Latest Post


 


SANCAnews – Mantan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mengungkap dirinya sudah membuat kesepakatan dengan pihak Rumah Sakit (RS) Ummi, Bogor untuk merahasiakan perawatan dirinya di rumah sakit.

 

Menurut Habib Rizieq, alasan untuk merahasiakan perawatan dirinya di RS Ummi kepada publik dengan tujuan mengantisipasi massa yang henda menjenguk dan lainnya.

 

Akan tetapi hal itu belakangan gagal, justru semua masyarakat tahu Habib Rizieq menjalani perawatan di RS Ummi setelah Wali Kota Bogor, Bima Arya yang banyak bicara di media massa.

 

"Bima Arya, Wali Kota Bogor dateng koar-koar (banyak bicara) di media, padahal kita dengan RS Ummi sepakat diam-diam jangan ada orang tahu. Kalau orang tahu nanti banyak yang besuk," kata Habib Rizieq dalam sidang lanjutan di PN Jaktim, Rabu 21 April 2021.

 

Habib Rizieq pun mengungkapkan, cara Bima Arya yang membeberkan dirinya di media massa bukan hanya membuat masyarakat ramai melainkan juga membuat dirinya tertekan.

 

Akibat tekanan itu juga, kata Habib Rizieq, kondisi fisiknya menurun satu hari setelah Bima Arya berkoar di media.

 

Hal itu dibuktikan dengan limfosit atau imunitas Habib Rizieq yang turun berdasarkan hasil pemeriksaan tim dokter di RS Ummi.

 

"Dalam waktu satu hari tanggal 26 November dr Nerina berhasil menaikkan limfosit saya 16, saya pikir ini keberhasilan luar biasa dr pasien yang masuk limfosit 5 besoknya naik 16 artinya dokter serius bekerja keras. Walaupun pada 27 November sempet turun kenapa karena ada konflik Bima Arya yang koar-koar di media," tutur Habib Rizieq.

 

Habib Rizieq kemudian menanyakan kepada dr. Hadiki yang dihadirkan jaksa sebagai saksi di persidangan, terkait apakah dalam dunia kesehatan ada korelasi antara tekanan terhadap pasien dapat menurunkan imunitas tubuh.

 

"Dr. Hadiki saya mau tanya psikosomatik, anda sebagai dokter pribadi saya yang merawat, kalau saya ditekan dengan begitu, (ditekan di) media segala macem, berpengaruh tidak terhadap penyakit saya," kata Habib Rizieq menanyakan.

 

"Ya karena ada faktor agrafasi yang dapat memperberat kodisi fisik," kata dr Hadiki menjawab pertanyaan Habib Rizieq.

 

Kemudian, Habib Rizieq menanyakan apakah juga wajar ketika limfositnya turun setelah mendapat tekanan itu.

 

"Dari 16 limfosit saya, turun lagi jadi 9, wajar tidak dengan adanya tekanan tadi," kata Habib Rizieq kembali bertanya.

 

"Gangguan psikosomatik itu dapat memengaruhi daya tahan tubuh," kata dr. Hadiki.

 

"Jadi limfosit itu apa?" kata Habib Rizieq

 

"Salah satu penanda daya tahan tubuh," ucap dr. Hadiki.

 

Sebagaimana diketahui dalam kasus ini Habib Rizieq didakwa telah menyebarkan informasi palsu terkait hasil swab di RS Ummi Bogor. Selain Habib Rizieq, ada dua terdakwa lain, yakni Hanif Alatas, dan dr Andi Tatat.

 

Habib Rizieq dijerat pasal berlapis yakni Pasal 14 ayat (1) UU RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

 

Kemudian, subsider Pasal 14 ayat (2) UU RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

 

Serta Pasal 15 UU RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, atau kedua, Pasal 14 ayat (1) UU RI Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, atau Ketiga, Pasal 216 ayat (1) KUHP juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.***



 


SANCAnews – Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto mengatakan, penyidikan terhadap pembunuhan di luar hukum alias unlawful killing terhadap empat laskar FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek, Karawangan, Jawa Barat dipastikan hanya sampai kepada tiga anggota Polda Metro Jaya yang sudah ditetapkan tersangka saja.

 

"Sementara di dalam mobil cuma dua orang masa mau periksa yang lain," kata Agus kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (21/4).

 

Terkait ada tidaknya koordinasi ataupun perintah pimpinan tiga tersangka yang diketahui personel Reserse Mobile (Resmob) Polda Metro Jaya itu lapangan sebelum peristiwa pembunuhan menjadi kewenangan penyidik, "Nanti penyidiklah itu yang menentukan," tandas Agus.

 

Penyidik Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri resmi menetapkan tiga orang anggota Polda Metro Jaya sebagai tersangka kasus dugaan unlawful killing alias pembunuhan di luar hukum terhadap enam laskar FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat.

 

Diperjalanan, salah satu tersangka yakni EPZ dinyatakan meninggal dunia, berdasarkan pasal 109 KUHAP, tersangka yang telah dinyatakan meninggal dunia penyidikannya langsung dihentikan. ketiga tersangka ini diduga melanggar Pasal 338 tentang pembunuhan ancaman hukuman 15 tahun penjara Jo pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman penjara 2,8 tahun penjara. (rmol)



 


SANCAnews – Jozeph Paul Zhang, pria yang mengaku nabi ke-26 dan mendapat kecaman banyak kalangan karena dianggap menghina umat Islam masih saja muncul di YouTube.

 

Jozeph Paul Zhang yang kini diburu Mabes Polri masih bisa mengunggah sejumlah video aktivitas zoominarnya di YouTube.

 

Staf pribadi Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ossy Dermawan bahkan geram melihat kemunculan Jozeph. Dia pun mempertanyakan keseriusan negara dalam mencari Jozeph Paul Zhang.

 

“Masak negara kalah sama satu orang pecundang kayak gini,”  tutur wasekjen DPP Partai Demokrat itu lewat akun Twitter pribadi, Selasa (20/4).

 

Dalam sepekan terakhir, sejumlah video masih di-upload di akun Jozeph Paul Zhang, sekalipun pemilik akun tersebut sudah mendapat kecaman dan diburu aparat kepolisian.

 

Dalam video teranyar, Jozeph bahkan menantang Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk berdebat tentang Pancasila. Paul mengklaim dirinya lebih pancasilais dibanding Gus Yaqut yang dianggap telah menuduhnya anti-Pancasila.

 

“Saya lebih pancasilais dari Anda yang shalatnya gila-gilaan. Saya lebih pancasilais daripada Gus Yaqut. Haqul yakin saya lebih pancasilais dari Gus Yaqut," ujarnya dalam sebuah video yang di-upload Selasa malam (20/4) dan telah menghilang dari channel tersebut. (rmol)



 


SANCAnews – Kritikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid terkait hilangnya nama pendiri Nahdlathul Ulama (NU), KH Hasyim Asyhari dan lebih menonjolnya tokoh-tokoh komunis pada Kamus Sejarah Republik Indonesia jilid I, menuai reaksi.

 

Anggota Komisi II fraksi PKS Nasir Djamil menilai, hampir satu dekade ini upaya untuk membelokkan sejarah Indonesia dari kekejaman PKI telah dilakukan. Bahkan, menurutnya, telah berani disampaikan secara terang-terangan.

 

"Boleh jadi karena ada 'dendam' masa lalu di mana saat itu penguasa orde baru benar-benar tidak memberi tempat kepada anak-anak bekas tokoh PKI," kata Nasir Djamil kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Rabu (21/4).

 

Politikus PKS ini menambahkan, semasa Presiden Soeharto, ia memberlakukan penelitian khusus (Litsus) kepada setiap pejabat orang yang akan menduduki posisi di cabang cabang kekuasaan, seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

 

"Saran saya memang kementerian dan lembaga terkait harus memberikan ruang agar upaya pembelokan sejarah, terutama sepak terjang PKI di Indonesia, dapat diluruskan," tuturnya.

 

"Berbeda soal jejak sejarah adalah biasa, tapi kalau ada upaya membelokkan sejarah terutama bagaimana PKI ingin mengudeta pemerintahan yang sah saat itu adalah bentuk lain dari pencukur sejarah," demikian Nasir Djamil. []


 


SANCAnews – PDI Perjuangan (PDIP) memberikan penjelasan soal pertemuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dengan Ketum Megawati Soekarnoputri di tengah isu reshuffle. PDIP mengungkap ada sejumlah hal yang dibahas Megawati dan Nadiem selama dua jam pertemuan.

 

"Bagaimanapun Ibu Megawati dikenal sebagai sosok negarawan dengan pengalaman yang luas. Usia 14 tahun, Ibu Mega sudah menjadi delegasi termuda GNB di Beograd, dan sejak kecil, beliau diajak Bung Karno menerima tokoh-tokoh mancanegara dan tokoh kebangsaan, tokoh agama dan tokoh pergerakan, juga tokoh-tokoh perjuangan," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangannya, Rabu (21/4/2021).

 

"Dengan pengalaman yang sangat luas, terlebih konsistensi perjuangan Bu Mega pada jalan Pancasila, maka wajar jika secara periodik Ibu Mega berdialog dengan Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya, baik dari kalangan menteri, badan-badan negara maupun pimpinan partai dan pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara," imbuhnya.

 

Hasto mengungkapkan Megawati dan Nadiem Makarim telah beberapa kali bertemu. Pembahasan kedua tokoh itu, menurut Hasto, menyangkut pendidikan nasional.

 

"Pertemuan dengan Pak Nadiem sudah dilakukan beberapa kali, guna membahas politik pendidikan yang bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Politik pendidikan untuk meletakkan landasan kebudayaan bagi kemajuan bangsanya melalui penguasaan iptek, politik pendidikan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa. Jadi dialog tersebut memang perlu bagi kepentingan kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional bangsa," ujar Hasto.

 

Pertemuan terbaru Megawati dan Nadiem berlangsung selama dua jam. Banyak hal yang dibicarakan keduanya, yang membentang dari politik pendidikan hingga pengalaman Bung Karno.

 

"Jika ditanya apa saja yang dibahas selama dua jam pertemuan, maka banyak yang dibahas. Dimulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, dan juga pendidikan budi pekerti serta kebudayaan. Bu Mega berulang kali menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pendidikan yang menggelorakan rasa cinta pada Tanah Air tidak hanya melalui teori, namun juga praktik guna memahami apa itu gotong royong, nasionalisme, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural," papar Hasto.

 

"Jadi bukan hanya aspek kognitif saja. Ibu Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan oleh para pejuang perempuan," sambung dia. (dtk)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.