Latest Post

 


SANCAnews – Presiden Joko Widodo dinilai semakin tidak tahu malu karena membuat pernyataan yang bertentangan dengan fakta. Pernyataan yang dimaksud adalah klaim Presiden Jokowi bahwa selama 3 tahun Indonesia tidak mengimpor beras.

 

"Maaf Jokowi ini makin tidak punya malu lagi untuk berbohong tingkat tinggi. Mengaku sudah tiga tahun Indonesia tidak impor beras tetapi fakta dan datanya impor kok," ujar analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (28/3).

 

Ubedilah lantas mengurai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2000 sampai 2019. Di mana Indonesia secara rutin melakukan impor beras.

 

Bahkan, kata Ubedilah, jumlah impor beras pada 2018 tercatat yang paling banyak. Yakni, mencapai 2.253.824,5 ton atau senilai 1,03 miliar dolar AS.

 

Pada 2019, jumlah impor beras turun drastis menjadi 444.508,8 ton. Saat itu, ada 8 negara yang mendatangkan beras ke Indonesia.

 

Sementara pada 2020, volume impor beras mencapai 356 ribu ton, "Itu data impor yang tidak bisa dibantah. Saya kira maaf Jokowi bicaranya makin ngelantur, tidak pakai data dan semaunya sendiri. Sebaiknya semua menteri perlu siap-siap untuk "balik kanan' dari istana," pungkasnya. (*)


 


SANCAnews – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam keras aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. Kecaman keras tersebut disampaikan Wakil Ketua MUI Anwar Abbas dalam video yang diterima redaksi, Minggu (28/3).

 

“MUI mengutuk dengan keras tindakan pelaku peledakan bom di Makassar pagi ini, yang telah membuat ketakutan di tengah-tengah masyarakat dan telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa,” ujarnya.

 

Menurutnya, aksi bom bunuh diri tersebut tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran agama manapun.

 

"Tindakan ini jelas-jelas tidak bisa ditolerir karena jelas-jelas sangat tidak manusiawi dan sangat-sangat bertentangan dengan nilai-nilai dari ajaran agama manapun yang diakui di negeri ini,” imbuhnya.

 

Pihaknya meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas pelaku utama dari aksi teror bom bunuh diri ini. Termasuk membongkar tujuan dari peledakan bom di depan gereja tersebut.

 

Terakhir, dia meminta masyarakat untuk tidak mengaitkan aksi bom bunuh diri itu dengan agama tertentu.

 

"Di samping itu MUI juga meminta supaya masalah ini jangan dikait-kaitkan dengan agama dan atau suku tertentu di negeri ini, karena hal demikian akan semakin membuat rumit dan keruhnya suasana,” tandasnya. (glc)




SANCAnews – Karo Penmas Divisi Mabes Polri, Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan seorang terduga penembak anggota Front Pembela Islam (FPI) berinisial EPZ tewas dalam insiden kecelakaan lalu lintas.

 

Rusdi mengatakan EPZ tewas dalam kecelakaan tunggal di Jalan Bukit Jaya, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada tanggal 3 Januari 2021 lalu.

 

Kabar tersebut disampaikannya pada konferensi pers yang digelar pihak Mabes Polri pada Jumat, 26 Maret 2021.

 

Mendapati kabar tersebut, Wartakotalive.com mencoba menelusuri lokasi yang disebut-sebut pihak Polri terkait kecelakaan tunggal yang menewaskan EPZ selaku terduga penembak anggota FPI.

 

Namun, seorang warga bernama Boye (36) yang berprofesi sebagai juru parkir di kawasan tersebut mengaku tak mengetahui lokasi tepat Jalan Bukit Jaya yang disebut pihak Polri.

 

"Sembilan tahun jalan sepuluh tahun saya markir di sini. Enggak ada Jalan Bukit Jaya, adanya Bakti Jaya. Kayaknya baru denger saya juga (Jalan Bukit Jaya-red)," kata Boye pria yang telah menjadi juru parkir selama 10 tahun saat ditemui di lokasi, Setu, Kota Tangsel, Sabtu (27/3/2021).

 

Bahkan, Boye mengaku dirinya yang telah menjadi juru parkir selama 10 tahun itu belum mendapat kabar adanya peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menewaskan seorang pengendara motor.

 

"Saya markir disini sudah sembilan jalan sepuluh tahun belum pernah ada kecelakaan. Kalau kecelakaan biasa-biasa sih mungkin sebulan sekali mah ada," jelas Boye.

 

"Pokoknya siapa yang markir, karena saya disini yang dituain kalau ada kecelakaan sampai meninggal pasti saya dikasih tahu. Walaupun ada kecelakaan sampai meninggal pasti ada yang laporan ke saya, kecelakaan parah atau tidak parah pasti saya dikasih tahu," lanjutnya.

 

Sementara itu, Sekretaris Kelurahan Bakti Jaya, Fiqri Yanuardi Putra turut membenarkan tak adanya Jalan Bukit Jaya pada kawasan Bakti Jaya, Setu.

 

Menurutnya, pada jalan protokol utama yang terdapat di kawasan itu hanya bernama Jalan Raya Puspiptek.

 

"Kalau didalam perumahan saya kurang hapal ya, tapi kalau dominannya enggak ada sih. Kalau Jalan Bukit Jaya, Kecamatan Setu itu saya baru denger, adanya Bakti Jaya, kalau jalan Bukit Jaya saya belum tahu ya," katanya saat dikonfirmasi, Kota Tangsel, Sabtu (27/3/2021). (*)


 


SANCAnews – Salah satu anggota Polda Metro Jaya berinisial EPZ yang diduga menembak laskar FPI di Km 50 Tol Jakarta-Cikampek (Japek) disebut meninggal dunia karena kecelakaan tunggal di Jalan Bukit Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, 3 Januari lalu. Polsek Setu mengaku akan mengecek terkait detail peristiwa tersebut.

 

"Setahu saya, setahu saya ya, apalagi anggota (Polri) meninggal, sudah pasti saya monitor itu kan. Tapi sejauh ini saya nggak ada laporan. Nanti saya cek lagi," kata Kapolsek Setu AKP Dedi Herdiana saat dihubungi, Sabtu (27/3/2021).

 

Peristiwa kecelakaan tunggal yang menimpa EPZ terjadi pada 4 Januari sekitar pukul 23.45 WIB. Berselang sehari kemudian, polisi yang berstatus terlapor dalam kasus unlawful killing laskar FPI ini dinyatakan meninggal dunia imbas kecelakaan tunggal tersebut.

 

Dedi mengaku sejauh ini pihaknya belum menemukan laporan adanya anggota Polri yang meninggal pada tanggal tersebut. Dia menyebut seharusnya tiap kecelakaan akan terdata di jajarannya, apalagi jika korban anggota kepolisian.


"Jadi begini, kalau laka (kecelakaan), ini (polsek) hanya penanganan pertama. Tapi selanjutnya itu ada laka lantas Polres. SOP-nya seperti itu. Jadi polsek itu hanya melakukan penanganan pertama saja, apalagi ada meninggal atau gimana, nanti cara itu ditangani oleh laka lantas polres," ungkap Dedi.

 

"Kalau meninggal anggota begitu, kan pasti termasuk peristiwa menonjol ya. Saya selama ini tidak ada laporan ada anggota yang menjadi korban laka," sambungnya.

 

Saat ditanya soal lokasi kecelakaan tunggal yang menimpa polisi penembak Laskar FPI di Km 50 Tol Japek tersebut, yang berlokasi di Jalan Bukit Jaya, Dedi mengaku tidak pernah mendengar jalan tersebut di wilayah Kecamatan Setu.

 

"Jalan Bukit Jaya... baru denger saya juga. Di kita itu kan jalan-jalannya jalan nama pahlawan," imbuh Dedi.

 

Untuk diketahui, salah satu polisi yang diduga menembak laskar Front Pembela Islam (FPI) dalam kasus 'Km 50' meninggal dunia karena kecelakaan tunggal. Polisi berinisial EPZ itu meninggal setelah mengalami kecelakaan pada 3 Januari 2021.

 

"Dan untuk diinformasikan satu terlapor atas nama EPZ itu telah meninggal dunia dikarenakan kasus kecelakaan tunggal motor Scoopy, yaitu terjadi pada 3 Januari 2021 sekitar pukul 23.45 WIB," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jumat (26/3/2021).

 

"TKP dari kecelakaan tunggal tersebut yaitu di Jalan Bukit Jaya, Kecamatan Setu Kota, Tangsel. Kemudian pada 4 Januari 2021, sekitar pukul 12.55 WIB, yang bersangkutan dinyatakan meninggal dunia," lanjutnya.

 

Berdasarkan akta kematian yang ditunjukkan Rusdi, polisi yang meninggal itu bernama Elwira Priyadi Zendrato. Dia meninggal 1 hari setelah mengalami kecelakaan tunggal.

 

Rusdi memastikan proses penyidikan masih berjalan. Menurutnya, Bareskrim bakal menyelesaikan kasus dugaan unlawful killing terhadap empat laskar FPI itu secara profesional.

 

"Tentunya proses penyidikan masih berjalan dan penyidik Bareskrim Polri akan tuntaskan LP0132 secara profesional," tutupnya. (*)


 


SANCAnews – Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono mengatakan, salah satu polisi dari tiga terlapor kasus unlawful killing laskar FPI tewas setelah mengalami kecelakaan tunggal pada 3 Januari 2021 lalu. Anggota polisi tersebut diduga adalah Elwira Pryadi Zendarto.

 

"Kecelakaan terjadi di Jalan Bukit Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Namun, pada 4 Januari, yang bersangkutan dinyatakan meninggal dunia," ujar Rusdi dalam konferensi pers pada 26 Maret 2021.

 

Elwira lahir pada 9 Mei 1983. Ia pernah terlibat dalam pengungkapan kasus penyelundupan narkotika yang melibatkan warga negara Malaysia, Chong Kim Tian alias Gery. Ia yang saat itu bertugas di Satuan Tugas Khusus Bareskrim Polri, bersama anggota lainnya, menangkap Chong Kim Tian.

 

Informasi tewasnya Elwira dibuka oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Agus Andrianto. "Saat gelar perkara, saya mendapat info bahwa salah satu terlapor MD (meninggal dunia) karena kecelakaan," ucap dia kepada Tempo pada 25 Maret 2021.

 

Polri pun memastikan penyidikan kasus unlawful killing akan tetap berjalan secara profesional dan transparan. Meski satu dari tiga anggota terlapor sudah meninggal.

 

"Untuk menjaga akuntabilitas, terlapor tetap tiga. Proses penyidikan tetap berjalan," ujar Rusdi.

 

Enam Laskar FPI yang mengawal Rizieq Shihab tewas ditembak polisi di Jalan Tol Cikampek Kilometer 50 pada Senin dini hari, 7 Desember 2020 sekitar pukul 00.30 WIB. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) kemudian melakukan penyelidikan dan menemukan adanya dugaan terjadi unlawful killing dalam kasus penembakan yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 itu.

 

Menindaklanjuti temuan Komnas HAM, kepolisian menetapkan tiga anggota Polda Metro Jaya sebagai terlapor dalam insiden unlawful killing dalam kasus penembakan laskar FPI. Kepolisian kemudian melakukan gelar perkara dan menetapkan status kasus unlawful killing menjadi penyidikan. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.