SANCAnews – Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto atau
BW, ikut angkat bicara mengenai kabar tidak lolosnya sejumlah pegawai KPK
melalui tes alih status sebagai ASN, termasuk Novel Baswedan. Menurut BW, tes
alih status sebagai ASN tersebut absurd.
BW mulanya mengatakan adanya siasat untuk melumpuhkan KPK.
Siasat tersebut, menurut dia, berasal dari kawanan kuasa kegelapan yang
bersekutu dengan koruptor. BW tak menjelaskan dengan gamblang siapa kawanan
kuasa kegelapan yang dimaksud.
"Ada siasat yang tak pernah jeda, begitu khusyuk,
kawanan kuasa kegelapan bersekutu dng koruptor & jaringannya terus
menggempur KPK. Tak hanya itu, kekuatan tanpa batas itu, berupaya untuk
'melumat', melumpuhkan dan bahkan meluluh-lantakkan KPK," kata BW dalam
keterangan tertulis, Selasa (4/5/2021).
BW menduga siasat melumpuhkan KPK itu, salah satunya dengan
merekrut orang-orang bermasalah. Selain itu, dengan menundukkan sikap kritis
pegawai KPK yang berintegritas memberantas korupsi.
"Salah satu siasat itu, diduga, tak hanya merekrut
sebagian orang yang punya masalah karena punya watak nir-integritas saja, tapi
juga menundukkan sikap kritis insan KPK yang senantiasa menjaga izzah
integritasnya atas indikasi tindakan nyeleneh & otoriter dr kekuasaan yang
acapkali permisif atas sikap & perilaku koruptif & kolusif,"
tuturnya.
Tak hanya itu, tes alih status sebagai ASN juga diduganya
untuk menghabisi pegawai KPK yang berintegritas yang bertaruh nyawa dalam
memberantas korupsi. Dia pun heran pegawai KPK yang memberantas korupsi sepenuh
hati justru akan disingkirkan.
"Yang mengerikan, kini, batas api kepantasan telah
dilanggar. Jika info di media benar, ada indikasi SDM KPK mulai dihabisi.
Padahal insan KPK yang telah teruji berkhidmat pada pertiwi karena telah
menggadaikan mata dan bertaruh nyawa untuk memberantas korupsi sepenuh hati.
Tapi justru malah mau disingkirkan semena-mena hanya dengan berbekal Hasil Test
ala Litsus Orde Baru," kata BW.
BW mengatakan, di bulan Ramadhan ini, yang penuh harapan ini,
insan terbaik KPK justru dihadang kebijakan yang absurd. Padahal mereka saat
ini tengah menangani mega skandal korupsi.
"Di ujung Ramadhan yang seyogianya kita berharap berkah
& barokah tapi sebagian Insan Terbaik KPK justru dihadang kebijakan absurd
padahal sedang menangani Mega Skandal Korupsi, seperti misalnya: kasus suap
Bansos Covid-19, Suap Ekspor Benur, E-KTP, Suap Tanjung Balai, kasus bos
batubara yang jadi DPO, kasus mafia hukum di pengadilan & jg penyuapan
penyidik KPK yang mulai menyinggung pimpinan parlemen dan salah satu komisioner
KPK. Apakah ini, salah satu misi dan sasaran 'penghancuran' KPK?" papar
dia.
Lebih lanjut, BW menilai tes alih status sebagai ASN tersebut
sebagai pembusukan KPK yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Sama
halnya seperti revisi UU KPK hingga pemilihan pimpinan KPK yang menurutnya
kontroversial.
"Seluruh uraian di atas adalah bagian dari proses yang
harus disebut sebagai pembusukan KPK yang dilakukan secara sistematis dan
terstruktur mulai dari Revisi UU KPK yg ditolak rakyat di tahun 2019, pemilihan
pimpinan KPK yang kontroversial karena memuat isu nir-integritas hingga
peralihan status pegawai KPK menjadi ASN yang dilakukan secara absurd,"
kata BW.
"Keseluruhan proses itu ada di periode kepemimpinan
Presiden Jokowi. Inikah legacy 'terbaik' yang akan ditinggalkan beliau untuk
diingat sepanjang masa? Saya belum terlalu yakin, tapi banyak fakta yang tak
terbantahkan atas sinyalemen itu," lanjutnya.
Sebelumnya, penyidik senior KPK Novel Baswedan mendengar
kabar tidak lolosnya sejumlah pegawai KPK melalui tes alih status sebagai ASN.
Novel sendiri juga sebagai bagian dari pegawai yang tidak lolos.
"Cuma itulah aku paham, tapi nanti begitu disampaikan
itu benar baru bisa dikonfirmasi kan, tapi rasanya kayak begitu sih," kata
Novel, Selasa (4/5/2021).
"Mereka maunya begitu tapi itu kan sudah lama,
upaya-upaya cuma yang berbeda yang diduga berbuat pimpinan KPK sendiri, kan
lucu," imbuhnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPK Cahya Hardianto Harefa
merespons kabar pemecatan pegawainya yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan
(TWK). Cahya memastikan hasil asesmen TWK masih tersegel.
"Saat ini hasil penilaian asesmen TWK tersebut masih
tersegel dan disimpan aman di Gedung Merah Putih KPK dan akan diumumkan dalam
waktu dekat sebagai bentuk transparansi kepada seluruh pemangku kepentingan
KPK," kata Cahya dalam keterangan tertulis, Selasa (4/5/2021). (dtk)