Latest Post


SANCAnews – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menuai pujian dari para masyarakat usai mengunggah sejemlah potret renovasi Kawasan Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) di Ragunan Jakarta.

 

"Mengunjungi Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) di Ragunan tadi pagi," ucap Anies seperti dikutip redaksi dari laman Facebooknya pada Senin (8/3/2021).

 

Dijelaskan Anies, teman-teman mungkin dulu mengenalnya sebagai GOR Ragunan, diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1975. Lalu pada 2016 berganti nama menjadi PPOP DKI Jakarta di bawah naungan Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Dki Jakarta.

 

PPOP Ragunan sejak 2019 direvitalisasi total oleh Dispora DKI dengan anggaran 419 miliar, dikhususkan menjadi pusat pelatihan bagi atlet-atlet pelajar Provinsi DKI Jakarta.

 

Di lahan seluas 17 hektar ini kini dilengkapi fasilitas-fasilitas olahraga modern dan berstandar internasional. Menjadi rumah bagi 376 atlet dari 22 cabang olahraga.

 

Beberapa fasilitas indoor yang telah direvitalisasi antara lain, GOR Bulutangkis, Tenis Meja, Voli, Gedung Gulat dan Tinju, Gedung Anggar, Angkat Besi dan Gedung Senam. Lalu, asrama atlit putra-putri, ruang dinas guru dan pegawai, serta Wisma Infrasruktur.

 

Sedangkan untuk outdoor, revitalisasi dilakukan pada Lapangan Sepak Bola - Atletik, Basket, Panahan, Kolam tanding, dan Kolam Olahraga Loncat Indah. Selain itu, dilengkapi fasilitas pendukung seperti bangunan kantor pengelola, sekretariat, gedung auditorium, poliklinik, perpustakaan dan plaza.

 

Tidak hanya membangun infrastrukturnya, PPOP Ragunan juga menjadi sekolah unggulan di Jakarta terutama bidang olahraga.

 

Selain fokus pada prestasi olahraga, para atlet pelajar ini juga ditunjang dengan kegiatan akademis layaknya pendidikan formal di sekolah-sekolah pada umumnya.

 

"Alhamdulillah revitalisasi PPOP Ragunan kini telah tuntas, sebuah fasilitas yang levelnya kelas dunia. InsyaAllah dari PPOP Ragunan ini akan terus melahirkan atlet-atlet mumpuni dari Jakarta yang prestasinya juga mendunia," tutup Anies.

 

Hingga berita ini dibuat, unggahan Anies tersebut telah menuai banjir pujian dari masyarakat luas.

 

"Masya Allah...!!! Semuanya di renovasi ke kelas dunia. Jakarta memang sudah berubah sejak di tangan pemimpin kelas dunia...Semoga pak Anies sehat, panjang umur selalu. Terus berkarya," kata Van Rum.

 

"Pemimpin kelas dunia, melahirkan karya kelas dunia pula.," ujar Arief.

 

"Nah kalau begini kan para atlet olahraga bisa lebih nyaman latihannya. Jangan mikirin investasi dari luar negeri melulu yg di pikirin. Kegiatan masyarakat lebih penting. Hebat pak Anies. Tingkatkan prestasi bapak.," ucap Martin Ngulak.

 

"Sumpah, keren banget, yg jelas sya juga bahagia menyaksikannya. Doa kami untukmu Pak Gubernur.," sebut Mahidin.

 

"Keren......berubah total....kaya di LN.gw tahun 90an sering kesitu kegiatan sekolah atletik sama renang ke bon bin jg lewat situ.dulu deket rumah tinggal soal ny....mantap....," tandas Syfa Rana. []


 


SANCAnews – Ada pemberian uang senilai Rp 2 miliar dari Juliari Peter Batubara saat masih menjabat sebagai Menteri Sosial kepada Ketua DPC PDIP Kendal, Akhmat Suyuti.

 

Hal itu disampaikan anak buah Juliari, Adi Wahyono saat menjadi saksi di persidangan lanjutan dengan terdakwa Harry Van Sidabukke dan Ardian Iskandar Maddanatja di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (8/3).

 

Awalnya, tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK mendalami keterangan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kemensos tersebut terkait arahan pengguna uang fee Rp 10 ribu per paket bansos sembako yang dikumpulkan dari para vendor.

 

"Misalnya mau kunjungan ke Semarang, terus siapkan yang Rp 2 miliar, terus saya minta Pak Joko untuk menyerahkan uang Rp 2 miliar untuk dibawa ke Semarang oleh Mas Eko," kata Adi.

 

Joko yang dimaksud adalah Pejabat Pembuat Komitmen Kemensos, Matheus Joko Santoso yang juga tersangka dalam perkara ini sama seperti Adi. Sementara untuk Eko, kata Adi, menjabat sebagai ADC Juliari.

 

Uang Rp 2 miliar dalam bentuk dolar Singapura itu diserahkan Adi kepada Eko di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur saat Juliari akan terbang ke Semarang.

 

"Di sana (Juliari) bertemu ada Ketua DPC PDIP dari Semarang, yang saya tau dari Kendal yang saya kenal, Akhmat Suyuti," jelas Adi.

 

Adi mengaku tidak mengetahui proses penyerahan uang tersebut. Karena, tugasnya hanya menyerahkan uang di Bandara. "Kalau tujuannya saya tidak tahu, tapi hanya saya dengar saja untuk kepentingan..," kata Adi kemudian dipotong pembicaraannya oleh Jaksa.

 

"Serahkan di Bandara atas perintah siapa?" tanya Jaksa kepada Adi.

 

Adi mengatakan bahwa uang itu diserahkan ke Eko di Bandara merupakan perintah dari Juliari. Mendengar penjelasan itu, Jaksa kemudian mendalami adanya komunikasi antara Adi dengan Akhmat Suyuti sebelum penyerahan uang tersebut.

 

"Saya kan dari Kementerian pak, jadi mereka (Akhmat Suyuti) juga kenal saya. Kadang-kadang kalau menghadap Pak Menteri juga menghubungi saya waktu itu juga. Yang saya dengar itu kenapa (Juliari) ke Semarang membawa uang itu ya untuk beberapa orang PDIP di Dapil beliau Pak," terang Adi.

 

Jaksa lantas memutarkan rekaman suara telepon yang merupakan hasil sadapan dari tim penyelidik KPK. Dalam rekaman tersebut, terdengar percakapan antara Adi dan Suyuti mengenai titipan dari Juliari Batubara.

 

"Artinya betul ada penyerahan yang ke Pak Suyuti?" tanya Jaksa usai memperdengarkan rekaman telepon.

 

"Iya. Saya pernah ketemu waktu istirahat di KPK, ketemu Pak Suyuti, sisanya menyerahkan yang, kalau melalui Semarang melalui Pak Eko, selanjutnya saya tidak tahu," jawab Adi.

 

Saat ditanya soal perkenalannya dengan Suyuti, Adi mengaku kenal bahwa Akhmat Suyuti merupakan Ketua DPC PDIP Kendal.

 

"Secara persis saya tidak tahu Pak (hubungan Juliari menyerahkan uang ke Suyuti), hanya Pak Menteri kan Dapilnya Jateng 1 meliputi Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, sama Salatiga," pungkasnya.

 

Akhmat Suyuti sebelumnya juga pernah diperiksa penyidik KPK sebagai saksi di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta Selatan pada Jumat (19/2). Saat itu, penyidik mendalami keterangan terkait adanya pengembalian sejumlah uang oleh Suyuti yang diduga diterima dari Juliari melalui perantaraan pihak lain.  (rmol)


 


SANCAnews – Permasalahan yang dialami Partai Demokrat terkait kegiatan yang mengatasnamakan Kongres Luar Biasa (KLB) dengan mengangkat Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat menunjukkan betapa mudahnya penguasa merebut kepemimpinan partai politik.

 

"Cukup bikin deklarasi tandingan, lalu rebutan keabsahan partai melalui Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI, kelar urusan. Setelah itu, ribut di pengadilan, banding dan semacamnya dan dualisme tidak akan selesai," kata Politisi PKS, Hendro Susanto diberitakan Kantor Berita RMOLSumut, Senin (8/3).

 

Politisi yang kini menjabat Ketua Komisi A DPRD Sumatera Utara menjelaskan, campur tangan penguasa sangat besar pengaruhnya jika ingin 'mengacak-acak' partai politik yang tidak sejalan dengannya. Sebab, hingga saat ini keabsahan partai masih tetap beradap pada Kemenkumham yang pasti dipimpin oleh sosok dari penguasa.

 

"Karena itu, kedepan keabsahan partai jangan lagi di Kemenkumham RI. Sangat riskan karena posisi ini sangat politis tergantung siapa presidennya. Karena Menteri pada kementerian ini cenderung dari parpol partisan," ujarnya.

 

Salah satu solusi yang menurutnya tepat adalah dengan memberikan kewenangan keabsahan partai politik kepada lembaga independen seperti KPU. Namun dengan berbagai peraturan yang ketat.

 

"Keabsahan parpol sebaiknya diberikan ke KPU. Lembaga yang relatif independen, non partisan, keputusan politiknya kolektif kolegial tak tergantung satu orang. Juga, kinerjanya bisa diaudit dewan kehormatan," pungkasnya.

 

Ia mengatakan skema-skema kudeta partai politik melalui KLB atau hal lainnya sangat mengkhawatirkan bagi partai politik lain. Sebab, belakangan ia menilai cara-cara berpolitik sudah semakin tidak sehat, "Tidak demokratis lagi dan tidak ada cara-cara yang ksatria," pungkasnya. []




SANCAnews – Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) memastikan akan turun ke jalan pada Selasa sore (9/3). Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Majelis ProDEM, Iwan Sumule usai sebelumnya menyebut Demokrat akan ikut unjuk rasa di Istana Negara.


"Selasa, jam 14.00 WIB, saya berharap kehadiran kawan-kawan aktivis ProDEM di Kantor DPP Demokrat, seberang Tugu Proklamasi," kata Iwan Sumule kepada Kantor Berita Politik RMOL.

 

Iwan Sumule berpandangan, pembiaran pengambilalihan partai yang sah secara hukum oleh penguasa adalah bagian dari penindasan yang harus dilawan.

 

Pun demikian dengan rencana aksi yang akan dilakukan ProDem. Ia menegaskan, hal tersebut dilakukan semata-mata sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan.

 

"Kita berhimpun dan dinamisir aksi perlawanan terhadap rezim sontoloyo ini," demikian Iwan Sumule.

 

ProDem sebelumnya menyambut kabar dari Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief beberapa waktu lalu yang menyebut bahwa SBY berpotensi akan menggelar aksi protes ke Istana Negara.

 

Aksi itu bisa dilakukan jika Presiden Jokowi tetap mengabaikan demokrasi dengan membiarkan aksi Gerakan Pengambilalihan Kepimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) yang turut melibatkan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko.

 

Hingga saat ini, pihak istana bahkan masih bergeming dengan keterlibatan Moeldoko dalam perkumpulan mengatasnamakan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara belum lama ini. Dalam 'KLB' tersebut, Moeldoko didaulat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. []


 

SANCAnews – Sedikitnya 9 orang tewas dan 6 orang ditahan dalam lingkup "operasi melawan komunis" oleh pasukan keamanan di Filipina. Demikian dilansir Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, Senin (8/3/2021).

 

Mengutip laporan pers Filipina kemarin, Anadolu memberitakan, operasi penahanan dilakukan terhadap terduga anggota kelompok komunis di negara bagian Rizal, Batangas, dan Cavite, Minggu (7/3/2021).

 

Kepada pers, Letkol Chitadel Gaoiran mengumumkan 9 orang tewas akibat bentrokan yang meletus dalam operasi tersebut. Dengan perincian, 6 orang tewas di Rizal, 2 di Batangas dan 1 di negara bagian Cavite. Sebanyak 6 orang lainnya ditahan.

 

Letkol Gaoiran juga melaporkan bahwa bahan peledak dan senjata disita di rumah-rumah tempat penggerebekan dilakukan.

 

Dalam wawancara telepon dengan Rappler.com, kepala polisi Calabarzon Brigjen Felipe Natividad mengatakan operasi tersebut dilakukan berdasarkan Perintah Eksekutif No. 70, yang memerintahkan mengakhiri pemberontakan komunis di Filipina.

 

Perintah eksekutif tersebut menekankan perlunya “penyampaian layanan dasar dan paket pembangunan sosial di daerah yang terkena dampak konflik dan rentan”.

 

Tetapi pemerintah Duterte telah bertekad menggunakan polisi dan militer untuk menyerang pemberontak komunis, termasuk kegiatan para aktivis.

 

Tindakan keras pada hari Minggu itu terjadi hanya dua hari setelah pidato keras Presiden Duterte.

 

Dalam pidatonya pada 5 Maret, Duterte menyatakan bahwa dia tidak akan mengizinkan komunis yang ingin menggulingkan pemerintah.

 

"Saya telah memberi tahu militer dan polisi, bahwa jika mereka menemukan diri mereka dalam pertempuran bersenjata dengan pemberontak komunis, bunuh mereka, pastikan Anda benar-benar membunuh mereka, dan menghabisi mereka jika mereka masih hidup,” tegas Duterte seperti dikutip Rappler.com.

 

Lupakan HAM 

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte kembali menyedot perhatian dunia internasional. Awal bulan ini, presiden nyentrik ini mengeluarkan perintah yang mengejutkan banyak pihak.

 

Ia memerintahkan pasukan militer dan polisi untuk menghabisi para pemberontak berideologi komunis di negara tersebut.

 

Instruksi terbaru Duterte ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya gelombang baru pertumpahan darah di negara itu.

 

Sebelumnya, Presiden Duterte juga pernah disorot dunia karena mengeluarkan perintah tembak mati para bandar dan pengedar narkoba.

 

Perintah itu dikeluarkan sebagai landasan bagi petugas keamanan untuk melancarkan operasi pemberantasan narkoba.

 

Terbaru, perintah pembantaian pemberontak komunis disampaikan Rodrigo Duterte dalam pertemuan Pemerintah, Jumat (5/3/2021) lalu.

 

Rodrigo Duterte bahkan memberikan kewenangan luas kepada petugas keamanan dalam melakukan tindakan keras.

 

Namun, dia tetap mengingatkan pasukan yang menghabisi anggota komunis tersebut agar menyerahkan jasad mereka ke keluarga masing-masing.

 

”Lupakan hak asasi manusia, itu perintah saya. Saya bersedia masuk penjara, itu bukan masalah,” ujarnya.

 

Segera saja, pernyataan Duterte ini menjadi salah satu topik populer di timeline twitter dunia.

 

“CSO FEU tidak memiliki rasa apa-apa selain rasa jijik murni atas pernyataan Presiden Duterte untuk "Bunuh mereka semua. Lupakan tentang hak asasi manusia. Itu perintah saya”,” tulis Organisasi Mahasiswa Pusat FEU dalam sebuah postingan mereka.

 

Ada juga netizen yang mempertanyakan sikap kontroversi Duterte yang ketika dia berbicara di hadapan PBB beberapa bulan lalu, menyatakan bahwa dia dan pemerintahnya menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

 

“Sekarang, dia memamerkan jati dirinya: "Bunuh mereka. Habisi mereka. Jangan pedulikan hak asasi manusia." Duplikat pria itu mengejutkan!” cuit Leila de Lima, aktivis sosial Filipina.

 

Ideologi Komunis Sudah Habis 

Sementara itu, newsinfo.inquirer.net melaporkan lebih rinci pernyataan Presiden Rodrigo Duterte dalam pertemuan pada Jumat (5/3/2021).

 

Pertemuan yang berlangsung di Kota Cagayan de Oro itu diikuti unsur pemerintah yang terlibat dalam Satuan Tugas Nasional untuk Mengakhiri Konflik Bersenjata Komunis Lokal (NTF-Eclac) .

 

Dalam pertemuan itu, Presiden Rodrigo Duterte bersumpah dia tidak mencuri dana pemerintah.

 

Tapi dia mengakui memiliki banyak kesalahan, salah satunya adalah pembunuhan di luar hukum.


“Pemerintah tidak sempurna,” kata Duterte.

 

“Kesalahan? Saya? Banyak. Tapi saya tidak mencuri uang,” katanya.

 

“Saya hanya memiliki kasus pembunuhan di luar hukum,” tambahnya.

 

Dalam pidatonya selama satu jam yang disampaikan di Bisaya (sebuah kota di Filipina Selatan), Duterte mengomel pada pemberontak komunis.

 

Ia menuduh para komunis ini memanfaatkan orang miskin di daerah terpencil dan memeras uang.

 

“Kalian semua bandit. Anda tidak memiliki ideologi,” kata Duterte tentang anggota Tentara Rakyat Baru (NPA), sayap bersenjata Partai Komunis Filipina, yang telah melancarkan revolusi selama lebih dari 50 tahun di kawasan pedesaan.

 

Dia mengatakan ideologi pemberontak sudah punah karena "China dan Rusia sudah kapitalis."

 

Uni Republik Sosialis Soviet (Uni Soviet) runtuh pada puncak pemberontakan damai populer di wilayah Uni Soviet.

 

Sementara Republik Rakyat Tiongkok (PROC) terus menjalankan jenis pemerintahan sosialis, tetapi telah memeluk ideologi kapitalisme.

 

Duterte pun kemudian memerintahkan tembak mati jika pasukan negara bentrok dengan pemberontak, "bunuh mereka, bunuh mereka."

 

"Hancurkan mereka," kata Duterte dalam pidatonya di NTF-Eclac.

 

"Jika mereka memegang senjata, bunuh mereka," katanya.

 

"Kembalikan tubuh mereka ke keluarga mereka," tambahnya.

 

Duterte meminta polisi dan militer untuk mengabaikan hak asasi manusia. "Itu perintah saya, saya akan masuk penjara. Tidak ada masalah dengan itu. Saya tidak ragu melakukan hal-hal yang harus saya lakukan,” kata Duterte.

 

Berbicara kepada para pemberontak, Presiden mengatakan mereka harus berhenti berpura-pura memiliki pemerintahan sendiri di daerah tempat mereka beroperasi.

 

“Mengapa Anda membuat kami percaya bahwa Anda adalah pemerintah? Dimana rumah sakit anda Dimana ambulans Anda? Dimana bendahara kamu?,” kata Duterte.

 

Dia juga meremehkan kapasitas gerakan komunis untuk merebut kekuasaan politik, “Bagaimana Anda bisa menggulingkan pemerintah? Aku tidak akan mengizinkanmu menggulingkan pemerintah."

 

Duterte mendesak pejuang komunis untuk meletakkan senjata mereka dan bergabung kembali dengan masyarakat arus utama, memikat mereka dengan tawaran pekerjaan, rumah, dan kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan keterampilan.

 

“Aku bisa memberimu rumah saat kamu menyerah. Rumahnya sudah siap, selalu ada ruang buat kalian berlindung, ”ujarnya.

 

"Kami menyambut Anda," tambahnya.(*)


SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.