Tokoh Komunis Muncul di Buku Sejarah Kemendikbud, Haikal Hassan: Cari Dalangnya, Kenapa Pada Diam?
SANCAnews –
Penceramah Ustaz Haikal Hasan menyoroti Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang
dikeluarkan Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Haikal menemukan beberapa tokoh komunis muncul dalam
kamus setebah 339 halaman tersebut.
"Buku
Kamus Sejarah Kemendikbud baru: Hal.51: Darsono Notosudirjo-Komunis. Hal.58:
DN.Aidit-Komunis. Hal.87: Henk Sneevliet-Komunis.
Hal.262:Samaoen-Komunis," tulis Haikal Hassan di akun Twitternya, Selasa
(20/4/2021).
Ada empat
tokoh komunis yang profilnya termaktub dalam kamus sejarah itu di antaranya
Darsono atau Raden Darsono Notosudirjo yang ditemukan pada halaman 51. Darsono
adalah tokoh Sarekat Islam (SI) yang pernah menjabat sebagai Ketua Partai
Komunis Indonesia pada 1920-1925.
Kemudian
Henk Sneevliet yang profilnya dapat ditemukan dalam kamus di halaman 87.
Sneevliet adalah pendiri Indische Social-Democratische Vereniging (ISDV),
organisasi beraliran kiri yang menjadi partai komunis pertama di Asia.
Selanjutnya,
Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang juga pernah menjabat sebagai ketua
Partai Komunis Indonesia. Profil DN Aidit ditemukan pada Kamus Sejarah
Indonesia halaman 58.
Terakhir
profil Semaoen ditemukan di halaman 262. Semaoen menjabat Ketua Partai Komunis
Indonesia yang semula bernama ISDV. Semaoen juga dikelan sebagai aktivis
komunis dan pimpinan aksi PKI 1926.
Haikal pun
sempat mempertanyakan di mana keberadaan profil pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
Hadratus Syech KH Hasyim Asy'ari dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I itu.
"Pendiri
NU, HadratusSyaikh KH.Hasyim Asy'ari. Halaman berapa????" kata Haikal.
"Ini
kenapa pada diam? Ada apa dg bangsa ini? Cari dalangnya!" tambah Haikal.
Menjawab
sejumlah tudingan terkait hilangnya profil KH Hasyim Asyari, Direktur Jenderal
Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan bahwa buku Kamus Sejarah
Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi.
"Dokumen
tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu
merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan.
Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat,"
kata Hilmar dalam siaran persnya.
"Naskah
buku tersebut disusun pada tahun 2017, sebelum periode kepemimpinan Mendikbud
Nadiem Anwar Makarim. Selama periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar
Makarim, kegiatan penyempurnaan belum dilakukan dan belum ada rencana
penerbitan naskah tersebut," tambah dia. []