Latest Post


 


SANCAnews – Pengacara Habib Rizieq, Aziz Yanuar turut mengomentari nasib warga muslim yang minoritas di kompleks perumahan Taman Villa Meruya (TVM) Jakarta Barat yang diduga mendapat perlakuan tak mengenakkan dari warga mayoritas

 

Warga yang tinggal sekitar 30 tahun di kompleks tersebut, hingga saat ini belum juga mempunyai masjid sehingga warga muslim terpaksa mendirikan tenda untuk menjalankan ibadah ramadhan.

 

“Ironis, minoritas di wilayah kecil saja dapat perlakuan begitu,” kata Aziz saat dihubungi PojokSatu.id, Kamis (22/4/2021).

 

Aziz mempertanyakan sikap pemerintah yang kurang gercep bila minoritas di Indonesia yang mendapat perlakuan kurang mengenakkan.

 

“Sangat berbeda dengan muslim mayoritas yang menaungi republik Indonesia, minoritas sangat dilindungi (pemerintah), inilah mengapa Islam agama rahmatan lil alamin,” sindirnya

 

Sebelumnya, ramai diperbincangkan nasib warga Muslim yang minoritas di komplek perumahan Taman Villa Meruya (TVM) Jakarta Barat yang tak punya tempat ibadah atau mesjid.

 

Sudah sekitar 30 tahun usia TVM belum ada masjid yang diidamkan warga muslim TVM berdiri.

 

Pengembang yang punya kewajiban pun tidak melaksanakan itu. Namun, ketika ada warga yang memprakarsai pembangunan masjid dengan biaya swadaya, praktis sejak itulah mendapat tentangan dari selusin warga yang mengklaim diri bertindak atas nama 2000 warga TVM.

 

Menurut Ketua Pembangunan Masjid At Tabayyun, Marah Sakti Siregar mengatakan, pihaknya sudah mengantongi izin Gubernur DKI untuk menempati lahan 1078 m2 milik Pemda. Namun belasan orang dari warga mayoritas menentang dengan dalih itu lahan Ruang Hijau Terbuka ( RTH).

 

“Gubernur DKI juga tidak ujuq-ujuq terbitkan izin. Gubernur DKI terlebih dahulu menempuh proses untuk perubahan zonasi itu menjadi “coklat” ( begitu istilahnya). Terlebih dahulu meminta perangkat daerah melakukan kajian. Itu saja makan waktu sekitar setahun baru Gubernur keluarkan izin, ” cerita Marah Sakti.

 

Sebagain warga Taman Villa Meruya (TVM), Jakarta Barat mengaku keberatan dengan pemanfaatan lahan taman atau RTH untuk pembangunan masjid.

 

Mereka tidak menolak pembangunan masjidnya, tetapi mereka mendorong pembangunan masjid tersebut bukan di RTH tetapi di site plan yang sudah dirancang pengembang, yakni di atas lahan yang dikenal dengan nama sarana suka ibadah (SSI). []


 


SANCAnews ”MAKA, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kami mensomasi Saudara untuk tidak melakukan penebangan pohon-pohon tanpa izin, pendirian tenda-tenda tanpa izin, dan atau kegiatan apapun tanpa izin di lahan RTH Blok C 1 yang dapat merusak dari lahan RTH tersebut. Kami memberi waktu tiga hari kerja agar mengosongkan lahan RTH dari kegiatan apapun. Demikian ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.” 

 

Begitu penutup surat somasi Hartono SH  yang mengaku kuasa warga TVM kepada Marah Sakti Siregar, Ketua  Panitia Masjid At Tabayyun di Taman Villa Meruya, Jakarta Barat.

 

Surat itu berkop Kantor Hukum Hartono & Rekan No 20/KHHR/J/TV /2021 tertanggal 15 April 2021. Dilayangkan  dua hari setelah Tenda Masjid itu didirikan Panitia Masjid untuk tempat ibadah Salat Taraweh warga Muslim di komplek itu.

 

Somasi itu tiga lembar, berisi lima point. Point satu, menuduh Panitia melanggar peraturan karena menebang pohon di lokasi tenda.

 

Point kedua, menerangkan fungsi RTH dan pohon-pohon itu. Point ketiga, dia menuduh Panitia Masjid melakukan  tindak pidana pelanggaran terhadap tertib jalur hijau, taman, dan pemakaman dengan mengutip Pergub DKI No 221 tahun 2009.

 

Point empat, menuduh Panitia tidak meminta izin RT maupun RW setempat. Point lima, karena  pihaknya sedang menggugat Gubernur DKI -- yang telah memberi izin pembangunan Masjid -- ke PTUN, maka diminta tidak boleh ada kegiatan apapun di atas lahan itu.

 

Setelah ditelusuri, kuasa Hartono berasal dari hanya 12 warga di TVM. Uraiannya, enam dari warga Jakarta dan enam penduduk Tanggerang. Empat di antaranya Ketua RT di wilayah itu. Keseluruhan tidak satu pun pemilik tanah yang  dimaksud.

 

Adapun Hartono sendiri tidak ditemukan jejak yang bersangkutan terkait dengan pemilikan tanah tersebut.

 

Saat digoogling, warga malah menemukan jejak digital yang bersangkutan sebagai mantan napi kasus penipuan kliennya,  divonis penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dari tahun 2014 sampai tahun  2015.

 

Jejak digital Hartono ini terkonfirmasi lewat beberapa berita media belum lama ini yang membenarkan itu.

 

Sehari setelah menerima surat somasi, tanggal 16 April Ketua Panitia membalas surat Hartono.

 

Isinya, menyanggah semua tuduhan pengacara itu yang mengabaikan azas praduga tak bersalah. Point penting surat balasan yang ditandatangani Marah Sakti Siregar selaku Ketua Panitia Pembangunan Masjid At Tabayyun, bahwa Hartono telah mencemarkan Panitia Pembangunan Masjid karena menembuskan surat somasinya kepada 15 instansi pemerintah dan swasta. Padahal, lazimnya surat somasi disampaikan secara tertutup kepada pihak yang dituju.

 

"Alasan itulah kami perlu menyiapkan laporan polisi,” kata Wiwien Sri Sundari, Kepala Humas Panitia Pembangunan Masjid At Tabayyun, Kamis malam (22/4) di Tenda Taraweh. 

 

Menurut Wiwien, sulit bagi Hartono membantah -- seperti dilakukan yang bersangkutan belakangan -- mau menghalangi  warga Muslim di TVM beribadah di tenda Masjid yang dijuluki Tenda Arafah.

 

Fungsi Tenda Masjid itu sudah dipublish luas oleh media pers, dan masyarakat sudah mengetahuinya.

 

"Makanya kami pun segera merespons surat somasinya. Banyak warga Muslim dalam komplek dan sekeliling komplek yang marah. Kami mencegahnya menyabarkan mereka dengan segera bertindak melakukan perlawanan hukum,” tambah mantan penyiar senior TVRI itu.

 

Wiwien menerangkan ultimatum Hartono memang ngawur.

 

Isinya lebih banyak fitnah. Sebagai contoh, SK Gubernur untuk membangun Masjid di tanah pemda sudah keluar sejak Oktober tahun lalu. Diikuti izin dari dinas-dinas terkait yang lain. Juga rekomendasi dari Forum Kerukunan Umat Beragama.

 

“Lho, itu payung hukum tertinggi dalam urusan pemanfaatan tanah di wilayah DKI sampai ada putusan lain yang mengubahnya. Masak karena gugatan Hartono yang juga baru didaftarkan, dan saya dengar berkali-kali diminta revisi oleh PTUN bisa membatalkan SK Gubernur. Yang konyol, minta supaya lahan untuk Masjid status quo dulu sebelum ada putusan pengadilan yang bersifat tetap. Bukannya  terbalik. Yang menggugat  saja sampai ada keputusan pengadilan yang bersifat tetap baru bertindak. Itu pun bukan dia, tapi hak aparat penegak hukum,” papar Wiwien.

 

Betulkah pengembang sudah siapkan lahan lain seluas 312 m2 di komplek itu juga, seperti klaim Hartono?

 

"Begitu cerita dia. Faktanya tidak demikian. Lahan yang dimaksud pengembang sudah lama dikembalikan ke Pemrov DKI. Waktu rapat sosialisasi warga 3 November 2019, pihaknya yang menjanjikan mengurus itu. Mengajukan permohonan izin kepada Gubernur. Tapi apa yang dilakukannya? Bukannya  mengurus lahan itu, tetapi dua tahun sibuk menjegal usaha kami ke sejumlah instansi pemerintah,” sambung Wiwien.

 

“Setelah gagal, kami  yang malah diganggu. Sangat tidak fair. Padahal, itu kesepakatan bersama yang dia hianati. Soal Tenda Arafah ini. Lha, Ketua RW  wilayah Jakarta TVM telah membalas surat pemberitahuan kami. Juga Ketua RT Jakarta. Malah tiap malam ikut shalat Taraweh. Itu saja sudah menunjukkan pengacara itu alpa melakukan cek dan ricek, tabayyun,” tambah Wiwien lagi.

 

Kamis siang kemarin (22/1), seminggu setelah surat somasi Hartono atau empat hari setelah tenggat waktu dari ultimatumnya berlalu, Tenda Masjid At Tabayyun tetap digunakan  beribadah oleh warga Muslim. Seharian kemarin  tenda itu dikunjungi banyak tamu yang datang menyampaikan dukungan.

 

Belum lagi yang mendukung lewat surat maupun pesan di WA. Tamu terakhir dari LSM Pengacara Jawara Bela Umat (Pejabat) yang dipimpin oleh KH. Eka Jaya. Ada juga kunjungan pejabat dari  Kantor Urusan Agama Jakarta Barat. (glc)



 


SANCAnews – Artis Zaskia Adya Mecca protes soal cara membangunkan sahur dengan teriakan melalui toa masjid. Orang yang diprotes Zaskia pun buka suara.

 

Orang tersebut merupakan seorang pria. Namanya Ramadan, berusia 23 tahun. Ramadan mengaku kaget caranya membangunkan sahur diprotes.

 

"Kaget, kaget aja kok saya diviralin kaya gini. Setahu saya, kan saya dari dulu cuma begini doang, tidak ada yang bisa viral gimana, kok tiba-tiba viral, kaget," kata Ramadan saat berbincang dengan detikcom di kediamannya, Jalan Ampera II, Jakarta Selatan, Jumat (23/4/2021).

 

Rama, sapaan akrabnya, mengaku terinspirasi dari YouTube. Dia mengaku ingin caranya membangunkan sahur pada Ramadhan tahun ini berbeda dari sebelumnya.

 

"Lihat dari teman-teman juga, dari YouTube. Saya cuma buka aja, scroll-scroll, iseng-iseng aja. Toh saya juga bentar lagi puasa, apa nih slogan-slogan," ungkapnya.

 

Rama biasa membangunkan warga untuk sahur dari Musala Rohmatulabror yang berada dekat rumahnya. Selama ini, kata Rama, masyarakat tidak pernah ada yang terganggu oleh caranya membangunkan sahur.

 

"Nggak ada, selama ini nggak ada yang terganggu, karena sudah terbiasa. Banyak yang senang, banyak yang mendukung, banyak yang bilang, 'Pak, ini Rama-nya mana, kok nggak bangunin, saya kesiangan'," sebut Rama sambil menirukan pernyataan warga.

 

Lebih lanjut, Rama menegaskan tidak mencari sensasi. Dia mengaku hanya sebagai sukarelawan yang ingin membantu agar masyarakat tidak telat sahur.

 

"Ya saya nggak ada ingin viral apa gimana ya, saya cuma ingin menyampaikan apa yang orang lagi laksanakan, saya bangunkan, saya laksanakan. Tugas saya hanya sekadar membangunkan yang menjalankan ibadah puasa," tuturnya.

 

Rama juga sempat memberitahu ucapan membangunkan sahur pada Ramadhan tahun lalu. Saat Ramadhan tahun lalu, dia turut menambahkan lirik 'lontong sayur'.

 

"Dulu itu cuma ditambahin lontong sayur aja, belakang sahurnya itu. 'Bangun, bangun, bangun, sahur, sahur, sahur, lontong sayur, sayur, sayur," ucap Rama.

 

Rama mengaku sudah diundang Zaskia untuk membicarakan terkait masalah ini. Zaskia, kata Rama, menyarankan agar mengganti lirik sahur yang dibawakannya.

 

"Kalau bisa diubah gitu, zikir, apa liriknya gimana gitu atau gimana gitu," kata Rama.

 

Pertemuan Rama dengan Zaskia berlangsung hanya satu jam. Jarak kediaman Rama dengan rumah Zaskia juga tidak jauh.

 

"Sejam aja (bertemu), jarak 500 meter dari sini," tuturnya.

 

Sebelumnya, dalam video yang diunggah di Instagram seperti dilihat Jumat (23/4), Zaskia Adya Mecca bertanya-tanya model membangunkan sahur dengan berteriak di toa masjid. Dia bingung kalau cara itu disebut tengah hits alias tren.

 

"Cuma mau nanya ini bangunin model gini lagi HITS katanya?! Trus etis ga si pake toa masjid bangunin model gini?? Apalagi kita tinggal di Indonesia yang agamanya pun beragam.. Apa iya dengan begini jadi tidak mengganggu yang lain tidak menjalankan Shaur?!" tulis Zaskia Adya Mecca. []



 


SANCAnews – Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hadir dalam acara launching Gerakan Budaya Siaga Bencana di auditorium BMKG, Jakarta Pusat. Dalam sambutannya, Megawati mengingatkan semua pihak terkait kemungkinan gempa besar yang menimpa Jakarta.

 

Menurut Megawati, penanganan gempa di Indonesia masih menyedihkan. Padahal pemda seharusnya bisa bergerak cepat dan berkoordinasi berbasis data prediksi yang dibuat BMKG.

 

"Waktu saya presiden, saya sudah pikir bagaimana kalau terjadi gempa di Jakarta," kata Megawati, Jumat (23/4).

 

Saat itu, Megawati ingat meminta tolong kepada Mendagri saat itu, Hari Sabarno, untuk menyiapkan batalion pemadam kebakaran (Damkar) yang lengkap beserta peralatannya.

 

"Sekarang Pak Tito [Mendagri], silakan. Kenapa? Karena pengalaman. Itu harus ada mobilnya. Saya tak terbayang ketika Gedung BI terbakar kayak apa orang diturunkan [dari gedung]. Ini soal bagaimana menangani bencana," jelasnya.

 

"Terutama di Thamrin-Sudirman, banyak gedung tinggi. Omonglah ke pengusaha itu. Mereka jangan menunggu saja, misalnya," lanjutnya.

 

Megawati mengatakan Jakarta adalah lokasi yang rapuh. Sebab ibu kota Indonesia lokasinya berada di Selat Sunda, dan di Selat Sunda ada Gunung Krakatau dan anak Gunung Krakatau, Rakata.

 

"Saya katakan, Jakarta ini sangat fragile [rapuh]. Kenapa? Karena di Selat Sunda ada Gunung Krakatau dan anaknya Rakata. Ring of fire itu atas bawah. Menurut cerita orang yang tahu, anaknya Rakata ini kekuatannya lebih kuat dari ibunya [Krakatau]," ungkapnya.

 

Megawati mengingatkan betapa dashyatnya ketika Krakatau meletus ratusan tahun yang lalu. Di Lampung saat itu bahkan kapal yang ada di laut sampai berada di daratan.

 

Sementara saat itu Jakarta masih tergolong kampung. Kini Jakarta sudah menjadi kota besar dengan gedung dan penduduk yang padat, sehingga kesiapan dalam menangani bencana harus betul-betul diperhatikan.

 

"Jadi kesiapannya bagaimana? Saya pernah bilang ke Pak Jokowi bagaimana menurunkan orang dari gedung tinggi kalau Damkar tak siap? Pernah tidak simulasi di mana mobilnya harus berjalan, rombongan Damkar itu jika sekiranya di tengah kota ini, di Sudirman-Thamrin," ujarnya.

 

"Kebayang tidak? Ini otoritas siapa? Geologi dan vulkanologi tolong, dong, diomongkan, mana gunung api yang masih hidup? Saya sendiri selalu berdoa supaya jangan sampai terjadi. Tapi kalau Jakarta ini ada gempa, mau ke mana larinya? Aksesnya ke mana? Saya bingung ke siapa harus teriak ini. Apakah ke Pak Doni [Kepala BNPB] kah, apa ke Pak Gubernur kah?" lanjutnya.

 

Megawati berharap pemda dapat bergerak untuk memikirkan skenario evakuasi jika seandainya gempa melanda Jakarta.

 

"Sebab ini harus disimulasi jalan evakuasinya. Jalanannya, kan, panjang tapi padat. Tolong sekali untuk dikerjasamakan bagaimana kita harus evakuasi? Apa harus turun sendiri dari jendela?" tuturnya. (*)



 


SANCAnews – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi geram gara-gara ada sekelompok emak-emak yang menggelar pesta sambil berjoget tanpa masker diduga di Medan. Emak-emak itu diduga menggelar party di salah satu hotel mewah.

 

Dilihat detikcom, Jumat (23/4/2021), emak-emak itu terlihat berjoget di depan panggung diiringi lagu 'Pamer Bojo'. Ada juga emak-emak yang terlihat membagi-bagikan uang dan membuat orang-orang berkerumun.

 

Emak-emak itu terlihat memakai kostum berwarna putih dan cokelat muda. Ada juga meja-meja yang terlihat di tata di lokasi itu.

 

Juru Bicara Satgas COVID-19 Sumut, Aris Yudhariansyah, mengatakan pihaknya masih menyelidiki peristiwa itu. Dia enggan menyebut detail hotel yang menjadi lokasi.

 

"Akan kita tindak lanjuti informasi ini, kalau terbukti melanggar Pergub nomor 34 tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease akan kita berikan sanksi tegas," ucap Aris.

 

Gubsu Edy juga mengaku telah mengetahui peristiwa itu. Dia mengatakan party emak-emak itu melanggar aturan protokol kesehatan pencegahan penularan virus Corona (COVID-19).

 

"Yang pasti melanggar," ucap Edy.

 

Dia berjanji akan menegur penyelenggara dan pihak hotel. Menurutnya, Satgas COVID-19 akan bergerak.

 

"Untuk itu nanti kita tegur, kita cek, hotelnya nanti persoalan dengan Satgas," ucap Edy.

 

Edy menegaskan aturan terkait prokes tetap berlaku. Dia mengatakan tak ada aturan yang dilonggarkan.

 

"Tindakan tetap berjalan. Aturan dikhianati, dilanggar, ada hukumannya. Inpres, Perda Pergub ini nanti berjalan," jelasnya. (dtk)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.