KH Hasyim Asy'ari Lenyap dari Kamus Sejarah RI, Warga NU Protes Nadiem
SANCAnews – Ketua Umum NU CIRCLE (Masyarakat Profesional
Santri) R. Gatot Prio Utomo protes keras atas tindakan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) yang menghilangkan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama
Hadratus Syech Hasyim Asy'ari dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang
diterbitkan Kemdikbud. Nadiem Makarim diminta bertanggung jawab atas
penghilangan jejak sejarah tersebut.
"Kami tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus
Sejarah Indonesia ini. Kamus itu memuat foto Hadratus Syech Hasyim Asy'ari
tetapi tidak ada "entry" nama beliau sehingga berpretensi
menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohanya. Kami meminta kamus itu
direvisi dan ditarik dari peredaran," ujar Gatot dalam siaran pers yang
diterima CNBC Indonesia.
Kamus Sejarah Indonesia terdiri atas dua jilid. Jilid I
Nation Formation (1900-1950) dan Jilid II Nation Building (1951-1998). Pada
sampul Jilid I terpampang foto Hadratus Syech Hasyim Asy'ari. Namun, secara
alfabetis, pendiri NU itu justru tidak ditulis nama dan perannya dalam sejarah
kemerdekaan Republik Indonesia.
Kekecewaan warga nahdliyin itu, kata Gatot, sangat beralasan.
Sebab, hari-hari ini, warga nadhliyin sedang memperingati hari wafatnya
Hadratus Syech Hasyim Asy'ari yang wafat pada 7 Ramadhan 1366 hijriah.
Setelah diteliti NU CIRCLE, dalam kamus itu, nama Gubernur
Belanda HJ Van Mook justeru dimasukkan. Diceritakan Van Mook lahir di Semarang
30 Mei 1894 dan meninggal di L'llla de Sorga, Prancis 10 Mei 1965. Tentara dan
intelijen Jepang Harada Kumaichi juga dimasukkan dalam kamus. Tokoh lain yang
justru ditemukan adalah tokoh komunis pertama di Asia Henk Sneevliet.
"Melihat isinya, bisa dikatakan para pejabat Kemdikbud
saat ini jauh lebih mengenal tokoh-tokoh penjajah Belanda dan Jepang daripada
tokoh pejuang yang menjadi imam warga nahdliyin di seluruh nusantara. Ini harus
diluruskan," ujarnya.
Menurut Gus Pu, panggilan Gatot Prio Utomo, kamus sejarah ini
tidak bisa menjadi rujukan pembelajaran di sekolah dan madrasah. Jika hal ini
dilakukan, generasi muda nantinya akan kehilangan tokoh-tokoh nasional, yang
berjuang hidup dan mati, untuk merebut kemerdekaan RI.
"Sejarah tidak boleh dihilangkan dengan cara-cara
seperti ini. Jangan sampai kamus seperti ini disebarkan ke sekolah-sekolah dan
menjadi rujukan pembelajaran. Hal ini bisa menyesatkan para siswa,"
katanya.
NU CIRCLE berencana melayangkan surat resmi untuk memprotes
tindakan Kemdikbud yang sangat tidak profesional ini.
"Hampir semua produk dan kebijakan Mendikbud saat ini
bermasalah dan membuat kegaduhan. Ini catatan penting buat mengevaluasi
kinerjanya," pungkasnya.
CNBC Indonesia sudah mencoba menghubungi pihak Kemendikbud
terkait hal ini. Namun, belum ada respons yang diberikan humas kementerian
tersebut. (*)