Latest Post



SANCAnews – Tokoh asal Papua Christ Wamea mengkritik soal temuan barang bukti dari pihak kepolisian di rumah terduga teroris di Jakarta, Kabupaten Bekasi, dan Sukabumi.

 

Dirinya menyoroti adanya perbedaan pendekatan dari temuan bukti-bukti kasus teror bom dahulu dengan sekarang.

 

Dahulu menurut tokoh asal Papua tersebut barang bukti yang biasa ditemukan di rumah terduga teroris adalah Al-Quran dan peralatan ibadah lainnya.

 

Sementara saat ini, yang ditemukan di rumah terduga teroris justru adalah poster Habib Rizieq Shihab (HRS) dan pernak-pernik dari ormas terlarang FPI.

 

"Dulu stp ada kasus teror bom barang bukti yang biasanya ditemukan di rumah terduga teroris adalah Al-Quran, sajadah (seperangkat alat sholat) buku-buku tentang jihad dan VCD," ujar tokoh asal Papua.

 

"Sekarang beda yang ditemukan dirumah terduga teroris adalah poster HRS dan pernak-pernik dari FPI," sambungnya seperti dikutip dari akun Twitter @PutraWadapi, Selasa, 30 Maret 2021.

 


 


SANCAnews – Istri terduga teroris inisial BS membantah sebagian barang bukti yang dibawa personel Densus 88 adalah milik suaminya. Perempuan inisial SA itu mengatakan barang yang dibawa oleh polisi ada yang milik orang tuanya dan adiknya.

 

Diketahui, pada Senin (29/3) malam, polisi sempat menyimpan barang-barang yang mereka sita dari kediaman mertua BS. Pantauan detikcom, selain pipa paralon dan pipa besi, terlihat serbuk hitam di dalam toples plastik bening. Seluruh barang bukti itu terlihat di foto oleh petugas identifikasi.

 

Selain itu terlihat juga topi hitam bertuliskan Alumni 212 dan kaus hitam dengan siluet sosok Habib Rizieq Shihab.

 

"Yang bukan milik suami, golok, pipa, besi, pompa air (rangkaian elektronik). Milik suami saya cuma baju sama serbuk hitam. Pet (topi) punya adik saya," kata SA kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).

 

SA merinci pipa yang dibawa oleh pihak Densus ada satu besi dan tiga pipa. "Besi satu, pipa ada tiga. Mudah-mudahan suami saya bukan terduga, harapan bisa bebas," lirihnya.

 

Saat polisi mendatangi rumahnya, SA mengaku kaget. Saat itu posisi di rumah tersebut ada dia, ayah dan adiknya di dalam kamar. Pasca kejadian itu SA juga mengaku gelisah.

 

"Perasaan hari ini, gelisah. (Saat Polisi datang) tidak ditanya apa apa langsung ke kamar menggeledah memperlihatkan surat penggeledahan. Waktu kemarin itu sekitar jam 17.00 WIB, bapak sedang diam di kursi, saya beres-beres di kamar. Cuma berdua adik di kamar nonton, kaget," ungkap SA.

 

Sementara itu Abas, mertua terduga teroris BS juga menjelaskan sejumlah barang yang dibawa polisi adalah miliknya. "Barang-barang milik saya ada besi, paralon dan bedog (golok) semprotan (pompa air). Peci (topi) punya anak. (Menantu) hanya serbuk hitam. Sebagian (barang) memang milik saya," jelas Abas. (glc)



 


SANCAnews – Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) baru saja menyambangi fraksi PKS DPR RI meminta agar mendorong Pansus Angket Kematian 6 Laskar Laskar Pembela Islam (LPI).

 

Selanjutnya, TP3 juga sudah mengirimkan surat kepada semua fraksi di DPR RI untuk mengupayakan Pansus Angket tersebut.

 

"Kami tunggu jawaban fraksi-fraksi, kami sudah kirim ke 9 fraksi," kata salah satu tokoh TP3 Abdullah Hehamahua kepada wartawan di Ruang Fraksi PKS, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/3).

 

Abdullah mengatakan, fraksi PKS yang pertama kali merespons surat yang dilayangkan TP3 tersebut. Karena itu, ia berharap fraksi-fraksi lain bisa merespons seperti fraksi PKS.

 

"Mudah-mudahan fraksi yang lain apakah misalnya fraksi yang sekarang lagi digembosin misalnya, kita tunggu saja," tuturnya.

 

TP3 juga berkirim surat kepada Pimpinan DPR RI namun tidak ada respons, "Sebelumnya sudah kami kirim ke Pak Azis Syamsuddin, bulan lalu tetapi tidak ada respons. Sayang sekali sebetulnya," kata Marwan Batubara menambahkan. (rmol)



 


SANCAnews – Ketum PBNU Said Aqil angkat bicara terkait kasus aksi terorisme di Makassar hingga Condet, Jakarta. Said Aqil menyebut bahaya laten yang masih mengancam adalah terorisme, bukan isu PKI.

 

"Kita semua dikagetkan dengan ledakan bom kemarin di Makassar di Katedral Makassar dalam keadaan suasana lagi prihatin menghadapi pandemi COVID-19 sudah agak lama kita tidak mendengar suara bom, kemarin kita dibisingkan dengan bom bunuh diri, begitu pula ditemukan bom dan pemiliknya yang ditangkap di Condet," kata Said Aqil, dalam webminar Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial, yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

 

"Itu artinya apa, bahaya laten terorisme masih mengancam kita. Mohon maaf saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita sekarang ini," imbuh komisaris utama BUMN PT KAI itu.

 

Lebih lanjut ia mengungkap diperkirakan ada 6 ribu terorisme yang belum tertangkap. Said Aqil meyakini kelompok teroris tersebut terafiliasi dengan jaringan terorisme Filipina Selatan, Poso, dan jaringan JAD.

 

Said Aqil mengatakan jaringan JAD memiliki ideologi siapa pun yang tak sependapat dengan mereka kafir. Oleh karena itu, ia meminta kepolisian tidak ragu memberantas terorisme karena tidak ada kekerasan mengatasnamakan agama.

 

"Saya harapkan kepada kepolisian tidak ragu-ragu, tidak gamang dalam memberantas terorisme itu. Kalau mau dalil saya kasih dalilnya," ujar Said Aqil.

 

"Jelas sekali ayatnya orang yang bikin gaduh, orang yang menyimpang dari komitmen kebangsaan kita Pancasila kita usir mereka itu, itu perintah Al-Qur'an itu jangan-ragu ragu. Walhasil, Al-Qur'an dengan tegas tidak boleh ada kekerasan dengan mengatasnamakan agama," imbuhnya.

 

Seperti diketahui, ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar pada pukul 10.28 Wita, Minggu (28/3). Pelaku bom bunuh diri yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu berboncengan menggunakan sepeda motor ke depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3). (*)



 


SANCAnews – Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj menyebut pintu masuk terorisme dan paham radikalisme adalah ajaran Wahabi dan Salafi sehingga harus dibasmi. Bagi PKS, radikalisme dan terorisme punya akar masalah yang berbeda dari pendapat Said Aqil.

 

Ketua DPP PKS Bukhori Yusuf saat dihubungi, Selasa (30/3/2021), awalnya mengatakan tidak bisa mengomentari secara langsung pernyataan Said Aqil. Namun dia punya pandangan tersendiri soal radikalisme dan terorisme.

 

"Dalam kaitannya, terorisme dan radikalisme menurut saya pemicu terbesarnya itu adalah ketidakadilan dalam kehidupan, dalam kesejahteraan dan kesenjangan dalam mengakses kesempatan," ucap anggota Komisi VIII DPR itu.

 

Bukhori menyebutkan, kesejahteraan yang merata bakal mengurangi radikalisme dan terorisme. Dia juga berbicara soal akses kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat.

 

"Jika kesejahteraan telah merata, akses untuk kesempatan terbuka secara adil, saya yakin, hakulyakin, akan sangat mengurangi tindakan radikalisme dan terorisme," sambungnya.

 

Bukhori menyebut seharusnya perspektif yang dikembangkan adalah kerukunan, kerahiman dan persaudaraan sesama umat dan sesama anak bangsa, bukan permusuhan dan kebencian. Jika ada perbedaan, katanya, itu wajar dan bisa dicari solusinya.

 

"Dalam hal ada perbedaan pandangan, itu wajar sebagai umat manusia, karena Allah memang ciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda suku, agama, pikiran, dan pandangan, yang penting kita saling mencari titik temu," tuturnya.

 

Sebelumnya Said Aqil menyampaikan strategi untuk menghabisi jaringan terorisme. Said Aqil menyebut memberantas jaringan terorisme dilakukan dari benihnya atau pintu masuknya ajaran ekstremisme, yaitu ajaran Wahabi.

 

"Ini artinya, kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar kita satu barisan ingin menghabisi jaringan terorisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuknya yang harus kita habisi. Apa? Wahabi, ajaran Wahabi itu adalah pintu masuk terorisme," kata Said Aqil dalam webinar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang disiarkan di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

 

Said Aqil menegaskan ajaran Wahabi bukan terorisme, tetapi pintu masuk terorisme. Sebab, ajarannya dianggap ajaran ekstremisme.

 

"Ajaran Wahabi bukan terorisme, bukan, Wahabi bukan terorisme, tapi pintu masuk. Kalau udah Wahabi, 'ini musyrik, ini bid'ah, ini sesat, ini nggak boleh, ini kafir, itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi sudah halal darahnya boleh dibunuh'. Jadi benih pintu masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi. Wahabi dan Salafi adalah ajaran ekstrem," ujarnya. (*)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.