Latest Post


 


SANCAnews – Berjubelnya pengunjung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, menjadi bukti masyarakat patuh pada pemerintah.

 

Begitu sindiran yang diberikan Wakil Ketua MPR RI, Arsul Sani usai menyaksikan ramainya Pasar Tanah Abang oleh pengunjung yang jauh dari protokol kesehatan menjaga jarak.

 

Ramainya Pasar Tanah Abang terjadi setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengimbau masyarakat menyambut lebaran dengan suka cita dan berbelanja.

 

"(Ramainya Pasar Tanah Abang) tanda warga 'patuh' dengan ajakan pemerintah," ujar Arsul di cuitan akun Twitternya, Senin (3/5).

 

Wakil Ketua Umum PPP ini juga meminta agar Sri Mulyani tidak menyalahkan masyarakat setelah kejadian tersebut.

 

"Bu Menteri, jangan salahkan warga masyarakat ya," katanya. []





SANCAnews – Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Kombes Ahmad Ramadhan mengaku sedih atas catatan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang menempatkan polisi menjadi pelaku terbanyak dalam kekerasan terhadap jurnalis. Dominasi polisi dalam kasus kekerasan tersebut bahkan mencapai 70 persen.

 

Namun, menurut Ahmad jumlah tersebut bukan berarti menandakan mayoritas polisi melakukan kekerasan. Ia memiliki kalkulasi tersendiri, yang ujungnya menyebut bahwa masih banyak polisi yang justru menjadi sahabat bagi jurnalis.

 

"Kemi sedih bahwa nomor satu adalah polisi. Tapi begini, 70 persen kalau misal dari 100 (personel) itu 70, Polri itu jumlahnya 400 ribu lebih. Jadi kira-kira kalau bermain matematika ada 1 polisi yang melakukan kekerasan dari 20.000 (personel). Artinya, 199.999 lainnya masih menjadi sahabat jurnalis," kata Ahmad secara daring, Senin (3/5/2021).

 

Karena itu, Ahmad meminta catatan dari AJI itu tidak lantas menggeneralisasi bahwa semua polisi melakukan kekerasan. Ia menyebut bahwa pelaku kekerasan terhadap jurnalis dilakukan oleh oknum, "Artinya mohon tidak digeneralisasi, ini adalah oknum," ucap Ahmad.

 

Ahmad mengatakan pihaknya juga sudah berupaya melakukan edukasi dan penjelasan terhadap personel kepolisian di daerah bahwa media dan jurnalis adalah mitra dari kepolisian.

 

Ia mengaku Polri juga sudah menyampaikan kepada jajaran tentang tugas jurnalis yang dilindungi oleh undang-undang pers.

 

"Jadi sekali lagi, kami menyampaikan permohonan maaf dan tentu kami akan memperbaiki perilaku anggota di lapangan," kata Ahmad.

 

Kekerasan Jurnalis Didominasi Polisi 

AJI mencatat ada 90 kasus kekerasan yang dialami jurnalis. Ketua AJI Sasmito bahkan menyebut jumlah tersebut menjadi yang paling banyak dalam 10 tahun terakhir.

 

Hal itu disampaikan Sasmito dalam peluncuran catatan AJI atas situasi kebebasan pers di Indonesia 2021, yang diselenggarakan secara daring.

 

"Bahkan di 2020 dari Januari sampai Desember ada 84, tapi Mei 2020-2021 ada 90 kasus. Artinya peningkatan dalam 10 tahun terakhir cukup banyak," kata Sasmito, Senin.

 

Ironisnya, kata Sasmito pelaku kekerasan terhadap jurnalis didominasi oleh kepolisian. Fakta itu sangat disayangkan, mengingat seharusnya polisi menjadi pelindung bagi masyarakat, tidak terkecuali jurnalis.

 

"Ada 58 kasus yang terduga pelakunya aparat polisi. Tentu ini ironi krn polisi seharusnya jadi pelindung masyarakat, termasuk jurnalis, tapi justru menjadi pelaku utama. Kami berharap kapolri baru melakukan reformasi di tubuh kepolisian," kata Sasmito.

 

Sementara itu, Ketua Bidang Advokasi AJI Erick Tanjung dalam paparannya menyebutkan bahwa polisi menjadi mayoritas pelaku kekerasan terhadap jurnalis dengan persentase 70 persen. Menyusul kemudian pihak lainnya, semisal advokat, jaksa, pejabat pemerintahan/eksekutif, Satpol PP/aparat pemerintah daerah, dan pihak tidak dikenal.

 

"Dari periode 2020-2021, catatan kami ada 90 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Ini meningkat jauh dari periode sebelumnya, yang sebanyak 57 kasus," jata Erick.

 

Ia mengatakan kekinian ada sejumlah kasus yang menjadi perhatian AJI dalam satu tahun belakangan. Mulai dari kekerasan yang dialami jurnalis Tempo di Surabaya, yakni Nurhadi hingga vonis terhadap jurnalis banjarhits.id di Kalimantan Selatan, Diananta Sumedi.

 

Polisi Dominasi Kasus HAM 

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, Polri menjadi instansi yang paling banyak mendapat aduan soal pelanggaran HAM. Data itu berdasarkan laporan jumlah aduan selama lima tahun terakhir.

 

Data itu disampaikan Taufan dalam rapat bersama Komisi III DPR, Selasa (6/4/2021) hari ini.

 

"Kalau kita lihat statistiknya yang paling banyak diadukan Kepolisian Republik Indonesia, yang kedua korporasi, yang ketiga pemerintah daerah. Kemudian tentu saja ada lembaga peradilan, pemerintah pusat dalam hal ini beberapa kementerian-kementerian terkait. Tapi tiga ini selalu menjadi yang tertinggi dalam pengaduan," tutur Taufan.

 

Taufan menjelaskan, ada dua jenis aduan pelanggaran HAM terhadap kepolisian, "Kepolisian baik karena ada kasus yang memang menurut aduan itu dilakukan oleh aparat kepolisian, maupun karena ada pihak lain yang diduga atau dituduh oleh pihak pengadu sebagai pelanggaran hak asasi manusia ke pihak kepolisiannya dianggap tidak proper menangani penegakkan hukumnya. Jadi ada dua tipologinya itu," papar Taufan.

 

Kendati begitu, kata Taufan, memang tidak seluruhnya aduan pelanggaran HAM terhadap kepolisian itu benar. Setelah dicek dan verifikasi kembali, ditemukan aduan yang tidak berbasis pada data yang kuat.

 

Namun Taufan tetap menegaskan bahwa berdasarkan statistik laporan, Kepolisian Negara RI menjadi yang paling banyak diadukan.

 

"Tetapi tentu data-data statistik ini menunjukan memang harus ada perhatian yang khusus bagi kepolisian kita. Sehingga kepolisian kita bisa benar-benar menjadi kepercayaan masyarakat di dalam menegakan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan menjaga demokrasi di negeri kita yang kita cintai ini," ujarnya lagi.

 

Sebelumnya, Taufan menyebutkan dalam lima tahun terakhir ada sebanyak 28.305 aduan soal pelanggaran HAM. Namun setelah diseleksi lebih jauh, ada sekitar 9.800 duan yang tidak dilanjutkan karena terkendala permasalahan administratif.

 

"Karena sebagain itu aduannya hanya bersifar tembusan. Jadi tempat pengaduan utamanya justru bukan Komnas HAM, misalnya ORI atau yang lain-lain. Karena itu yang 9.800 ini juga karena alasan administrarif tidak kami lanjutkan," kata Taufan.

 

"Ada 14.363 aduan yang diteruskan yang masuk ke dalam dukungan pemantauan penyelidikan itu 4.536 kasus, kemudian ada 3.400-an kasus yang kami masukan ke dalam dukungan mediasi," imbuh dia. []

 


 


SANCAnews – Rocky Gerung mengomentari fenomena membludaknya jumlah masyarakat yang membeli baju lebaran hingga menciptakan kerumunan yang besar di Tanah Abang. Kali ini ia menyeret nama Menteri Keuangan Sri Mulyani yang ia sebut harus ditangkap.

 

Dalam video yang diunggah di kanal Youtube Rocky Gerung Official, Senin (3/5/2021) disebut oleh Rocky Gerung bahwa masyarakat yang datang berbondong-bondong untuk membeli keperluan Lebaran sedang menuruti permintaan Sri Mulyani.

 

"Fenomena Tanah Abang itu ya mungkin karena mereka ikut memenuhi permintaan Ibu Sri Mulyani," ujar Rocky seperti dikutip Senin (3/5/2021).

 

Ia menyebut Sri Mulyani harus ditangkap karena telah menyebabkan kerumunan dengan meminta orang-orang berbelanja kebutuhan Lebara.

 

"Kan Sri Mulyani bilang cobalah berbondong-bondong beli baju abru atau apa itu, jadi Sri Mulyani mesti ditangkep juga karena menyuruh orang berkerumun," lanjutnya.

 

Lebih lanjut Rocky menyebut ada ketimpangan dalam persiapan masyarakat menjelang hari Lebaran. Ia menyoroti ada beberapa orang yang tak bisa merasakan animo berbelanja menjelang Lebaran.

 

"Tapi terlepas dari efek semacam itu, jelas ada yang terbaca bahwa ada yang timpang sebenarnya itu," ucap Rocky Gerung.

 

Ia menyebut bahwa hari Lebaran menumbuhkan harapan. Sayangnya, tak semua masyarakat Indonesia bisa memenuhi harapan itu. Ia juga menyebut ada rakyat yang masih merintih tak punya uang untuk membeli keperluan menjelang hari raya.

 

"Kita hanya bisa menerangkan ini bahwa Lebaran itu selalu menumbuhkan harapan. Ada yang bisa penuhi harapan itu ada yang tidak bisa penuhi, kan di situ sebenarnya problem kita, jadi kita miris," lanjutnya.

 

"Bahwa ada yang tersiksa menghitung hari, tiba-tiba nanti tinggal 2 hari dan dia tidak punya apa-apa, ada yang memang masih punya tabungan dan terlihat bergembira," ujarnya lagi.

 

Keadaan tersebut, oleh Rocky dinilai mengindikasikan adanya disparitas ekonomi dan juga psikologi. Menurutnya, kondisi tersebut tak bagus bagi bangsa Indonesia.

 

"Jadi, kita tahu di samping ada disparitas ekonomi ada disparitas psikologi. Antara mereka yang merintih dan mereka yang ceria," ujarnya.

 

"Ini tidak bagus bagi bangsa karena ini adalah satu kesempatan besar bagi rakyat kita untuk menikmati kebahagiaan bersama setelah melewati ujian puasa," sambungnya. (glc)



 


SANCAnews – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), hari ini Senin (3/5). Dalam rapat tersebut, para pemegang saham menyetujui perombakan susunan pengurus perseroan.

 

Pemegang saham memberhentikan dengan hormat beberapa pengurus yaitu Komisaris Independen Kiswo Darmawan, Direktur Utama Suko Hartono, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Redy Ferryanto, Direktur Keuangan Arie Nobelta Kaban, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis Syahrial Mukhtar.

 

Dari daftar Dewan Komisaris PGN yang baru, ada nama Dini Shanti Purwono yang merupakan Staf Khusus Jokowi dan Politisi PSI.

 

RUPST juga menyetujui perubahan nomenklatur Direksi yaitu Direktur Komersial menjadi Direktur Sales dan Operasi, Direktur SDM dan Umum menjadi Direktur SDM dan Penunjang Bisnis serta Direktur Keuangan Menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko.

 

Selain itu rapat juga mengesahkan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Laporan Keuangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) tahun buku 2020, serta memutuskan untuk tidak membagikan dividen tahun buku 2020 Pemerintah dan Pemegang Saham.

 

Dengan demikian, maka susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris PGN menjadi sebagai berikut:

 

Susunan Dewan Komisaris PGN

Komisaris Utama : Arcandra Tahar

Komisaris : Lucky Afirman

Komisaris : Warih Sadono

Komisaris Independen: Christian H. Siboro

Komisaris Independen : Dini Shanti Purwono

Komisaris Independen : Paiman Raharjo

 

Susunan Dewan Direksi PGN

Direktur Utama : Muhammad Haryo Yunianto

Direktur Infrastruktur dan Teknologi : Achmad Muchtasyar

Direktur Sales dan Operasi : Faris Azis

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko : Fadjar Harianto Widodo

Direktur SDM dan Penunjang Bisnis : Beni Syarif Hidayat

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis : Heru Setiawan. (glc)



 


SANCAnews – Beredar kabar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan akan dilaporkan ke pihak kepolisian terkait kerumunan di Pasar Tanah Abang, Jakarta.

 

Sontak, kabar tersebut pun menuai reaksi dari beragam kalangan. Salah satunya datang dari Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak), Lieus Sungkharisma.

 

“Lho, yang berkerumun siapa, yang mau dilapori siapa? Emangnya enggak ada kerjaan lain apa ya?” ujar Lieus kepada wartawan, Senin (3/5).

 

Lieus mendengar, pihak yang hendak melaporkan Anies ke polisi adalah kelompok mengatasnamakan Gardu Banteng Marhaen. Namun rencana GBM tersebut dinilainya tak berdasar.

 

“Kayaknya yang mau ngelaporin itu kurang kerjaan kali ya?” kritiknya.

 

Menurut Lieus, Pasar Tanah Abang adalah pusat perdagangan yang besar. Keramaian pasar tersebut pun bak menjadi tradisi di setiap menjelang lebaran.

 

"Nah sekarang, di tengah pandemi Covid-19, ada keramaian yang sudah mentradisi itu karena orang tetap ingin berbelanja kebutuhan lebaran di Tanah Abang. Terus kok Anies yang mau disalahkan? Logikanya di mana itu?” tanya Lieus.

 

Kalau pun memaksa mencari kesalahan dalam kerumunan di Pasar Tanah Abang, Lieus justru menyarankan untuk melihat imbauan Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang menyuruh masyarakat berbelanja jelang lebaran dengan alasan mendongkrak ekonomi rumah tangga.

 

“Sebab Sri Mulyanilah yang mengajak masyarakat agar berbelanja baju baru dan bingkisan Lebaran untuk menggerakkan ekonomi,” kata Lieus.

 

Di sisi lain, saat ini Gubernur Anies telah mengambil langkah untuk memberlakukan pengetatan pengendalian pengunjung Tanah Abang terhitung sejak Minggu kemarin (2/5).

 

Pengetatan ini bukan hanya berlaku di pasar Tanah Abang, namun juga setiap kawasan pasar di ibukota. “Tujuannya tentu saja supaya potensi klaster baru Covid-19 bisa diminimalisir,” tutup Lieus. (glc)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.