Latest Post

 


SANCAnews – Sejumlah barang bukti yang disita dari terduga teroris di Jakarta Timur dan Bekasi, pascaaksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar Sulsel, mengandung unsur ormas terlarang FPI.

 

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan, akan mendalami keterkaitan FPI dengan terduga teroris yang ditangkap.

 

Fadil mengatakan, Densus 88 Antiteror Polri akan menelisik ada tidaknya keterlibatan FPI dalam jaringan teroris berdasarkan barang bukti tersebut.

 

"Iya termasuk itu, jika ada keterkaitan, kan sebagai temuan awal, akan didalami oleh Densus 88," kata Fadil saat jumpa pers di depan Gedung Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (29/3/2021).

 

Fadil enggan terlalu dini menyimpulkan adanya kaitan terduga terirus dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang melakukan bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3).

 

"Saya kira terlalu dini bagi kami menyimpulkan."

 

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap empat terduga teroris di Bekasi dan Jakarta Timur. Lima bom aktif berhasil diamankan dari operasi penangkapan tersebut.

 

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyebut ketiga terduga teroris di Desa Sukasari, Cibarusah, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Mereka, yakni ZA (37), BS (43), dan AJ (46).

 

Sedangkan, terduga teroris lainnya berinsial HH (56) ditangkap di Condet, Jakarta Timur, "Dari penggeledahan ditemukan lima bom aktif," ungkap Fadil.

 

Fadil menyebut bom tersebut menggunakan bahan dasar peledak TATP (triaceton triperoxide). Bahan tersebut merupakan senyawa kimia yang mudah meledak.

 

"Ini adalah senyawa kimia yang mudah meledak dan tergolong sebagai high explosive, sangat sensitif. TATP adalah senyawa peroksida yang khas mudah terbakar hanya dengan gesekan panas dan pemicu-pemicu yang lainnya," kata dia.

 

Kekinian, kata Fadil, lima bom aktif tersebut telah diledakkan oleh Tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya.

 

Peledakan dilaksanakan di dua lokasi berbeda, yakni di Bekasi dan Jakarta Timur, "Satuan Gegana Polda Metro Jaya memutuskan melaksanakan disposal di dua lokasi, di mana ditemukan TATP tersebut." tutupnya. (*)



 


SANCAnews – Mantan pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab ikut menanggapi aksi bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, pada (28/3) kemarin.

 

Menurut Habib Rizieq, Islam melarang ummatnya menganggu ibadatan Agama lain, apalagi dengan melakukan aksi bom bunuh diri. Hal itu disampaikan pengacara HRS, Aziz Yanuar.

 

“Saya dapat dari Habib tadi ketika bicara dengan beliau. Haram mengganggu umat Kristiani yang sedang beribadah di tempatnya,” kata Aziz dikutip Pojoksatu, Senin (29/3).

 

Dikatakan, Habib Rizieq tidak menganggap aksi bom itu sebagai sebiah tindakan jihad, “Jika ada yang bilang itu adalah jihad, maka sangat keliru,” sambung Aziz.

 

Kendati demikian, Aziz menyampaikan pesan HRS semoga bom bunuh diri tersebut bukan merupakan serangkaian pengalihan isu terhadap kasus yang menjeratnya.

 

“Jika ada pihak yang merekayasa bom gereja untuk pengalihan isu, ini lebih jahat lagi,” ujar Aziz.

 

Untuk diketahui, ledakan terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3), sekitar pukul 10.30 Wita.

 

Bom meledak di depan Gereja Katedral ketika jamaah ummat Kristiani sedang melakukan ibadah Mingguan.

 

Aksi bom ini mengakibatkan setidaknya 20 orang luka-luka. Dan 2 orang korban tewas yang merupakan pelaku.

 

Kepolisian telah mengantongi dua korban tewas itu. Polisi menduga keduanya merupakan Jamaah Ansor Daulah (JAD). Saat ini, Polri masih terus mengusut dalang dibalik aksi pengeboman itu. (glc)



 


SANCAnews – Lembaga Pengawasan dan Penegakan Hukum Indonesia (LP3HI) mendesak Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri dan LPSK untuk melindungi dua oknum Polisi dalam kasus unlawful killing.

 

Desakan untuk memberikan perlindungan dilakukan setelah seorang oknum polisi dalam kasus tersebut diketahui telah meninggal dunia.

 

Wakil Ketua LP3HI, Kurniawan Adi Nugroho menilai bahwa dua oknum Polisi yang terlibat kasus tindak pidana unlawful killing tersebut bisa menjadi kunci untuk membuka kotak pandora terkait peristiwa yang sebenarnya terjadi di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM 50 dan menyebabkan enam Laskar FPI meninggal dunia.

 

"Kami mendesak Propam Polri dan LPSK bekerja sama melindungi dua oknum Polisi sisanya ini agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan dua oknum tersebut tidak bisa memberikan keterangan dengan bebas atas tragedi KM 50 maupun kasus tersebut dihentikan," kata Kurniawan kepada Bisnis, Senin (29/3/2021).

 

Kurniawan mengaku khawatir ada pihak yang lebih tinggi tidak ingin perkara itu terbongkar pada saat tersangka memberi kesaksian di Pengadilan.

 

Dia juga mendesak agar dua oknum Polisi itu masuk ke dalam program LPSK selama proses hukumnya berjalan.

 

"Kan yang jadi pertanyaan itu apakah penembakan itu murni reaksi spontan atau memang perintah dari pejabat yang lebih tinggi lagi," ujarnya.

 

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono memastikan EPZ yang jadi salah satu tersangka kasus tindak pidana penembakan empat anggota Laskar FPI meninggal dunia.

 

Rusdi menyebut penyebabnya adalah kecelakaan motor tunggal pada tanggal 3 Januari 2021 sekitar pukul 23.45 WIB di wilayah Tangerang Selatan.

 

"EPZ meninggal dalam kecelakaan tunggal motor scoopy dan meninggal keesokan harinya pada jam 12.55 WIB setelah mendapat perawatan," tutur Rusdi. (*)




SANCAnews – Pasangan suami istri (pasutri) yang menjadi pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), diketahui baru menikah sekitar 7 bulan yang lalu. Menurut keluarga, pasutri itu berbisnis dengan berjualan secara online usai menikah.

 

"(Menikah) 7 bulan lalu. (Kegiatan) jualan online, saya tahu dia jualan online dan suaminya yang antar makanan," ujar ibu kandung dari pelaku bom bunuh diri, EM, saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, Senin (29/3/2021).

 

EM mengungkapkan anaknya merupakan pelaku wanita dari aksi bom bunuh diri tersebut.

 

"Saya dari keluarga (pelaku) perempuan. Baru tahu tadi malam kalau itu anak saya," kata EM.

 

Menurut EM, dia sudah jarang bertemu dengan putrinya sejak menikah dengan pelaku laki-laki bom bunuh diri. Hal ini karena keduanya sudah tinggal sendiri.

 

"Jadi jarang ketemu selama sudah menikah. Biasa ji datang di rumah tapi jarang," jelasnya.

 

EM sebelumnya tiba di RS Bayangkara, Makassar, diambil sampel DNA. Polisi hendak memastikan identitas putrinya yang menjadi pelaku bom bunuh diri.

 

"Biddokkes Polda Sulsel melakukan tes antemortem yang dan juga periksa DNA terhadap korban yang diduga sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral yang terjadi kemarin," kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes E Zulpan saat ditemui di RS Bayangkara Makassar, Senin (29/3).

 

Pengambilan sampel DNA dari keluarga pelaku bom bunuh diri juga untuk memastikan jenis kelamin kedua terduga pelaku.

 

"Yang diperiksa itu, tentunya kita sedang menggali dan memastikan siapa keterangan korban yang meninggal dunia yang berjenis kelamin wanita, yang identitasnya belum kita ketahui," jelasnya. (dtk)

 


 

SANCAnews – Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko merupakan sosok mantan panglima TNI yang besar di era Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Pasalnya, karir kemiliteran Moeldoko terbilang moncer di era SBY. Di mana dia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan kemudian didaulat menjadi panglima TNI.

 

“Dulu Jenderal Moeldoko cium tangan SBY, menyanjung puji Presiden RI ke-6, yang mengangkatnya jadi KSAD lalu panglima TNI,” kenang politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik kepada wartawan, Senin (29/3).

 

Namun demikian, sikapnya kini seperti peribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Setidaknya kesediaan untuk menerima permintaan menjadi ketua umum dari sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai kader Demokrat menjadi alasan Moeldoko mulai tidak menghargai SBY.

 

Bahkan teranyar, Moeldoko melontarkan tudingan adanya tarikan ideologi di tubuh Partai Demokrat, yang membuatnya merasa harus turun tangan menyelamatkan. Padahal Demokrat masih berjalan sesuai jalurnya lantaran masih dikawal SBY sebagai ketua Majelis Tinggi, “Kini, ia menusuk dari belakang, bahkan tega memfitnah SBY,” sambung Rachland.

 

Rachland Nashidik pun sulit membayangkan jika di kemudian hari Moeldoko berkuasa. Sebab bukan tidak mungkin fitnah lebih kejam akan menimpa Presiden Joko Widodo pasca tidak lagi menjabat.

 

“Bayangkan, bila ia berkuasa, apa yang akan ia lakukan pada Jokowi yang cuma mengangkatnya jadi KSP,” tutupnya. (rmol)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.