Latest Post


 


SANCAnews – Bupati Sukabumi Marwan Hamami terus memonitor perkembangan Susan Antela, guru honorer SMAN 1 Cisolok, Kabupaten Sukabumi yang didiagnosis mengidap Guillain-Barre Syndrome (GBS) atau sindrom Guillain-Barre usai menjalani vaksinasi COVID-19 tahap kedua.

 

Melalui tim medis RSUD Palabuhanratu dan Dinas Kesehatan, Marwan mendapat informasi kondisi guru Susan saat ini semakin membaik. "Informasi yang saya peroleh, alhamdulillah sudah bisa bangun duduk sendiri tanpa harus dibantu," kata Marwan kepada detikcom, Selasa (11/5/2021).

 

Marwan memastikan Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah melakukan berbagai upaya dalam membantu guru Susan yang lumpuh. Bantuan itu dilakukan melalui berbagai dinas terkait.

 

"Pemda telah berupaya lewat instruksi kepada kecamatan hingga Dinas Sosial untuk membantu keluarganya. Dinas Pendidikan juga sudah diinstruksikan untuk turut serta membantu. Apalagi, guru Susan merupakan tenaga pengajar di SMA Negeri Cisolok," bebernya.

 

Sementara itu Yayu, adik dari Susan, membenarkan ada perbaikan kondisi kesehatan yang dialami oleh sang kakak. Hari ini, ia kembali mengantar Susan untuk mendapatkan pengobatan. "Alhamdulillah walaupun enggak banyak perubahannya, tapi ada perbaikan sedikit-sedikit. Matanya sudah bisa lihat wajah orang, walaupun masih berbayang kelihatannya. Kaki juga kata dokter sudah mulai terasa ada ototnya lagi," tutur Yayu.

 

Kisah pilu Susan ini membetot perhatian Presiden Jokowi. Melalui staf kepresidenan, bantuan dari Presiden Jokowi tersebut diantarkan Kapolres Sukabumi AKBP Lukman Syarif ke kediaman Susan di Kampung Pasir Talaga, Desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

 

"Saat ini saya dengan rekan-rekan, Danramil, Kapolsek, Camat Cisolok, Dinkes, saya ditugaskan oleh staf kepresidenan untuk mengawal dan mengantarkan bantuan dari Bapak Presiden Joko Widodo untuk ibu Susan sebagai guru honorer yang mengalami gangguan medis," kata Lukman, Selasa (4/5). []





SANCAnews – Sejak kematian Trio Fauqi Virdaus (22) pada Kamis (6/5/2021), hingga hari ini pihak keluarga belum menerima ucapan belasungkawa secara resmi dari pemerintah.

 

Sekalipun ada ucapan belasungkawa, disampaikan lewat pemberitaan di media massa. Terkait itu pihak keluarga menganggap pemerintah tidak mempunyai etika sama sekali.

 

"Sampai sekarang pun, sudah enam hari, ucapan belasungkawa secara formal saja tidak ada. Kalau pun hanya nitip sama media, etikanya di mana bos? Maaf ya," ungkap kakak mendiang Trio, Sabbihis Fathun Vickih (32) di kediamannya di Jalan Buaran III, RT. 03 RW. 15, Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (11/5/2021).

 

Menurut Vickih, pemerintah harus mempunyai etika lantaran sudah satu nyawa melayang diduga karena vaksin AsteaZenega. Dia pun mengungkapkan pihak keluarga juga belum menerima kejelasan informasi dari Dinas Kesehatan maupun Kementerian Kesehatan.

 

"Tidak ada (informasi pasti atau datang ke rumah), mereka seperti orang buta istilahnya, tuli, bisu. Seakan-akan menutup mata mulut dan telinganya atas masalah ini. Menurut saya pemerintah harus punya etika karena menyangkut nyawa seseorang. Ini bukan all about bisnis atau vaksin lagi. Sudah satu nyawa melayang," sambungnya.

 

Vickih pun melayangkan kritik kepada pemerintah terkait penyelenggaraan program vaksinasi AsteaZeneca merujuk pada kasus kematian adiknya.

 

Meski niat pemerintah sudah bagus dengan alasan mengurai penyebaran Covid-19, namun hal itu malah tertutup dengan bobroknya birokrasi yang ada.

 

"Tapi niat mulia pemerintah jadi gagal karena birokrasinya buruk sekali," cetus Vickih.

 

Untuk itu, Vickih turut menyoroti soal prosedur dalam pelaksanaan penyuntikan vaksinasi. Kata dia, program vaksinasi harus dipastikan secara benar karena hal itu menyangkut dengan nyawa seseorang.

 

"Menurut saya harus ada cek lab, medical cek up keseluruhan. Baru suntik karena ini kaitan dengan nyawa manusia, bukan nyawa anak ayam," pungkas dia.

 

Kronologi

 

Sepulang dari Stadion GBK usai menerima suntikan vaksin tahap pertama, mendiang Trio mengeluh sakit kepala yang hebat, bahkan hingga demam tinggi serta linu di sekujur tubuh. Esoknya, Kamis (6/5/2021) pagi, sakit di kepala Trio makin menjadi-jadi.

 

Atas peristiwa tersebut, pihak keluarga langsung membawa Trio ke salah satu Rumah Sakit Asta Nugraha, Duren Sawit. Bahkan, sebelum itu, Trio sempat kejang-kejang hingga akhirnya pingsan.

 

Vickhih mengatakan, mendiang adiknya tidak sampai lima menit berada di rumah sakit tersebut. Tepat pukul 12.30 WIB, Trio mengembuskan nafas terakhirnya.

 

"Di sana hanya lima menitan lah, tidak lama. Diperiksa, sempat disarankan oleh pihak mereka (RS Asta Nugraha) untuk pindah ke RS yang lebih besar. Tepat pukul 12.30 siang almarhum dinyatakan meninggal dunia. Tepat sehari setelah vaksin," beber dia.

 

Sehat Tanpa Riwayat Penyakit

 

Vickih menegaskan, mendiang adiknya dalam kondisi sehat dan bugar sebelum menerima suntikan vaksin AstraZeneca. Bahkan, disebutkan jika mendiang Trio sama sekali tidak mempunyai riwayat penyakit.

 

"Sehat wal alfiat, tidak ada riwayat penyakit," tegas Vickih.

 

Atas dasar itu, Vickih mempunyai keyakinan jika suntikan vaksin AstraZeneca yang menjadi penyebab kematian adiknya. Sebab, Trio meninggal sehari selang penyuntikan vaksin dan terlebih tidak mempunyai riwayat penyakit.

 

"Ya sampai sekarang belum. Ya diduga kuat karena vaksin. Karena memang tidak ada sakit. Kronologi hari rabu kan disuntik vaksin kamis meninggal. Logikanya sederhana saja, jangan dipersulit seperti gimana-gimana," pungkas Vickih. (sc)



 


SANCAnews – Pemudik sepeda motor asal pekalongan nekat menerobos pos penyekatan polisi, lantaran ia mengaku sudah enam tahun tidak bertemu anaknya di rumah.

 

Dalam video yang diunggah akun instagram @ndorobei, terlihat pemudik wanita mengaku baru pulang kerja dari Taiwan. Ia tau tindakannya itu melanggar aturan, tapi demi anaknya di rumah pemudik tersebut tidak mempedulikan apapun.

 

"Enam tahun pak, bayangin saya tidak ketemu anak-anak. Saya di Taiwan," ujar pemudik itu, pada Selasa (11/05/2021) dini hari.

 

Pemudik yang mengenakan jaket berwarna itu terus memohon kepada petugas untuk diizinkan jalan. Sebab pemudik itu mengaku merasa sehat.

 

"Saya mohon enam tahun saya di Taiwan belum kumpul sama anak-anak, saya sehat, nggak mungkin nularin penyakit," kata pemudik tersebut.

 

Dengan berbagai pertimbangan, pemudik asal pekalongan ini akhirnya diizinkan melanjutkan perjalanan secara lisan. Setelah beradu argumen dengan salah satu petugas di pos penyekatan di daerah Karawang, Jawa Barat.

 

Video yang telah ditonton 87 ribu kali ini menuai berbagai komentar dari warganet, tak sedikit dari mereka yang merasa kasian terhadap perjuang pemudik tersebut.

 

"Kasian kalo gini, serba salah jadinya," kata akun instagram @rossalia_emma.

 

"Sebenarnya polisi itu ngga salah, yang salah itu atuan pemerintah," cetus akun instagram @regard_08.

 

"Hei pemudik, satukan kekuatanmu. Terjang mereka yang menghalangimu untuk silaturahmi," ucap akun instagram @adreiandrians.

 

Sementara itu, ada beberapa warganet juga yang menyoroti kebijakan WNA China yang sudah diizinkan masuk ke Indonesia ditengah pelarangan mudik.

 

"Lagian pemerintah menganak tirikan rakyatnya sendiri, giliran WNA aja boleh bebas keluar masuk Indonesia," ujar akun instagram @evaseptianapunarsi. (sc)





 


SANCAnews – Ribuan pemudik yang mengendarai sepeda motor menjebol barikade penyekatan di Jalur Pantura Subang, Jawa Barat, pada Senin malam (10/5). Pemudik tersebut diketahui bertahan sejak pukul 09.00 WIB hingga 00.00 WIB.

 

Mereka menolak diputarbalikan petugas gabungan. Akibatnya, terjadi kemacetan parah hingga mencapai 9 kilometer.

 

Bahkan, sejumlah pengendara sepeda motor nekat melawan arus untuk melewati pos penyekatan yang dijaga petugas gabungan dari unsur kepolisian, TNI, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan.

 

Petugas gabungan yang jumlahnya terbatas akhirnya kalah kuat dan membiarkan ribuan pemudik menerobos pos penyekatan.

 

"Kondisi ini menunjukan bahwa rakyat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintahnya, akibat ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan pembatasan mobilisasi orang," tutur Ketua Nasional Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, Agung Nugroho, melalui siaran persnya, Selasa (11/5).

 

Agung menilai, di satu sisi warganya sendiri dilarang mudik, sementara sisi lainnya warga negara asing bebas masuk ke wilayah Indonesia tanpa penyekatan.

 

Selain itu, suasana batin religi dalam mudik Lebaran yang sudah menjadi tradisi ratusan tahun, masih sangat sulit dihambat dengan pelarangan pemerintah.

 

Menurut Agung, seharusnya yang dilakukan pemerintah pusat adalah bukan melarang mudik, namun memperkuat pelaksanaan protokol kesehatan atau prokes di seluruh wilayah NKRI yang menjadi titik arus mudik.

 

"Caranya dengan memaksimalkan kerja-kerja aparatur pemerintahan daerah untuk melakukan kontrol pelaksanaan prokes 5 M dan 3 T di tempat-tempat tinggal warga di kampung halamannya selama mudik," jelas Agung, dikutip Kantor Berita RMOLJakarta.

 

Selain itu, pemerintah juga wajib memaksimalkan kapasitas dan kemampuan fasilitas kesehatan di wilayah titik mudik warga.

 

Sehingga apabila terjadi temuan positif Covid-19 bisa langsung diisolasi secara terpadu dan ditangani secara medis di fasilitas kesehatan.

 

Sekarang ribuan orang telah berhasil mudik, tinggal nanti wilayah yang menjadi titik balik pemudik harus bersiap untuk mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan kasus Covid-19 di wilayahnya.

 

Pemerintah daerah yang menjadi tujuan balik mudik disarankan memperkuat aparatur daerahnya untuk mendata berapa banyak warganya yang mudik.

 

Data ini penting agar pemerintah daerah yang menjadi tujuan balik mudik bisa mengantisipasinya, yaitu dengan melakukan penambahan ruang isolasi juga melakukan 3 T terhadap warganya balik mudik dengan valid.

 

Sehingga jika ada yang terpapar Covid-19 bisa langsung di  isolasi mandiri, "Jika ini bisa dilakukan, kemungkinan ledakan Covid-19 bisa diredam," demikian Agung. []



 


SANCAnews – Ratusan tenaga kerja asing asal Cina masuk ke Indonesia dengan alasan untuk dipekerjakan dalam proyek strategis nasional.

 

Lampu hijau bagi TKA China itu menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebabnya, saat ini pemerintah sejak 6 Mei lalu telah memberlakukan kebijakan larangan mudik lebaran.

 

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyampaikan hal tersebut sangat menyakiti hati rakyat Indonesia.

 

Masyarakat kata Mardani, telah dilarang mudik lebaran yang bertujuan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.

 

"Ini sangat menyakiti perasaan masyarakat. Saat warga sendiri harus bersusah payah menjaga diri dari pandemi, masyarakat melihat dengan gamblang ada TKA berbondong-bondong masuk mengerjakan proyek strategis nasional,” ucap Mardani kepada wartawan, Selasa (11/5),

 

Dia menambahkan, masyarakat yang mempertanyakan pemerintah perihal pelarangan mudik karena merasa tidak adil lantaran adanya ratusan TKA Cina datang ke Indonesia.

 

"Wajar kalau rakyat bertanya untuk siapa keberadaan negara? Mestinya proyek strategis nasional dikerjakan oleh anak negeri sendiri,” tndasnya. (rmol)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.