SANCAnews – Pasca KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam dan
krunya belum bisa dievakuasi, beredar tulisan mengaku Pegiat Dakwah dan Sosial
Tarmidzi Yusuf.
Dalam tulisan yang dibagikan di grup WA tersebut, Diduga
Tarmidzi Yusuf mengaku telah melakukan percakapan dengan pria bernama Ruslan
Buton. Tidak disebutkan siapa Ruslan Buton yang dimaksud.
Isi perbincangannya disampaikan lewat tulisan berjudul : ADA
SERANGAN TORPEDO DIBALIK TENGGELAMNYA KRI NANGGALA 402?
Hingga berita ini dibuat, belum ada klarifikasi apakah tulisan
ini benar dibuat oleh Tarmidzi Yusuf dan analisisnya berasal dari Ruslan Buton.
Awak media masih berusaha melakukan konfirmasi ke pihak tersebut.
Tulisan tersebut beredar luas di grup WA, Minggu 25 April
2021. Membuat analisis tentang kemungkinan adanya serangan musuh terhadap KRI
Nanggala 402. Berikut tulisan yang beredar :
ADA SERANGAN TORPEDO DIBALIK TENGGELAMNYA KRI NANGGALA 402?
by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial
Sejak ramai diberitakan kapal selam Nanggala 402 'hilang'.
Penulis sudah punya firasat lain. Ada apa sebenarnya yang terjadi? Murni
insiden kecelakaan atau kecelakaan by skenario?
Sejak dinyatakan hilang, 21 April 2021 KRI Nanggala 402 dan
isu kedatangan WNA India ke Indonesia sebagai edisi lanjutan tipu-tipu dengan
alasan covid-19. Dua isu tersebut menjadi headline berita di berbagai media
mainstream dan media sosial.
Sejenak publik 'diistirahatkan' dari perbincangan pengadilan
politik terhadap HRS, kasus penistaan agama oleh Joseph Paul Zhang yang
disebut-sebut diotaki oleh, meminjam istilah Prof. Daniel M Rosyid, kelompok
sekuler kiri radikal.
Belum lagi kasus pembantaian dan pembunuhan enam laskar FPI
telah mulai 'sepi' diperbincangkan di berbagai media dan media sosial. Hingga
hari ini pelakunya belum ditangkap dan diadili. Konon ada 'bintang' yang
terlibat.
Apalagi kasus mega korupsi seperti Jiwasraya, SP3 kasus
korupsi Syamsul Nursalim yang bernama asli Lim Tek Siong alias Lim Tjoen Ho.
Bakal menguap dan divonis dengan hukuman yang sangat ringan. Maklum, bila
menyangkut etnis tertentu, hukum jadi lembek.
Kemarin sore di group WhatsApp, lanjut dengan wapri. Penulis
membaca analisis Ruslan Buton tentang tenggelamnya KRI Nanggala 402.
Penulis tidak terkejut. Kenapa? Analisis tersebut sangat
mungkin terjadi. Ditengah menguatnya kelompok sekuler kiri radikal akhir-akhir
ini.
Begini analisis Ruslan Buton, penulis kutip apa adanya.
"Dari awal berita KRI Nanggala 402 hilang kontak, saya sempat beradu argumen
dengan beberapa sahabat."
Analisis Ruslon Buton, bahwa sangat lucu bila kemudian kapal
secanggih itu meskipun sudah uzur hilang kontak. Pesawat udara saja yang begitu
cepat ketika ada trouble masih ada percakapan terakhir.
Ini kapal laut yang kecepatannya tidak secepat pesawat udara,
kok saat terjadi trouble posisi akhir di koordinat berapa tidak diketahui.
Kemudian laporan kru kapal kepada komando juga tidak ada.
Nah kita lupa, masih kata Ruslon Buton, kalau beberapa waktu
lalu nelayan kita menemukan drone bawah laut di pulau selayar. Perkiraan saya
malah sampai jauh kesana bahwa KRI Nanggala 402 mendapat serangan torpedo atau
rudal bawah laut.
Ruslon Buton melanjutkan analisisnya, "Sekarang makin
diperkuat dengan temuan serpihan-serpihan kapal. Artinya ada kemungkinan kapal
rusak karena serangan."
'Serangan' torpedo atau masalah teknis? Benarkah ada serangan
torpedo ditengah-tengah isu adanya operasi intelijen bawah air RRC terhadap
Indonesia? Wallahua'lam
Spekulasi ini diperkuat dengan kecurigaan terhadap RRC yang
diam seribu bahasa. Saat negara lain bersimpati atas hilangnya KRI Nanggala
402, seperti Singapura; Malaysia, Australia, Korea Selatan, Turki, Jerman dan
Amerika Serikat. Negara-negara tersebut ikut membantu dengan mengirim kapal dan
pesawat.
Semoga analisis atau dugaan kita keliru. Namun bila benar,
menurut Ruslan Buton, ini ancaman serius buat pertahanan kita. Ternyata
pertahanan kita begitu sangat lemah dan rapuh.
Menurutnya lagi, secara otomatis opini tentang hilangnya KRI
Nanggala 402 ini, akan dibungkus secara rapi supaya tidak menjadi gejolak
publik. Karena apa...? Bila ternyata ini terbukti karena serangan musuh, maka
jelas genderang perang telah di tabuh. Siapa atau negara manakah musuh yang
dimaksud. Silahkan analisis dan jawab sendiri. Sekali merdeka tetap merdeka.
Kata Ruslon Buton mengakhiri wapri dengan penulis.
Akhirnya kita berdoa, semoga kru KRI Nanggala 402 yang tewas
tenggelam, apalagi di bulan Ramadhan sebagai mati syahid.
"Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa
yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid, siapa yang mati karena
wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia
syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.” (HR. Muslim 1915).
Bandung, 13 Ramadhan 1442/25 April 2021.