Latest Post

Jhosep Paul Zhang


 


SANCAnews – Seorang laki-laki yang mengaku bernama Joseph Paul Zhang secara terang-terangan menyebut Nabi ke-25, Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi cabul. Ia bahkan lalu menantang orang untuk melaporkannya kepada polisi atas penistaan agama.

 

Bukan hanya itu, ia juga menyebut dirinya sebagai Nabi ke-26 yang ingin meluruskan kesesatan Rasulullah.

 

Informasi ini awalnya dilihat oleh Terkini.id di Twitter Muannas Alaidin, seorang pengacara di Law Firm Muannas Alaidin and Associates.

 

“Demi Alllah saya sendiri yang akan kejar anda @DivHumas_Polri,” cuit @muannas_allaidin pada Sabtu, 17 April 2021.

 

Cuitan Muannas itu nampak juga dibalas oleh mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.

 

“Kejar bro, saya back up. Kita sikat itu orang,” balas @FerdinandHaean3.

 

Dalam video yang diunggah Muanas, nampak beberapa orang sedang melakukan zoom meeting.

 

Kurang jelas konteks dari pembicaraan mereka di awal video. Namun, tiba-tiba Joshep Paul Zhang menantang orang untuk melaporkannya atas penistaan agama.

 

Ia bahkan mengatakan telah membuat video sayembara dan akan memberi uang bagi orang yang bisa melaporkannya.

 

“Yang bisa laporin gua ke polisi gua kasih uang. Yang bisa laporin gua ke polisi penistaan agama, nih gua nih, Nabi ke-26, Joseph Paul Zhang yang meluruskan kesesatan ajaran Nabi ke-25 dan kecabulannya yang Maha Cabulullah,” kayanya.

 

Dari informasi yang didapatkan dari Husin Shahab, pengacara di Muannas Alaidin Law Firm, ternyata Joseph Paul Zhang ini telah dilaporkan hari ini kepada polisi.

 

Dilansir terkini.id, Husin Shahab mengatakan bahwa laporan itu diharapkan dapat meredam sentimen antar-umat beragama.

 

“Hari ini sudah kita laporkan pemilik akun youtube Joseph Paul Zhang yg diduga menistakan agama dan menantang polisi minta ditangkap. Semoga dengan laporan ini kita bisa meredam sentimen antar beragama,” cuit @HusinShihab.

 

Husein Alwi membagikan cuitannya tersebut bersama sebuah foto surat tanda terima laporan dengan nomor STTL/151/IV/2021/BARESKRIM.

 

Dalam surat itu tertulis bahwa pemilik akun YouTube Joshep Paul Zhang dilaporkan atas tindak pidana ujaran kebencian Pasal 45a ayat (2) jo Pasal 28 ayat (2) UU No.19 Tahun  2016 Tentang Perubahan atas UU No.11  Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan/atau Penistaan Agama Pasal 156a KUHP. []


 


SANCAnews   Seorang pria bernama Jozeph Paul Zhang mendadak viral di media sosial karena membuat sayembara. Jozeph Paul Zhang menantang warga untuk melaporkannya ke polisi karena mengaku sebagai nabi ke-26.

 

Jozeph Paul Zhang membuat pernyataan tersebut dalam sebuah forum diskusi via Zoom yang juga ditayangkan di akun YouTube pribadinya. Awalnya, Jozeph Paul Zhang membuka forum Zoom bertajuk 'Puasa Lalim Islam' dengan menyapa peserta yang ada di beberapa belahan dunia.

 

"Shalom yang ada di Afrika, di Rusia, Amerika, Kanada, ya Amerika sudah masuk. Yang ada di New Zealand, Australia, shalom semua, rahayu. Yang ada di Kamboja. Juga di Thailand, Korea luar biasa ya rombongan para nabi internasional.

 

Tadi yang dari Kamboja mau daftar nomor 29. Saya suruh ambil nomor antrean dulu di Munchen," ujar Jozeph Paul Zhang seperti dilihat detikcom di akun YouTube Jozeph Paul Zhang, Sabtu (17/4/2021). 

 

"Boleh ya semua yang mau antre, bisa nomor antrean nabi. Lah wong situ nabi Jones disuruh buka dalam doa malah buka puasa sendirian, melangkahi. Suruh buka dalam doa malah buka puasa dia. Nggak bener ini nabi Jones sekte sesat Tangkitarian.

 

Disuruh buka dalam doa malah buka tangki lu, nggak bener. Ya kita-kita terus berdoa yang ada di NTT ya. Terus kita doakan kalian semua ada di hati kami dan kita selalu push supaya temen-temen untuk bantu temen-temen di NTT. Haleluya, shalom semuanya," ujar Jozeph Paul Zhang.

 

Setelah menyapa para peserta, Jozeph Paul Zhang kemudian membuka tema Zoom terkait 'puasa lalim Islam'.

 

"Tema kita hari ini puasa lalim Islam. Luar biasa, lu yang puasa gua yang laper! Ha-ha-ha.... Gubrak gubrak. Password seperti biasa ya, buka jus jus jus gubrak gubrak gubrak olala bebe. Serius hari ini ya lu yang puasa gua yang laper, nggak bener lu," katanya.

 

Masih dalam pembukaan itu, Jozeph Paul Zhang lalu bicara soal ibadah puasa teman-teman muslimnya yang ada di Eropa. Menurutnya, teman-temannya itu melaksanakan ibadah puasa hanya di tahun pertama saja karena takut akan Allah.

 

"Ini saya dikirimi sama temen-temen dari... Yang saya bagikan lalimnya. Jadi kalau kita lihat sekarang di Indo kan pada lagi puasa ya. Kalau di Eropa juga lagi pada... bukan lagi pada puasa, lagi duniawi nggak puasa.

 

Sebab temen-temen muslim di Eropa ini tahun pertama puasa, takut sama Allah.

Tahun kedua puasanya separo, nyoba Allah lihat apa nggak. Tahun 3 bablas nggak yang puasa, Allah nggak lihat. Loh kenapa? Kan Allah Mahatahu. Nggak, Allah lagi dikurung di Ka'bah," katanya sambil tertawa.

 

"Kurang ajar. Emang gitu ya? Tahun pertama mereka masih puasa full. Tahun kedua mereka separo. Tahun ketiga rata-rata udah pada nggak puasa lagi. Tiap hari ngeliat porselen. Tiap hari mereka... Apalagi di sini sejuk. Kalau mau cocok di sini sejuk," sambungnya lagi.

 

Beberapa peserta kemudian ikut berkomentar soal puasa. Hingga kemudian Jozeph Paul Zhang mengaku merasa tidak nyaman dengan adanya bulan puasa, Ia bahkan menyebut suasana menjelang Idul Fitri sebagai sesuatu yang mengerikan.

 

"Tapi dari dulu saya kalau lagi bulan puasa itu adalah bulan-bulan paling tidak nyaman. Apalagi kalau deket-deket Idul Fitri. 'Dung... dung... breng... dung... dung... breng... Sarimin pergi ke pasar... dung dung... breng... Allah bubar'. Wah itu tuh udah paling mengerikan. Itu horor banget," katanya.

 

Ia lantas mengungkap telah membuat video sayembara. Ia menantang orang-orang untuk melaporkannya ke polisi karena penistaan agama dengan mengaku sebagai nabi ke-26.

 

"Gua kasih sayembara. Gua udah bikin video. Saya udah bikin video tantangan. Yang bisa laporin gua ke polisi gua kasih uang yang bisa laporin gua ke polisi penistaan agama, nih gua nih nabi ke-26, Jozeph Paul Zhang. Meluruskan kesesatan ajaran nabi ke-25 dan kecabulannya yang maha cabulullah," tuturnya.

 

Jozeph Paul Zhang menantang minimal ada 5 laporan polisi di polres berbeda. Jozeph Paul Zhang akan menghadiahi orang yang melaporkannya Rp 1 juta.

 

"Kalau Anda bisa bikin laporan polisi atas nama penistaan agama, gua kasih 1 laporan Rp 1 juta. Maksimal lima laporan. Supaya nggak bilang gua ngibul kan jadi kan Rp 5 juta. Di wilayah polres yang berbeda. Saya kasih 1 laporan Rp 1 juta. Jadi lima laporan Rp 5 juta. Sabar ya. Klub nabi ke-16, lu pake kaus lu disambit orang lu, wah ini dia klub penista agama," tuturnya.

 

Terkait video tersebut, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan pihaknya tengah menyelidikinya, "Dalam penyelidikan," ujar Argo. (dtk)



Tonton Videonya Jozeph Paul Zhang:




 


SANCAnews  Ekonom senior Emil Salim khawatir jika ibu kota negara pindah ke Kalimantan, bakal melenyapkan Jakarta sebagai ibu kota proklamasi.

 

Sebab, gedung kementerian yang bersejarah di Jakarta bakal ditukar guling dengan pihak swasta yang berorientasi komersial.

 

Atas dasar itu, dia menyarankan agar hanya presiden, wakil presiden dan sekretaris negara yang berkantor di ibu kota negara baru.

 

Hal itu disampaikannga dalam diskusi daring bertajuk 'Pemindahan Ibu Kota, Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Covid-19, Mana yang Lebih Prioritas?', Jumat (16/4/2021).

 

"Bisakah ada modifikasi? Maka ibu kota negara adalah tempat presiden, wakil presiden dan sekretaris negara. Sedangkan departemen-departemen lain di Jakarta sebagai ibu kota proklamasi," kata Emil Salim.

 

Menurut Emil, dengan demikian, dua sisi keinginan bisa tercapai. Di satu sisi keinginan politis Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat berkantor di Kalimantan pada 2024 bakal tercapai.

 

Di sisi lain, pemindahan ibu kota negara tidak merubah Jakarta sebagai kota di mana proklamator memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

 

"Maka dua-dua hal ini tercapai, kehendak dari presiden terpenuhi ibu kota negara pindah tapi historical rights dari ibu kota proklamasi," ucapnya. []



 


SANCAnews  Juru Bicara (Jubir) Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjutak dinilai telah merendahkan Habib Rizieq Shihab.

 

Hal ini terjadi pada mulanya ketika dirinya mengucapkan dirgahayu Kopassur ke-69 melalui situs jejaring Facebook.

 

“Dirgahayu Kopassus. Berani, benar, Berhasil. Berani, Benar, Berhasil,” ujar Dahnil, dikutip dari beritahits, Sabtu, 17 April 2021.

 

Kemudian, salah seorang warganet mengomentari unggahan tersebut dengan membahas aksi TNI yang turunkan spanduk Habib Rizieq Shihab.

 

“Kemarin mereka turunin spanduk IB padahal selama ini IB bersama TNI, gimana menurut anda?” tanya warganet.

 

Menanggapi pertanyaan tersebut, Dahnil mengatakan bahwa Habib Rizieq Shihab bukan lah siapa-siapanya. Justeru, kata Dahnil, mengatakan bahwa dirinyalah yang membantu Habib Rizieq.

 

“Dia siapa? Bukan siapa-siapa bagi saya justru saya yang bantu dan bela imamu dulu. Tapi sebaliknya dia tak pernah berkontribusi untuk membantu saya. Persamaannya saya pernah lawan Ahok sama dengan dia, dan dia pernah dukung PS sama dengan saya,” jawab Dahnil.

 

“Selebihnya saya bantu hak-hak dia, tapi dia tak pernah bantu hak-hak saya, itu terang jelas ya,” kata dia.

 

Lebih lanjut, ia menilai bahwa Habib Rizieq merupakan bukan ulama yang menyerukan kebenaran, “Ulama yang menyerukan kebenaran banyak sekali. Bukan ulama yang memaki orang sana-sini, menuduh sana-sini, provokasi, dll. Itu bukan ulama,” tulis Dahnil, dikutip gelora.co Sabtu, 17/4/2021.

 

Namun, setelah ditelusuri, komentar tersebut sudah tak ada, namun tangkapan layar komentar tersebut beredar di media sosial. Dahnil pun ditanyakan mengenai komentar tersebut melalui jejaring Twitter.

 

Namun, Dahn hanya memberikan kutipan dari Ali Bin Abu Thalib. “Ilmu akan menghidupkan jiwa,” tukasnya.

 

Jawaban Dahnil pun kemudian mendapat komentar pedas dari warganet simpatisan Habib Rizieq Shihab salah satunya @Dw*******7.

 

“Manusia ga tahu berterimakasih, sebentar lagi paling dipecat sama Prabowo Subianto. Sok-sokan bicara ilmu seperti sudah berilmu saja. Maaf ente gak ada apa-apanya sama HRS soal keilmuan. Jadi gak usah sombong dengan merendahkan HRS,” tulis @Dw*******7.





 

SANCAnews   Abdullah Hehamahua malah bersyukur mendapat cap 'teroris' dari Ali Mochtar Ngabalin. Abdullah menilai justru Ngabalin lebih 'teroris' ketimbang dirinya. Maksudnya?

 

"Saya 'teroris'? Itulah istilah yang diberikan oleh penjajah Belanda ke para pejuang Indonesia mulai dari Teuku Umar di Aceh sampai dengan Pattimura di Maluku," kata Abdullah yang merupakan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) ini menanggapi komentar Ngabalin, lewat keterangan tertulis yang diterima detikcom, Sabtu (17/4/2021).

 

Bila makna 'teroris' adalah orang-orang yang menentang penjajahan, Abdullah malah bersyukur mendapat label itu.

 

"Jadi jika itu yang dimaksud adinda Ngabalin tentang 'teroris', alhamdulillah saya diberi gelar 'teroris' olehnya," kata Abdullah.

 

Dia mengetahui, Ngabalin dulu adalah kader Pelajar Islam Indonesia (PII), sedangkan Abdullah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia menyebut Ngabalin lebih radikal ketimbang dirinya.

 

"Jika saya seorang teroris maka adinda Ngabalin lebih teroris lagi. Sebab, mereka yang aktif di organisasi pemuda, pelajar, dan mahasiswa pasti tahu bahwa kader PII lebih galak dari kader HMI," kata Abdullah.

 

Dia kemudian bercerita mengenai aktivitas masa lalunya bersama Ngabalin, yakni pada masa jelang reformasi. Saat itu, Ngabalin mengajak Abdullah bertemu Prabowo Subianto namun tidak jadi berjumpa. Kemudian, Ngabalin mengajak Abdullah ke Sri Bintang Pamungkas, fungsionaris PPP yang disebut Hehamahua paling radikal pada saat itu.

 

Selain itu, Abdullah juga membandingkan keislaman Ngabalin dengan Jokowi. Ini diutarakannya sebagai tambahan penjelasan atas protes terhadap analogi pertemuan TP3-Jokowi bak pertemuan Musa-Firaun. Ada pula analogi yang pernah dia dengar dari politikus PDIP bahwa Jokowi seperti Umar bin Khattab, Abdullah tidak memprotes analogi itu, padahal Jokowi dan Umar bin Khattab dinilainya berbeda, termasuk berbeda dalam hal keislaman.

 

"Apakah saya ada protes terhadap analogi tersebut? Tidak. Wong membandingkan keislamannya adinda Ngabalin saja, Jokowi kalah total, apalagi dibandingkan dengan Umar ibnu Khattab. Padahal Umar itu, kata Rasulullah SAW, sangat ditakuti iblis. Bahkan, beberapa saran dan idenya dibenarkan Allah SWT sehingga turun dalam bentuk wahyu yang tercantum dalam Al Quran," kata Abdullah.

 

Sebelumnya, Ngabalin yang merupakan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut Abdullah sebagai teroris sebagai tanggapan atas sikap Abdullah yang menganalogikan pertemuan TP3 dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bak pertemuan Musa dengan Firaun.

 

"Kalau Musa AS setelah dewasa merantau ke Madyan, setelah 10 tahun dia kembali ke Mesir dan dengan mukjizat sebagai seorang nabi. Nah, kawan ini lari ke Malaysia, Hehamahua ini lari ke Malaysia dan pulang menjadi sosok yang menyihir anak-anak muda menjadi radikal dan ekstrem. Itu makanya Abang tulis, dia pulang ke Malaysia--dalam tanda petik--sebagai teroris," kata Ngabalin, kepada wartawan, Jumat (16/4) kemarin. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.