SANCAnews – Seorang perempuan bersenjata api menyerang Mabes
Polri, Jakarta Selatan. Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mempertanyakan
bagaimana perempuan tersebut bisa menerobos masuk Mabes Polri.
"Yang perlu diwaspadai adalah bagaimana proses dia bisa
menerobos masuk. Kalau dia perempuan, perlu dilakukan penggeledahan setiap
masuk. Pertanyaannya, apakah ada anggota Polwan yang bertugas di situ?"
ujar Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto seperti dikutip dari siaran CNN
Indonesia TV, Rabu (31/3/2021).
Motif penyerangan pelaku, tutur Benny, belum bisa disimpulkan
sebelum polisi mengidentifikasi pelaku. Termasuk apakah pelaku terafiliasi
dengan kelompok atau jaringan tertentu atau tidak.
"Setelah diidentifikasi siapa dia. Masuk kelompok mana,
terafiliasi kelompok mana, baru nanti bisa disimpulkan, lonewolf atau bukan.
Ini satu langkah yang perlu kita menunggu dulu," kata Benny.
Benny mengatakan serangan ke markas polisi beberapa kali
terjadi. Serangan-serangan tersebut menyasar mulai polsek, polres, polda,
hingga kini Mabes Polri.
Benny menambahkan, pada beberapa kasus, serangan itu terjadi
karena pelaku geram rekan-rekannya ditangkap aparat. Jika serangan kali ini
memang terhubung ke jaringan terorisme, polisi, kata Benny, mesti meningkatkan
kewaspadaan.
Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan tak dikenal
menyerang Mabes Polri. Perempuan tersebut menodongkan senjata api ke petugas
polisi. Polisi pun kemudian menembak mati perempuan itu.
Identitas perempuan ini didapatkan detikcom dari sumber
tepercaya, Rabu (31/3/2021). Ternyata, perempuan ini kelahiran tahun 1995 atau
termasuk generasi milenial.
Perempuan ini berinisial ZA. Dia lahir di Jakarta pada 14
September 1995. Dia berusia 25 tahun dan tewas ditembak polisi karena dia
melakukan penyerangan.
Dia adalah perempuan lajang, berasal dari Jakarta Timur.
Pendidikan terakhirnya adalah SMA/sederajat, dan kini berstatus
pelajar/mahasiswa. (*)