Latest Post



SANCAnews – Mudahnya ratusan warga negara asing (WNA) asal China masuk ke Indonesia di saat masyarakat dilarang mudik disinyalir sebagai bentuk balas budi pemerintah Indonesia kepada China.

 

Disampaikan pakar politik dan hukum Saiful Anam, hal itu terlihat dengan sikap pemerintah Indonesia yang terkesan memberi perlakuan istimewa kepada WNA asal China yang datang.

 

"Pemerintah seperti sangat memanjakan China di Indonesia, buktinya WN China dapat leluasa masuk ke Indonesia di tengah WNI dilarang mudik, bahkan untuk melakukan mudik lokal antar kabupaten/kota," ujar Saiful Anam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (12/5).

 

Menurut Saiful, sikap rezim Jokowi tersebut bisa menjadi bagian balas budi karena sudah menikmati bantuan infrastruktur maupun berbagai macam pinjaman dari China.

 

"Indonesia sedang tersandera dengan utang, terlebih lagi vaksin yang beredar di Indonesia lebih banyak berasal dari China, sehingga Indonesia sulit menolak apa yang dilakukan China ke Indonesia, termasuk kedatangan WN China di Indonesia," pungkas Saiful. (rmol)


 

 

SANCAnews – Konflik Israel Palestina kembali memanas selama beberapa hari terakhir. Militer Israel menyerang warga sipil Palestina di Masjid Al Aqsa hingga mengundang keprihatinan warga dunia.

 

Menanggapi aksi masif itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengajak warga di negara-negara muslim untuk membela Palestina, termasuk publik Indonesia.

 

Dalam pidatonya yang viral di jagat media sosial, Erdogan mengutuk keras tindakan militer Israel. Dia menyebut Israel telah berbuat zalim.

 

"Saudara-saudaraku di penghujung bulan Ramadhan ini, kita mendapatkan kabar yang memantik kesedihan dan kemarahan kita dari al-Quds, kota suci dari tiga agama. Orang-orang zalim Israel menyerang dengan brutal orang-orang muslim,” ujar Erdogan dikutip dari Osmanli Media via Hops.id (jaringan Suara.com), Rabu (12/5/2021).

 

Erdogan mengatakan, menjaga kehormatan, kemuliaan, izzah dan persisi tanah suci al-Quds merupakan tanggung jawab seluruh musim di dunia.

 

Oleh karenanya, dia mengajak negara-negara Islam bergerak dan bertindak, tidak hanya diam menyaksikannya.

 

"Setiap muslim yang berada di Istanbul, Diyarbakr, Baghdad, Kairo, Islamabad, Jakarta, Kuala Lumpur, Baku, dan Bosnia merupakan musuh dari semua serangan itu. Diam dan tidak merespons serangan Israel, sama saja dengan menjadi teman dan mendukung kezaliman yang terjadi!,"tutur Erdogan.



"Saya menyeru kepada semua negara yang berpenduduk mayoritas muslim, pada saat kita bersatu, pada saat kita bersama, akan menjadi gerakan untuk menghentikan pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap keputusan lembaga kemanusiaan, HAM, nilai-nilai hukum, dan kemanusiaan internasional,” tegasnya.

 

Ajakan Erdogan inipun disambut oleh warganet Indonesia di Twitter. Banyak yang mendukung ajakan Erdogan hingga menuliskan beragam cuitan. 

 

Terlebih lagi setelah mengetahui, militan Hamas mulai bergerak menyerang balik Israel dengan menembakkan roket Selasa dini hari.

 

"Panjang umur untuk Bapak Erdogan!!! Maju terus pak insyaAllah Palestine will be free. Allahuakbar," tulis @snia***.

 

"Hayu pak @jokowi, ikut bermanuver juga bareng Erdogan. #FreePalestine," celetuk @nonavi***.

 

"Semoga ada respons melawan kezaliman..," terang @tunku**.

 

"Negara teroris itu zionis Israel. Umat muslim #Indonesia #PrayForPalestine dukung perjuangan saudara-saudara kita, bangsa Palestina. #SavePalestine," timpal @Zarf**.

 

Untuk diketahui, Israel melakukan ratusan serangan udara di Gaza hingga Rabu (12/5) dini hari.

 

Serangan itu dilancarkan ketika kelompok Islamis dan kelompok militan Palestina lainnya menembakkan beberapa serangan roket ke Tel Aviv dan Bersyeba.

 

Israel mengatakan pihaknya menyerang sasaran Hamas, termasuk pusat intelijen dan situs peluncuran roket.

 

Mengutip Antara, ini menjadi serangan terbesar antara Israel dan Hamas sejak perang 2014 di Gaza. Dalam aksi balas serangan itu, dilaporkan 35 warga Palestina tewas di Gaza dan tiga di Israel. []

 



 

SANCAnews – Militer Israel membombardir Jalur Gaza sejak Rabu pagi (12/5). Sejumlah daerah menjadi target, tidak terkecuali lingkungan penduduk.

 

Sebuah gedung tempat tinggal menjadi sasaran serangan Israel di lingkungan Tel al-Hawa, Kota Gaza. Tiga orang meninggal dunia.

 

Seorang wanita, yang sedang hamil empat bulan, dan putranya yang berusia lima tahun, dilaporkan tewas setelah serangan udara Israel terbaru di rumah mereka di Tel al-Hawa.

 

Dilaporkan Al Jazeera, jumlah korban serangan Israel sejak Senin (10/5) hingga saat ini sudah mencapai 35, termasuk 10 anak-anak.

 

Pesawat tempur Israel juga menargetkan setidaknya empat bangunan al-Johara di Kota Gaza, yang menampung beberapa organisasi media.

 

Laporan awal menyebutkan bahwa kantor Al Jazeera yang terletak berdekatan dengan gedung al-Johara juga mengalami beberapa kerusakan.

 

Tembakan roket terjadi setelah Hamas mengeluarkan ultimatum yang menuntut Israel mundur dari pasukan keamanannya dari kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur setelah bentrokan selama beberapa hari.

 

Dalam kekerasan di Yerusalem dan Tepi Barat, lebih dari 700 warga Palestina terluka oleh aparat keamanan Israel. (rmol)


Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia atua PGI ragukan status pendeta Jozeph Paul Zhang/ Ist



SANCAnews – Jozeph Paul Zhang hina pendeta dan agama Kristen lewat kata-kata menghina. Jozeph Paul Zhang sebut pendeta mental budak hingga tolol dan bodoh. Sebelumnya, Jozeph Paul Zhang hina Islam.

 

Hal itu diceritakan dalam live streaming via Zoom Meeting dan YouTube. Durasi live Jozeph cukup lama, yaitu sekitar 4 jam 10 menit. Adapun live-nya yang disiarkan di sebuah kanal YouTube itu bertajuk 'Bipang Ambawang vs Khilafah'.

 

Awalnya, Jozeph Paul Zhang menyinggung perihal Bipang Ambawang yang belakangan viral di Tanah Air seusai disebut oleh Presiden Jokowi.

 

Dalam live tersebut juga Jozeph Paul Zhang mengeluhkan banyak komunitas Kristen mulai menyerangnya hingga menyudutkan dengan kata-kata kasar. Hal itu ia ungkapkan saat menanggapi pertanyaan salah satu audiens bernama Nugroho. 

 

Sosok tersebut mempertanyakan Departemen Agama di Indonesia yang mengapa hanya mengurusi agama Islam dan tidak adanya perguruan tinggi negeri selain Islam.

 

Menurutnya, hal itu merupakan sebuah bukti adanya ketidakadilan di Indonesia sehingga Jozeph Paul Zhang pun akhirnya turut menanggapi.

 

Jozeph Paul Zhang mengaku merasa 'dikeroyok' oleh sesama minoritas tepat pada menit ke-29 dalam tayangan live tersebut.

 

"Kan goblok, bodoh itu namanya. Harusnya mumpung ada yang bilang (menyuarakan), disorakin sekalian dipanas-panasin," ujarnya.

 

"Harusnya orang kayak saya digosok sekalian biar tambah keras, ini malah ditakut-takutin. Iya kan salah, terus yang ngomongnya pendeta lagi," lanjutnya.

 

"Nah, inilah pendeta, mentalnya budak kayak gitu. Udah gitu berebut minta maaf tambah goblok lagi. Berarti pendeta-pendeta ini tolol, bodoh semua."

 

Bahkan, dengan kejadian seperti itu, Jozeph mengaku teringat dengan para pendeta Israel di Mesir yang menurutnya juga bermental budak.

 

"Nggak yang Gilbert, yang PGI, saya kan ada upload ini kan, GKI Yasmin dengan Komnas HAM, PGI nya kan kutu kupret bilang dikit-dikit takut, ini mental budak, itu sudah kelihatan banget ada sesuatu yang enggak bener sama PGI mental budak. Orang pendeta tapi mental budak," tegasnya di menit 30 detik ke-11. (sc)



 


SANCAnews – Ketua Dewan Penasehat MHKI, Mahesa Paranadipa Maikel mengatakan, pihaknya masih melihat ada kebijakan yang tidak terimplementasi secara baik oleh pemerintah terkait dua persoalan tersebut. Sehingga belakangan menjadi polemik di masyarakat.

 

"Dengan adanya potensi penambahan kasus akibat mutasi virus harusnya dapat segera diantisipasi oleh semua pihak. Mobilisasi orang baik di dalam negeri maupun dari luar negeri akan sangat berisiko menambah kasus-kasus baru," ujar Mahesa dalam keterangan tertulis yang ditrima Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (12/5).

 

Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia ini juga menyerukan kepada masyarakat agar tidak menganggap enteng virus Covid-19.

 

Pasalnya dia melihat kejadian di sejumlah wilayah mengenai upaya pemudik menerobos penyekatan yang dilakukan aparat, sebagai bagian dari penegakkan aturan peniadaan mudik lebaran tahun ini.

 

Akan tetapi, Mahesa memandang, perilaku masyarakat yang demikian itu juga tidak bisa ditolerir begitu saja oleh pemerintah dan pihak berwenang. Karena berbahaya untuk kondisi penanganan Covid-19 di dalam negeri.

 

"Beberapa kejadian yang memperlihatkan mobilitas pemudik yang tidak dapat dikendalikan juga harus ditanggapi serius," tegasnya.

 

Maka dari itu, Mahesa meminta agar pemerintah, terkhusus kepada Presiden Jokowi untuk lebih menegaskan aturan penanganan dan pengendalian Covid-19, mengingat status yang ditetapkan masih belum dicabut oleh Kepala Negara.

 

"Pemerintah harus lebih tegas menyikapi situasi-situasi yang hari ini masih menunjukkan belum ada pengendalian yang belum dapat mempercepat Indonesia bebas dari pandemi, padahal situasi darurat kesehatan masyarakat akibat Covid-19 belum dicabut oleh Presiden " tandasnya. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.