SANCAnews – Husein Hasny, terduga teroris yang dibekuk Densus
88 Antiteror di Condet, Jakarta Timur, disebut sudah dipecat dari FPI. Hal ini
menyusul ditemukannya kartu tanda anggota (KTA) FPI saat penggerebekan.
Pengacara Habib Rizieq Shihab, Aziz Yanuar, mengatakan Husein
sudah dipecat sejak 2017. Ia kemudian memperlihatkan surat keputusan pemecatan
Husein yang menjabat sebagai Sekretaris Bidang Jihad DPW FPI Jakarta Timur
periode 2015-2020 per tanggal 11 Desember 2017.
Surat itu diteken oleh Ketua Tanfidzi DPW FPI Jakarta Timur,
Syafei Thaher dan Plt Sekretaris Indra Lesmana.
"Ini bukti HH (Husein Hasny) sudah dipecat FPI
2017," kata Aziz kepada Suara.com, Senin (5/4/2021).
Aziz mengungkap alasan pemecatan tersebut karena HH dicurigai
menjadi bagian dari operasi intelijen untuk melumpuhkan FPI. Kata ia,
kecurigaan itu terbukti dengan tertangkapnya HH sebagai terduga teroris sembari
menyeret nama FPI.
"Terbukti saat ini, beberapa jadi corong dan agen
pembusukan itu dengan bawa-bawa nama FPI," ujarnya.
Lebih lanjut, Aziz juga mengungkap kalau orang-orang buangan
FPI malah membantu intelijen dan sudah tidak menjadi tanggung jawab pihaknya.
Terlebih saat ini FPI sudah menjadi organisasi yang dibubarkan pemerintah.
Sebelumnya, terduga teroris yang ditangkap Densus 88
Antiteror di Condet, Jakarta Timur, diketahui bernama Husein Hasny (HH) bersama
tiga teroris lainnya di Bekasi.
Berkaitan dengan ini, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes
Pol, Yusri Yunus, mengatakan hal ini diketahui polisi usai diadakan
penggeledahan.
Di rumah Husein sendiri, mereka menemukan bahan baku bom yang
berasal dari Triacetone triperoxide TATP.
"TATP itu campuran dari cairan-cairan bahan kimia. Jadi,
itu dicampur-campur jadilah TATP," jelas Yusri di Mabes Polri, Jakarta,
pada Selasa (30/3/2021).
"Bentuknya adalah serbuk putih. Itulah yang jadi bahan
utama untuk meledak. Nanti tinggal dimasukkan ke dalam pipa," sambungnya.
Tidak hanya murni bom, guna menambah daya rusak dari bom
tersebut, perakit memasukkan paku dan gotri dalam jumlah banyak.
"Kalau di saudara HH itu pipa, yang dia campur masuk ke
gotri. Tau gotri? Paku-paku. Jadi, kalau meledak, nancep. Meledak. Paku-paku
itu akan terbang ke orang-orang yang ada di situ. Nah, TATP itu ada seberat 2
kilogram," ungkap Yusri.
Bahkan, tidak hanya bom pipa saja, pihaknya juga menemukan
bom panci berdaya ledak rendah di rumah Husein Hasny. Total bom rakitan yang
diamankan mencapai ratusan.
"Itu sekitar ditotalkan dengan yang ada di saudara ZA,
itu sudah 12 yang siap diledakan. Jadi, 5 di tempat saudara ZA. Ada 7 yang di
tempat si saudara HH. Ada 2 Kg lebih. Ada lagi yang memang akan dicampurkan.
Kalau mau ditotalkan, semua itu hampir 100 lebih bom yang akan disiapkan."
ujarnya melansir Makassar.terkini.id.
Tidak hanya diketahui sebagai penyimpan sekaligus pembuat
bom, Husein ternyata juga dikenal sebagai sosok donatur dalam kegiatan teroris
tersebut.
"HH ini adalah motivator, fasilitator, dan pendana. Dia
yang mengatur semuanya, yang merencanakan, baik itu berapa kali pertemuan di
rumahnya, baik membuat cara membuat bom, dan membiayai pembelian bahan-bahan
untuk pembuatan bom," pungkas Yusri. []