Latest Post


 

SANCAnews – Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko merupakan sosok mantan panglima TNI yang besar di era Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

 

Pasalnya, karir kemiliteran Moeldoko terbilang moncer di era SBY. Di mana dia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan kemudian didaulat menjadi panglima TNI.

 

“Dulu Jenderal Moeldoko cium tangan SBY, menyanjung puji Presiden RI ke-6, yang mengangkatnya jadi KSAD lalu panglima TNI,” kenang politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik kepada wartawan, Senin (29/3).

 

Namun demikian, sikapnya kini seperti peribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Setidaknya kesediaan untuk menerima permintaan menjadi ketua umum dari sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai kader Demokrat menjadi alasan Moeldoko mulai tidak menghargai SBY.

 

Bahkan teranyar, Moeldoko melontarkan tudingan adanya tarikan ideologi di tubuh Partai Demokrat, yang membuatnya merasa harus turun tangan menyelamatkan. Padahal Demokrat masih berjalan sesuai jalurnya lantaran masih dikawal SBY sebagai ketua Majelis Tinggi, “Kini, ia menusuk dari belakang, bahkan tega memfitnah SBY,” sambung Rachland.

 

Rachland Nashidik pun sulit membayangkan jika di kemudian hari Moeldoko berkuasa. Sebab bukan tidak mungkin fitnah lebih kejam akan menimpa Presiden Joko Widodo pasca tidak lagi menjabat.

 

“Bayangkan, bila ia berkuasa, apa yang akan ia lakukan pada Jokowi yang cuma mengangkatnya jadi KSP,” tutupnya. (rmol)


 


SANCAnews – Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengimbau seluruh masyarakat tidak menyebarluaskan konten negatif yang berkaitan dengan aksi terorisme.

 

“Saya meminta masyarakat tidak ikut posting atau menyebarluaskan konten foto, gambar, atau video korban aksi terorisme di media apapun," tegasnya dalam siaran pers tertulis, Jakarta, Senin (28/03/2021).

 

Karena, menurutnya, dengan menyebarkan itu akan memberikan peluang bagi pelaku teror untuk mencapai tujuannya yakni menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat.

 

Johnny G. Plate mengajak masyarakat turut menjaga ruang digital agar aman, dengan mengisi dengan konten positif dan saling mendukung atau memberi semangat.

 

“Sembari memberikan waktu kepada Kepolisian RI untuk menangani kasus ini. Mari jaga ruang digital kita," katanya.

 

"Jika ada konten yang tak layak, mari melakukan komplain ke penyedia platform agar Facebook, Twitter, IG, Youtube dan sebagainya agar segera menurunkan konten tak layak itu,” tambah Plate.

 

Sebelumnya, diberitakan terjadinya ledakan di depan Gereja Katedral Makassar akibat aksi bom bunuh diri terjadi sekitar pukul 10.20 Wita, di Jalan Kajaolalido, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021).

 

Kronologinya, saksi mata di lokasi kejadian sempat melihat dua orang terduga pelaku menggunakan motor berwarna oranye, dengan nomor polisi DD 5984 MD.

 

Pelaku di lokasi kejadian diduga berjumlah dua orang, pria dan wanita. Keduanya sempat dilihat bolak-balik, tak jauh dari lokasi kejadian oleh satuan pengamanan (Satpam) Gereja Katedral Makassar.

 

Informasi terbaru, pelaku merupakan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Pelaku diketahui berinisial L.

 

Selain terduga pelaku, tidak ada korban jiwa. Namun, sejumlah warga di sekitar lokasi kejadian menjadi korban luka-luka.

 

Dari informasi yang dihimpun, sampai saat ini jumlahnya di Rumah Sakit Bhayangkara tujuh orang, Rumah Sakit Siloam empat orang. Total dengan data luka ringan sudah pulang, sebanyak 20 orang.

 

"Kami pusatkan penanganan korban di Rumah Sakit Bhayangkara. Penanganan terpadu ini agar bisa kami kontrol. Untuk pengawasan yang sama kami bawa ke Bhayangkara," kata Kapolda Sulsel Merdisyam.

 

Dari korban luka-luka, lima di antaranya merupakan Satpam Gereja Katedral yang sedang bertugas. (sc)




SANCAnews – Usai tragedi bom bunuh diri di Katedral Makassar terjadi, video pernyataan Presiden Republik Indonesia (RI) ke 4 Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur beredar kembali.

 

Gus Dur kala itu memberikan pernyataan kontroversi soal bom yang dulu pernah terjadi. Pasalnya, Gus Dur menuding bahwa bukti yang ada bom-bom tersebut malah mirip dengan yang dimiliki Polisi.

 

Malah Gus Dur juga menyebut bahwa pelakunya bisa saja aparat itu sendiri, karena semua ini ada dalangnya.

 

Bahkan kata Gus Dur pelakunya belum tentu yang selama ini dituduh sebagai pelaku, yang pasti mereka adalah kelompok fundamentalis.

 

"Ya, Siapa yang tahu bahwa semua ini ada dalangnya, bisa saja pelakunya justru aparat kami sendiri, bukan yang selama ini dianggap sebagai pelakunya, yaitu dari kelompok fundamentalis," ungkap Gus Dur seperti dikutip dari video unggahan akun @FKadrun pada Senin, 29 Maret 2021.

 

"Kita tidak bisa mengetahui kebenarannya, itulah masalahnya," kata Gus Dur.

 

"Tapi Jamaah Islamiyah juga dituduh terlibat," kata Jurnalis pada Gus Dur.

 

Gus Dur pun menjawab: "Ya Saya tahu, tapi tidak ada bukti, bukti yang ada malahan bom itu mirip dengan kepunyaan Polisi,".

 

"Itu masalahnya. Setiap bom yang ada sampai saat ini selalu milik pemerintah," kata Gus Dur menegaskan.

 

Selanjutnya, Jurnalis itu pun menanyakan soal Amrozi. Gus Dur menjawab: "Amrozi menyulut bom pertama, itulah selalu masalahnya, tapi tidak berarti ia terlibat. Tidak, tidak, tidak".

 

Jurnalis pun bertanya lagi pada Gus Dur: "Jadi Anda yakin bahwa para pengebom tidak tahu bahwa ada bom kedua?,".

 

"Ya, betul," jawab Gus Dur.

 

Lalu jurnalis tersebut langsung bertanya lagi: "Siapa yang merencanakan bom kedua?,".

 

"Bisa jadi itu Polisi, atau Tentara, Saya tidak tahu," tandas Gus Dur sambil tertawa. ***

 

source: mantrasukabumi



 


SANCAnews – Mobil pemadam kebakaran adalah jenis kendaraan yang diprioritaskan untuk lewat. Ini karena mobil pemadam kebakaran memiliki fungsi sangat vital.

 

Yaitu untuk menyelamatkan orang yang terkena musibah kebakaran. Karena itu di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mobil pemadam kebakaran salah satu kendaraan yang diprioritaskan untuk lewat.

 

Dalam UU tersebut juga diatur sanksi bagi pengguna jalan yang tidak mengindahkan aturan tersebut. Sanksinya yang diterima yaitu pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda sebesar Rp 250 ribu.

 

Baru-baru ini beredar video mobil mewah yang tidak ingin memberikan jalan saat mobil pemadam kebakaran melaju menuju lokasi. Video itu viral.

 

Video awalnya diunggah oleh akun Instagram @manaberita. Dalam video tersebut, terlihat sebuah mobil Mercendes Benz berwarna merah terus melaju meski sudah diklakson berulang kali.

 

Sopir mobil pemadam kebakaran pun emosi saat dirinya harus menuju ke lokasi kebakaran namun mobil mewah itu tak ingin memberikan jalan.

 

Padahal, sopir damkar tersebut sudah mencoba memberi aba-aba dan klakson berulang kali agar mobil mewah itu menepi.

 

Namun, aksi sang sopir damkar pun tak digubris oleh pengendara mobil mewah tersebut. Pengendara mobil itu terus melaju di tengah jalan.

 

Berdasarkan unggahan tersebut, mobil pemadam kebakaran itu hendak menuju lokasi kebakaran yang terjadi Pemogan, Denpasar, Minggu (28/3/2021).

 

Akan tetapi, saat menuju lokasi, pengendara mobil mewah itu seakan menghalangi mobil damkar yang melaju kencang.

 

Sopir dan penumpang mobil damkar itu sampai berteriak dan membunyikan klakson berulang kali.

 

Sementara itu, mobil berwarna merah itu dengan santai tetap melaju di tengah-tengah jalan. Tak diketahui alasan mobil tersebut tidak ingin memberikan jalan kepada mobil damkar.

 

Melihat aksi pengendara mobil merah itu, publik pun ikut geram dan memberikan kecaman. Unggahan tersebut pun langsung dibanjiri komentar dari warganet.

 

"Kalau ditabrak nggak apa-apa itu, kan prioritas damkar dan ambulance," ujar warganet.

 

"Halal ditabrak," timpal warganet.

 

"Mari kita anggap kuping dia budeg ya, mungkin belum dikeruk dari lahir," balas warganet.

 

"Beli mobil mahal bisa, beli otak enggak," komentar warganet. (sc)




SANCAnews – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengutuk keras aksi bom Gereja Katedral Makassar, pada Ahad, 28 Maret 2021. “Apapun motifnya, aksi ini tidak dibenarkan agama karena dampaknya tidak hanya pada diri sendiri juga sangat merugikan orang lain,” kata Yaqut dalam keterangannya.

 

Akibat ledakan itu, kata Yaqut, sejumlah orang dilaporkan terluka. Pada saat kejadian, sebagian jemaat tengah beribadah di gereja. Jumlah dan identitas korban atau pelaku hingga kini masih dalam pendataan polisi.

 

Yaqut Cholil Qoumas berharap kepolisian dan aparat berwenang bisa mengungkap latar belakang aksi kekerasan yang dilakukan di tempat ibadah. Serta mengupas tuntas aktor-aktor yang terlibat dalam aksi keji tersebut.

 

Ia menduga, aksi bom bunuh diri tersebut tidak dilakukan tunggal. Pasalnya, pelaku seringkali digerakkan oleh suatu jaringan namun mereka bekerja dalam senyap dan rapi. “Kepolisian juga perlu meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah sehingga masyarakat bisa semakin tenang dan khusyuk dalam beribadah,” ujarnya.

 

Yaqut pun mengimbau para tokoh agama untuk meningkatkan pola pengajaran agama secara baik dan menekankan pentingnya beragama secara moderat. Menurut dia, agama apapun mengajarkan umatnya untuk menghindari aksi kekerasan

 

Semua pihak diajak untuk mengutamakan jalan damai dalam menghadapi persoalan seperti dengan dialog, diskusi, silaturahmi dan lain sebagaianya. Jika cara itu ditempuh, diyakini akan mampu memecahkan masalah yang dihadapi ketimbang aksi seperti bom Gereja Katedral Makassar. “Selain itu tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau menjadi korban dari kekerasan,” kata Menag Yaqut. []


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.