Latest Post


 


SANCAnews – Adanya kesamaan redaksional dalam surat wasiat dua terduga teroris yakni pelaku bom bunuh diri di Makassar dan penyerang Mabes Polri menimbulkan kecurigaan publik.

 

Kedua surat wasiat ini ditemukan saat aparat melakukan penggeledahan di masing-masing kediaman pelaku terduga teroris. 

 

Surat wasiat itu ditujukan kepada pihak keluarga dan disebut ditulis tangan oleh kedua pelaku. Kecurigaan muncul dari kata pembuka surat dan kalimat yang sama diawali ‘Wasiat kepada orang yang saya cintai karena Allah’, sampai kesamaan penggunaan kata ‘Wahai…’.

 

Surat Wasiat kedua peristiwa terorisme itu beredar di sosial media. Dengan caption Wasiat Makassar dan Wasiat Mabes.

 

Memang, jika dilihat seksama, ada kemiripan dalam surat yang ditulis dikertas buku ini. Terutama diawal surat, redaksionalnya mirip seperti copy paste, dimana bertuliskan

 

"Assalamualaikum Warahmatullah wabarokatu. Wasiat kepada orang tua yang saya cintai karena Allah" yang tertulis dalam surat wasiat L, bomber Makassar dan ZA pelaku penyerangan Mabes Polri.

 

Salah satu pengguna Facebook, dengan akun bernama Kang Irvan Noviandana kemudian yang memposting kemiripan surat wasiat itu lantas mendadak viral. Unggahannya sudah mendapat 1,2 ribu pengguna dengan 1.250 komentar.

 

"Surat wasiat aja ada SOP nya ya," timpal Ali Sadakah di kolom komentar.

 

"Fontnya sama tuh," saut Ani. "Tulisannya sama," kata Levi Yulinda.

 

"Jadi inget zaman SD kerja kelompok," ujar Fatma. (rmol)



 


SANCAnews – Anggota Dewan Pakar ICMI, Anton Tabah berpandangan, jika ada tokoh nasional yang menyebut PKI dan faham komunisme tak berbahaya merupakan kesesatan dalam berfikir.

 

"Siapapun yang anggap PKI atau komunisme tidak berbahaya ia telah sesat pikir," kata Anton dalam keterangan tertulis, Kamis (1/4).

 

Menurut Anton, mereka yang sepakat dan menganggap PKI bukan ancaman yang berbahaya bagi NKRI lalu kerap menebar isu intoleran, ekstimis dan radikalis dapat dikatakan orang yng pro dengan komunis.

 

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menganggap radikalisme berujung terorisme lebih berbahaya ketimbang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang selama ini dilarang di Indonesia. Said Aqil menekankan, bahaya laten radikalisme lebih mengancam ketimbang paham komunisme.

 

Disisi lain, menurut Anton, dibalik pembusukan terhadap FPI yang belakangan ini dikaitkan dengan peristiwa bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan dan aksi tindak pidana terorisme diduga kuat dilakukan oleh kelompok anti Islam.

 

Padahal, pensiunan Jenderal Polisi bintang satu ini mengatakan dalam penyelidikan kasus kejahatan sangat diharamkan berpersepsi, "Harus valid hasil lidik sidik pro yustisia perlu kecermatan extra," tandas Anton.

 

Padahal, Anton mengungkap, bahwa FPI justru disukai oleh tokoh-tokoh dari Kristen, "Mereka bilang FPI baik toleran sangat membantu kalau ada musibah tanpa pandang korban siapa apa agamanya. Contoh ketika gempa tsunami di Poso yang warganya 95 persen kristen, yang berjibaku menolong korban hanya FPI ormas lain tiada," pungkas Anton. (*)




 


SANCAnews – Selepas peristiwa bom bunuh diri di Gereja ketedral Makassar, masyarakat kembali di gemparkan aksi teror di Mabes Polri pada Rabu (31/3/21). Lantas hal tersebut menyita banyak perhatian berbagai kalangan, termasuk pengamat politik Rocky Gerung.

 

Bagi Gerung, dia mengaku sudah tidak kaget lagi soal insiden teror tersebut, sebab dia sudah menduga sebelumnya jika peristiwa seperti ini akan terjadi.

 

"Kalau saya sih tidak kaget. Karena dari sebulan lalu antisipasi itu justru sudah dibuat oleh istana," kata Rocky Gerung dikutip Kamis (1/4/2021).

 

"Mahfud ngomong, Moeldoko ngomong, Polisi ngomong segala macam. Jadi rentetan itu sebetulnya sudah terbaca bahwa nanti akan ada peristiwa seperti tadi siang itu," tambah Rocky.

 

Selanjutnya Gerung juga menganalisa, masyarakat mempercayai, peristiwa tersebut merupakan rekayasa pemerintah semata. Hal tersebut terlihat dengan adanya kejanggalan, dimana diketahui seseorang yang berhasil lolos dari lapisan keamanan Mabes Polri.

 

"Seolah nggak percaya bahwa ada seseorang anak muda disitu, berjalan sendirian, kemudian bisa lolos dari lapisan pengamanan Mabes Polri," imbunya.

 

"Menurut saya itu yang membuat teka-teki pada masyarakat, ini benar nggak ya aksi teror di Mabes Polri," tambahnya.

 

Dari kejanggalan tersebut, Rocky menilai peristiwa itu merupakan rekayasa dengan skenario yang dipaksakan. Ia yakin ini akan berdampak buruk terhadap upaya mengatasi terorisme.

 

"Orang-orang menganggap bahwa ini adalah semacam skenario yang dipaksakan," kata Rocky.

 

Di samping itu, jika kejadian tersebut benar-benar dilakukan oleh teroris tanpa campur tangan pemerintah, juga akan menimbulkan dampak yang fatal, baik itu dari masyarakat dalam negeri, mapun dari luar negeri.

 

Rocky juga menilai seharusnya aksi teror yang baru terjadi ini merupakan aksi individual, tetapi anehnya justru dikaitkan dengan insiden-insiden sebelumnya. Kemudian beredar juga kabar, dalam aksi teror tersebut diduga terdapat obsesi pemerintah, yang mengaitkan FPI dengan terorisme di Indonesia.

 

Rocky juga menyayangkan beberapa media justru membuat keadaan semakin kacau. Dengan menyebutkan dan memberitakan, dalam peristiwa tersebut terjadi tembak-menembak antara pelaku dan polisi.

 

"Dari video yang saya tonton, disitu tidak terjadi tembak-menembak, yang ada hanya perempuan yang sedang mengacungkan senjata dan kemudian ditembak oleh polisi," kata Rocky.

 

Oleh karena itu Rocky menilai kepekaan pers terhadap realita yang terjadi mulai hilang. Penyebabnya adalah selalu digaungkan narasi yang tidak sesuai oleh para buzzer pemerintah.

 

"Media akhirnya terkena perangkap buzzer, karena sudah terhegemoni bahwa kalau ada seseorang berjalan, itu artinya dia teroris, dia bawa senjata, dia akan tembak, akhirnya dibalas tembak-menembak," kata Rocky.

 

"Jadi kalimat tembak menembak itu sudah ada di kepala bahkan jurnalis pers, pers mainstream lagi. jadi kepekaan pers juga untuk kembali sense of reality juga hilang, karena narasi itu (tidak sesuai kenyataan) selalu digaungkan," tandasnya. []



 


SANCAnews – Tengku Zulkarnain mengomentari soal rumah Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif yang katanya dilempar.

 

Tengku Zul menyinggung apakah Kepolisian dapat mengungkap kasus pelemparan tersebut secepat mengungkap kasus terorisme.

 

“Kali kedua rumah Slamet Ma’arif Ketua 212 dilempar batu. Kali ini 4 orang yg melempar rumah beliau pakai sepeda motor,” tulis @ustadztengkzul pada Kamis, 1 Maret 2021.

 

“Apakah Polisi bisa mengungkapnya secanggih ungkap kasus Teroris?” lanjutnya.

 

Seperti diberitakan, rumah Slamet Maarif yang berada di kawasan Harjamukti, Cimanggis, Depok dirusak Orang Tak Dikenal (OTK).

 

“Kejadian sekitar jam 02.00 WIB saat saya sedang tidur tahu-tahu terdengar suara pecahan kaca gombrang,” kata Slamet, pada Kamis, 1 April 2021, dilansir dari Sindo News.

 

Suara pecahan itu membuat Slamet dan istrinya terbangun. Saat memeriksa, kaca jendela sudah terlihat pecah.

 

“Saya keingetan jangan-jangan seperti dulu waktu yang pertama akhirnya saya dari dalam itu buka gorden dan ternyata kacanya sudah pecah,” ujar Slamet.

 

Menurut Slamet, pelaku yang dilihat di CCTV ada empat orang yang semuanya memakai helm.

 

“Saya lihat dari dalam sudah ada bata konblok dan akhirnya saya lihat CCTV sekitar jam 2 ternyata kita bisa lihat pelakunya datang dari arah depan sana pakai 2 motor. Semuanya 4 orang pakai helm masuk ke sini lalu memutar di depan sana kemudian balik dan pergi,” ungkapnya.

 

Sebagai catatan, ini bukan pertama kalinya Slamet mengalami kejadian seperti itu.

 

Pada tahun 2020 lalu, Slamet Maarif juga mengaku mobil pribadinya dirusak oleh OTK di Cimanggis, Depok.

 

“Iya mobil saya (dirusak). Kaca depan mobil ada 2 lubang,” ungkap Slamet pada Minggu, 6 Desember 2020, dilansir dari Sindo News. (*)



 


SANCAnews – Rumah Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif, yang berada di bilangan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, kembali dilempari batu oleh orang tidak dikenal.

 

Aksi pelemparan batu yang ditujukan ke rumahnya itu terjadi pada Kamis, 1 April 2021 sekitar dini hari.

 

Peristiwa diduga teror ini bukan kali pertama menimpa Slamet Maarif. Sebelumnya, pada Februari 2020 kasus serupa pernah terjadi.

 

Kemudian, pada Desember 2020 lalu, orang tidak dikenal melakukan perusakan terhadap mobil miliknya yang diparkir di garasi rumah yang sama.

 

Lemparan batu pada dini hari tadi menyebabkan kaca jendela rumah milik Slamet Maarif pecah.

 

Jendela yang pecah kali ini pun merupakan jendela yang sama dengan yang dilempari batu pada tahun lalu.

 

Slamet menjelaskan, dirinya sedang tidur ketika batu mengenai kaca jendela rumahnya. Bunyi pecahan kacanya pun terdengar hinga membuat dirinya terbangun.

 

"Kami pas lagi tidur tahu-tahu dengar suara 'gumbrang', kaca pecah. Kami bangun, kami lihat belakang tidak ada apa-apa, kemudian saya curiga, jangan-jangan kayak dulu nih," kata Slamet Maarif kepada wartawan, Kamis (1/4/2021).

 

Slamet pun langsung mengecek dari dalam ruangan. Ia membuka gorden dan mendapati kaca jendela ruang salat sudah pecah.

 

Slamet lantas memeriksa rekaman kamera CCTV rumahnya dan mendapati insiden itu terjadi pukul 01.59, ketika orang-orang tak dikenal melempar batu dari jarak sekitar 2 meter dari jendela sasaran.

 

"Pelakunya empat orang, pakai dua motor. Semua rapat, pakai helm, masuk dari arah sini (depan kompleks), lalu berputar, sampai sini lagi dia lempar, dia lari," ujar dia.

 

"Saya tungguin juga, jangan-jangan kayak dulu, balik lagi, karena dulu kan balik lagi. Ternyata tidak. Sampai dengan azan subuh kami tungguin CCTV, empat orang dan dua motor itu tidak balik lagi."

 

Slamet memastikan, tidak ada seorang pun yang terluka akibat insiden ini.

 

Ia sendiri tak bisa banyak menerka motif para pelaku melempari rumahnya dengan batu. Sebab, situasi politik sedang dingin, tidak seperti situasi pada dua penyerangan sebelumnya.

 

Ia berharap teror yang sudah tiga kali terjadi di rumahnya dalam kurun 2020-2021 tak terjadi lagi.

 

"Kami berharap yang ketiga bisa diungkap. Mudah-mudahan dari CCTV, pelat nomornya bisa terbaca dan sebagainya, dan ke pihak kepolisianlah kami serahkan," kata Slamet. (*)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.