada 1948.

 

Gerakan Pemuda Palestina dan koalisi Bergerak Sekarang untuk Menghentikan Pering dan Rasisme (ANSWER) menyerukan demonstrasi tersebut.

 

"Menanggapi mobilisasi puluhan ribu warga Palestina untuk membela hak untuk tinggal di lingkungan Palestina Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dan beribadah di Masjid Al Aqsa, Israel telah melakukan tindakan pembunuhan di seluruh wilayah pendudukan Palestina," kata ANSWER dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Sputnik.

 

"Kedalaman dan luasnya perlawanan Palestina telah mengejutkan pemerintah di Israel, AS, Uni Eropa dan banyak rezim di wilayah tersebut, termasuk Yordania, yang populasinya lebih dari setengah keturunan Palestina dan yang merupakan penjaga resmi dari Masjid Al Aqsa," lanjut pernyataan itu.

 

Di Washington DC, ribuan orang berkumpul di monumen Washington pada Sabtu sore. Mereka membawa bendera Palestina dan seruan-seruan "Free Palestine".

 

Menurut seorang jurnalis, diperkirakan terdapat 10 ribu orang yang menghadiri aksi solidaritas tersebut.

 

Gerakan serupa juga dilaporkan dilakukan di San Francisco dan Los Angeles di California, Philadelphia di Pennsylvania, dan New York City. Di Minneapolis, Minnesota, protes lain yang cukup besar terjadi.

 

Demonstrasi juga bukan hanya dilakukan di AS, namun juga London dan kota-kota besar di Inggris, hingga Paris di Prancis. Warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Palestina juga berkumpul menyerukan hal yang sama: pembebasan Palestina. (rmol)



 


SANCAnews – Kepanikan melanda ketika Israel mengumumkan akan meledakkan menara Al Jalaa dan hanya memberikan waktu satu jam untuk evakuasi.

 

Menara Al Jalaa merupakan gedung 11 lantai di Kota Gaza yang menampung sekitar 60 apartemen hunian dan sejumlah kantor, termasuk Al Jazeera Media Network dan The Associated Press.

 

Jurnalis lepas Palestina, Youmna al-Sayed mengungkap detik-detik peristiwa tersebut. Ia mengatakan, tentara Israel telah memberikan peringatan melalui telepon bahwa warga hanya memiliki waktu satu jam untuk mengevakuasi gedung, sebelum jet tempurnya membombardir menara tersebut.

 

"Kami membiarkan lift untuk orangtua dan anak-anak untuk dievakuasi. Kami semua berlari menuruni tangga, dan siapa pun yang bisa membantu anak-anak menurunkan mereka," ujarnya, sembari mengatakan telah membawa dua anak penghuni untuk turun dari menara.

 

Seorang jurnalis Al Jazeera, Safwat al-Kahlout, mengatakan ia berusaha secepat mungkin untuk mengumpulkan barang pribadi maupun kantor.

 

Bahkan ia memohon kepada seorang perwira intelijen Israel dalam telepon untuk mengulur waktu.

 

"Beri saya waktu 15 menit. Kami punya banyak peralatan, termasuk kamera dan lain-lain," ujarnya.

 

Permintaan yang sama juga diminta oleh Jawad Mahdi, pemilik gedung, "Kami menghormati keinginan Anda, kami tidak akan melakukannya jika Anda tidak mengizinkannya, tetapi beri kami 10 menit," ucapnya.

 

"Tidak akan ada 10 menit. Tidak ada yang diizinkan memasuki gedung, kami sudah memberi Anda waktu satu jam untuk mengungsi," jawab petugas intelijen Israel itu.

 

Israel sendiri mengklaim di dalam gedung tersebut terdapat kepentingan militer intelijen Hamas. Namun tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

 

"Saya telah bekerja di kantor ini selama lebih dari 10 tahun dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang mencurigakan... Di gedung ini, kami memiliki banyak keluarga yang kami kenal selama lebih dari 10 tahun, kami bertemu satu sama lain setiap hari dalam perjalanan keluar-masuk kantor," ujar al-Kahlout. (rmol)


 


SANCAnews – Serangan membabi buta yang dilakukan militer Israel terhadap wilayah Palestina di Gaza memicu gelombang protes di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

 

Apalagi serangan Israel dilakukan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri yang sangat sakral bagi umat Muslim.

 

Jelas, itu merupakan tindakan yang sangat kejam, melanggar Hak Asasi Manusia (HAM), melanggar hukum dan keadilan, mencederai kehidupan tolerasi, serta melanggar ketertiban dan perdamaian dunia.

 

"Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, tidak boleh tinggal diam. Karena diam berarti mendukung tindakan kejam Israel," tegas pernyataan Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Sabtu (15/5).

 

KAMI pun mengingatkan bahwa Palestina, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1945 di saat negara-negara lain termasuk negara Arab belum memutuskan sikap, sangatlah penting dan tak ternilai harganya.

 

Maka sangat wajar jika rakyat dan bangsa Indonesia sangat setia membela Palestina, untuk dapat segera lepas dari segala bentuk kekerasan dan penindasan.

 

Oleh sebab itu, sebagai bentuk solidaritas, sudah sepantasnya jika pemerintah atas nama Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengambil inisiatif. Tidak hanya sebatas menyerukan gencatan senjata demi menghindari korban yang lebih banyak.

 

Tetapi juga melakukan tindakan nyata, turut serta aktif, dengan mengajak negara-negara di dunia, termasuk upaya-upaya yang lebih intensif dalam diplomasi internasional di PBB, untuk dapat bersama-sama menegakkan HAM, menjamin penegakan hukum dan keadilan, bersama-sama membangun kehidupan tolerasi, serta menjaga ketertiban dan perdamaian dunia di Palestina.

 

Dalam kaitan itu, Pemerintah perlu segera mengirimkan Tim Medis ke Palestina, dan segara mungkin menyiapkan pasukan perdamaian yang setiap saat siap untuk diberangkatkan di bawah bendera PBB.

 

KAMI pun mengajak segenap bangsa Indonesia untuk terus menyuarakan telah terjadinya pelanggaran HAM, pelanggaran hukum dan keadilan, pelanggaran tolerasi, serta hancurnya kondisi ketertiban dan perdamaian dunia di Palestina oleh ulah brutal Israel.

 

"Marilah bersama-sama mendoakan rakyat Palestina, agar mendapatkan keselamatan, kesehatan dan kemenangan ibadah Ramadhan, serta agar senantiasa Palestina segera menjadi bangsa dan negara yang terhindar dari segala bentuk kekerasan dan penindasan," tutup pernyataan Presidium KAMI. (rmol)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.