Latest Post


 

SANCAnews – Sanksi administratif dan sebagainya sudah lebih dari cukup untuk para pelanggar protokol kesehatan ketimbang dikenakan sanksi pidana.

 

Begitu dikatakan pakar hukum tata negara Refly Harun saat dihadirkan sebagai saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus kerumunan dengan terdakwa Habib Rizieq Shihab di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (10/5).

 

Pada sidang tersebut, Habib Rizieq bertanya kepada Refly soal pemidanaan seseorang dengan Pasal 160 KUHP tentang Penghasutan saat sudah dikenakan sanksi denda administratif.

 

Dijawab Refly, pertama dalam pelanggaran pidana ada dua prinsip hukum, yakni mala in se dan mala prohibita. Kata dia, pelanggaran pidana yang masuk prinsip mala in se tersebut saja masih bisa diselesaikan perkaranya di luar hukum.

 

"Tapi kalau sanksi misalnya sanksi non pidana bisa diterapkan dan yang menerima sanksi tersebut juga patuh misalnya. Maka kita bicara, untuk apalagi kita sanksi pidana untuk kasus itu," ujar Refly.

 

Menurutnya, hukum harus merestorasi atau biasa disebut dengan restoratif justice, "Misalnya dalam soal prokes kalau semua pelanggaran prokes yang mala in prohibita itu dekati dalam hukum pidana semua. Maka berdasarkan asas equality before the law dan asas diskriminatif semuanya harus diproses demi menegakan dua prinsip tersebut," terangnya.

 

"Kan tidak mungkin bukan itu tujuan dari hukum, tujuan dari hukum itu tertib sosial. Kalau manusianya sudah tertib sudah patuh misalnya, untuk apalagi dihukum," lanjutnya.

 

Refly mengatakan, dalam pemberatan hukum pidana, maka harus dibuktikan setidaknya dua alasan yang menimbulkan kedaruratan kesehatan.

 

"Nah kalau dari sana saja susah kita harus membuktikannya, maka membawa ini ke ranah pidana tidak lebih tidak penting lagi," demikian Refly. (rmol)


 


SANCAnews – Seorang pria mencurahkan isi hatinya saat hendak mudik ke kampung halamannya. Curhatan tersebut ia bagikan ke dalam sebuah video yang beredar di jejaring media sosial.

 

Video itu diunggah oleh akun Tiktok @paejodevo. Dalam unggahan tersebut, pria itu membeberkan alasannya nekat untuk mudik ke kampung halamannya.

 

Padahal diketahui, pemerintah telah melarang masyarakat untuk melakukan mudik lebaran.

 

Pemerintah melarang masyarakat untuk pulang ke kampung halaman mulai tanggal 6-17 Mei 2021.

 

Selama pelarangan mudik, masyarakat tidak boleh keluar kota atau mudik menggunakan transportasi pribadi maupun umum.

 

Akan tetapi hal tersebut rupanya banyak dilanggar oleh sejumlah pemudik. Banyak pemudik yang tetap nekat pulang ke kampung halamannya.

 

Seperti halnya pria ini. Dirinya nekat mudik hanya karena ingin menikmati masakan ibunya.

 

"Otw karena opor dan lontong masakanmu Mak," tulis akun tersebut, dikutip Beritahits.id.

 

Berdasarkan video tersebut, pria itu nekat mudik ke Jepara dari Jakarta hanya karena ingin menikmati masakan ibunya.

 

Dia bahkan rela menggunakan sepeda motor untuk mudik ke kampung halamannya.

 

Hal ini lantaran moda transportasi lainnya tidak bisa ia gunakan. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk menggunakan sepeda motor.

 

"Bus nggak bisa, travel nggak bisa, demi opor dan lontong bikinanmu Mak," ujar pria dalam video tersebut.

 

Unggahan tersebut pun membuat warganet ikut berkomentar dan memberikan respon mengenai video itu.

 

Hingga berita ini ditulis, video tersebut telah disukai 30 ribu orang dan dikomentari ribuan warganet.


"Mewek lagi gue," timpal warganet.

 

"Ya Allah terharu, hati-hati di jalan bang," ujar warganet.

 

"Hati-hati di jalan mas, jangan siksa emakmu dengan kerinduan," balas warganet.

 

"Mantul," komentar warganet. (sc)



 


SANCAnews – Masuknya ratusan warga negara asing (WNA) asal China ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta turut disoroti Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Ami.

 

Pemerintah, kata dia, seharusnya lebih peka dalam mengambil kebijakan. Masuknya rombongan WNA ke Indonesia di tengah larangan mudik memunculkan persepsi bahwa kebijakan soal pencegahan penularan Covid-19 tidak berlaku secara adil dan menyeluruh.

 

”Kalau masyarakat Indonesia saja harus menahan rindu untuk tidak mudik karena mengikuti aturan pemerintah, bagaimana WNA bisa dengan mudah masuk ke Tanah Air? Hal yang seperti ini kan menimbulkan anggapan publik bahwa pemerintah tidak peka melihat kondisi ya,” ujar Gus Ami lewat keterangan tertulisnya, Minggu (9/5).

 

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini pun meminta kepada pemerintah, khususnya Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menjelaskan alasan masih diizinkannya WNA masuk ke Indonesia.

 

“Sebab kondisi ini membingungkan masyarakat yang dibatasi mobilitasnya saat menjelang lebaran,” tuturnya.

 

Selain itu, ia juga mendorong Kementerian Kesehatan memastikan seluruh WNA dan WNI yang datang dari luar negeri dapat mematuhi aturan protokol kesehatan perjalanan internasional selama pandemi Covid-19 sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 8/2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi Covid-19.

 

Ketua Tim Pengawas Pelaksanaan Penanganan Bencana Covid-19 DPR RI ini juga mengusulkan kepada pemerintah untuk sementara menolak seluruh kedatangan WNA selama masa pelarangan mudik.

 

”Sebab, masyarakat pun saat ini tengah berupaya mengikuti aturan larangan mudik dan membatasi mobilitas selama libur lebaran,” tutupnya. (rmol)



 


SANCAnews – Keputusan pemerintah yang membuka pintu kedatangan warga negara asing (WNA) asal China sama saja melukai perasaan masyarakat Indonesia.

 

Terlebih keputusan tersebut berbanding terbalik dengan larangan bagi masyarakat dalam negeri untuk mudik lebaran 2021.

 

“Pemerintah saya pikir kurang bijak dan tidak sensitif, saat setiap orang yang mau keluar daerah dilarang sedemikian rupa, namun WNA yang berasal dari asal mula Covid-19 berdatangan ke negara kita," kata Ketua Umum DKN Garda Bangsa, Tommy Kurniawan kepada wartawan, Minggu (9/5).

 

Menurutnya, alasan kedatangan mereka untuk menangani proyek strategis nasional juga tidak tepat untuk dijadikan alasan.

 

“Mendesaknya proyek strategis nasional ini seperti apa sih? Umpama ditunda sampai setelah 17 Mei saat larangan mudik berakhir apakah akan mengguncang ekonomi Indonesia? Apalagi di antara rombongan WNA tersebut ada yang positif Covid-19,” tambah anggota DPR RI ini.

 

Ia pun meminta pemerintah mengutamakan kesehatan masyarakat Indonesia terlebih dahulu. Dirinya menyinggung bagaimana pemerintah Inggris pada saat melarang atlet Indonesia bertanding di All England dan diminta karantina di hotel hanya karena satu pesawat dengan orang yang terjangkit Covid-19.

 

“Pemerintah Inggris lebih mantap dalam melindungi rakyatnya, kita ingin pandemi ini segera berakhir dan bisa beraktivitas seperti biasa. Maka, sikap tegas dan konsisten pemerintah sangat kita butuhkan," tandasnya. (rmol)



 


SANCAnews – Politikus Rachland Nashidik ikut menyuarakan komentarnya soal Bipang Ambawang yang telah ramai diperbincangkan publik.

 

Rachland Nashidik seakan menyebut Presiden Joko Widodo sebagai Bapak Bipang Ambawang.

 

Hal ini lantaran pidato yang disampaikan oleh Jokowi ketika memberikan rekomendasi makanan untuk lebaran.

 

Dalam akun Twitter pribadinya @RachlandNashidik, dirinya menyinggung soal sebutan Bapak Pembangunan dan Bapak Reformasi.

 

Tak hanya itu, ia juga ikut menyebutkan sebutan Bapak Bipang Ambawang.

 

"Ada Bapak Pembangunan. Ada Bapak Reformasi. Ada Bapak Bipang Ambawang," cuitnya, dikutip Beritahits.id.

 

Cuitan Rachland Nashidik. (Twitter)


Selanjutnya, ia pun membuat sebuah pertanyaan, siapa yang dimaksud sebagai Bapak Bipang Ambawang.

 

"Jadi siapakah Bapak Bipang Ambawang? Nggak usah dijawab. Sana ambil saja sepedanya!" ujarnya.

 

Tak hanya itu, Rachland ikut berkomentar mengenai pernyataan dari Ali Mochtar Ngabalin yang menyebut Jokowi sebagai bapak semua agama.

 

Menurutnya, Jokowi harus menghormati semua agama termasuk dalam pernyataannya ke publik.

 

"Bagus saja bila benar Pak Jokowi Bapak semua agama. Tapi itu seharusnya berarti beliau menghormati semua agama, bukan? Bila hormat, sedikitnya perlu awas dan berhati-hati dalam membuat pernyataan publik dong? Kesalahan yang bodoh seharusnya bisa dihindari oleh bapak semua agama," ungkapnya.

 

Sebelumnya, pidato Jokowi mempromosikan sejumlah makanan khas dari sejumlah daerah membuat publik geger.

 

Jokowi menyarankan membeli kuliner khas daerah secara daring. Ia menyebutkan sejumlah makanan seperti gudeg dari Yogyakarta, Pempek dari Palembang, Bipang Ambawang dari Kalimantan, dan lainnya.

 

"Untuk bapak ibu dan saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasannya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain-lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," ujarnya.

 

Rupanya pidato tersebut menjadi kontroversi lantaran Bipang Ambawang diketahui merupakan babi panggang.

 

Hal ini lantaran mudik identik dengan umat Islam, sedangkan memakan babi adalah haram hukumnya.

 

Sontak pernyataan tersebut menuai komentar dari publik.

 

"Ngomongin mudik Lebaran, oleh-olehnya Bipang Ambawang. Gimana gak makin cinta Indonesia, presidennya suka ngelucu gitu," tulis @Uyobac***.

 

"Eeeh bipang??? Babi panggang gitu??? ga salah nih mudik suruh bawa oleh-oleh bipang??," tanya @stevanih***.

 

"Puluhan tahun hidup di #Indonesia dan lewati suasana mudik lebaran ciri khas umat muslim jelang Idul Fitri, baru tahun ini, seorang Presiden promosikan Bipang Ambawang ...#Nalar kemana?!," kata @zaeffen***. (sc)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.