SANCAnews –
Seorang oknum polisi Polres Belawan Aipda Roni Saputra nekat membunuh Aprilia
Cinta (13) dan Riska Fitria (21).
Pelaku
ternyata membawa korban ke hotel kelas melati di daerah Padang Bulan, Medan. Di
tempat tersebut, pelaku mencekik korban hingga tewas.
Kasubdit
Humas AKBP MP Nainggolan menerangkan, setelah permasalahan terjadi di RTP, Roni
Saputra kemudian membawa kedua korban tersebut ke hotel.
"Jadi
setelah permasalahan kemarin, datanglah si korban dengan membawa satu orang
temannya. Kemudian si pelaku ngajak mereka pergi. Tiga orang mereka di mobil.
Ternyata dia membawa ke salah satu penginapan yang ada di daerah Padang
Bulan," ungkapnya, Jumat (26/2/2021).
Lalu,
Nainggolan menjelaskan di tempat tersebutlah kedua pelaku dieksekusi dengan
cara dicekik di leher.
"Di
situlah dia melakukan eksekusi dengan cara mencekik kedua korban dan meninggal
di tempat," ungkapnya.
Setelahnya,
kedua korban yang masih belia tersebut dibuang di dua tempat yang berbeda yaitu
di Serdangbedagai dan Kota Medan.
"Kemudian
pelaku membuang mayatnya di dua tempat. Si PHL (Riska Fitria) dibuangnya di
sekitar Kabupaten Serdangbedagai, sementara temannya di sekitar Kelurahan Pulo
Brayan,” kata MP Nainggolan.
Ia
menambahkan, ada hubungan antara pelaku dengan korban Riska Fitria yang bekerja
sebagai Pekerja Harian Lepas di Polres Belawan.
"Sakit
hati, hanya sakit hati karena si korban itu pegawai harian lepas di Polres
Belawan bukan hubungan cinta, mungkin adalah masalahnya," bebernya.
Ia
membeberkan saat diperiksa pelaku menyebutkan motif membunuh karena sakit hati. "Waktu
ditanya polisi dia jawab karena sakit hati, kan dia yang tahu," jelasnya.
Terkait,
apakah kedua korban diperkosa terlebih dahulu, MP Nainggolan menyebut tak
menahu. "Enggak
tahu, teknisnya ke Serse," bebernya.
Diberitakan
sebelumnya, jasad Aprilia Cinta ditemukan pertama kali oleh Rohmad Efendi,
petugas P3SU, pada 22 Febuari 2021 sekira pukul 05.30 WIB kemarin.
Aprilia
ditemukan tewas tergeletak di pinggir jalan kawasan Pulo Brayan, Medan Barat,
akhirnya terungkap.
"Pada
saat kami sedang bertugas seperti biasa untuk mengutip sampah dan kemudian kami
melintas di Jalan Budi Kemasyarakatan saya melihat seperti ada sesosok
perempuan yang tergeletak di pinggir jalan," katanya, kepada
Tribun-Medan.com, beberapa waktu lalu.
Saat melihat
korban tergeletak, Rohmad bersama rekannya mencoba membangunkan. "Saya
memberitahukan kepada rekan kerja saya dan setelah kami mendekatinya kami
melihat memang benar ada sesosok perempuan yang sedang tergeletak,"
tuturnya.
Lebih
lanjut, Rohmad menuturkan ketika dibangunkan ternyata Aprilia sudah tewas, lalu
ia dan rekannya langsung melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
"Kami
berusaha membangunkannya dengan cara membunyikan suara klakson mobil namun
sosok perempuan tersebut tidak bergerak. Setelah itu kami melaporkan kepada
pihak Polsek Medan Barat," ujarnya.
Tetangga
korban, Ami menceritakan bahwa dirinya terakhir melihat Aprilia Cinta pada
Sabtu (22/2/2021).
Kata Ami,
saat itu Aprilia diajak oleh Riska Fitria untuk pergi. "Jadi awalnya itu
Riska yang ajak Cinta untuk pergi Sabtu sore, katanya mau pergi beli kertas
kado. Kalau enggak diajak kian pasti tidak akan seperti ini Cinta itu,"
tuturnya.
Ia
menyebutkan setelah hari itu, Cinta tak kunjung pulang dan akhirnya dirinya
mendapatkan kabar penemuan jenazah remaja 13 tahun itu. Sedangkan temannya juga
meninggal dan jasadnya ditemukan di tempat terpisah.
"Setelah
itu kami enggak pernah melihat lagi korban, sampai dapat kabar meninggal di
Brayan," ungkapnya.
Ami
menceritakan, Aprilia Cinta adalah sosok anak yang baik bahkan bersekolah di
Islamiah Al-Washliyah. "Dia periang, terus dia sekolah di Sekolah Islam
Al-Washliyah, dia itu anak baik," tuturnya.
Riska Fitria
Sementara
Riska Fitria ditemukan tewas di pinggir Jalinsum kawasan Lingkungan Pasiran
Kelurahan Simpang Tiga Pekan Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai
(Sergai).
Kematian
Riska menyisakan luka mendalam bagi pihak keluarga. Ani
Kusmirawan (44), ibu Riska Fitria, menuturkan bahwa putrinya itu sudah
berencana menikah dengan kekasihnya, Lian Syahputra Nasution. Pernikahan itu
sedianya digelar tahun ini.
"Pacarnya
bekerja di bengkel las. Pacarnya sudah seperti anak kami. Mereka berencana
untuk melangsungkan pernikahan pada tahun ini. Tapi semuanya kandas," ujar
Ani sembari mata berkaca-kaca.
Wanita yang
merupakan warga Lorong 6 Veteran Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, tak
menyangka akan kehilangan putri semata wayangnya ini.
"Saya
tidak sangka kenapa anak saya diginikan orang. Tega sekali pelakunya,"
ungkapnya.
Lanjut Ani,
hubungan Riska dan pacarnya selama ini baik-baik saja. "Saat
Riska izin mau pacaran, saya bilang, "Kalau pacar mau datang atau mau
pergi, harus jemput dan diantar ke rumah." Jadi mereka apa-apa selalu dari
rumah perginya," bebernya.
Pantauan
Tribun Medan di kediaman Riska, terlihat keluarga korban masih berkumpul. Tidak
hanya itu, tangisan ibu korban pecah saat membaca media online mengabarkan
bahwa pelaku pembunuhan Riska ditangkap.
Ia yang
duduk di lantai, dengan beralas tikar plastik, berulang kali melakukan sujud
syukur. Saat ia
bersujud, Ani berucap, 'Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah'.
Lalu, Ani
kembali duduk, air matanya bercucuran jatuh ke pipinya. Sesekali ia menyeka air
matanya.
Ani terlihat
berbicara sendiri, sembari mencoba menabahkan hatinya. "Alhamdulillah.
Mamak janji nak, mencoba menahan air mata. Mamak sudah janji sama kakak, tidak
akan nangis," katanya.
Ani tak
lupa, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu keluarganya
dalam menangkap pelaku.
"Saya
berterimakasih. Alhamdulillah, Alhamdulillah. Sekarang kami mulai lega. Saya
juga sudah janji sama anak saya (Riska Fitria) kalau sudah ditangkap pelakunya,
saya akan makan, saya tidak lagi menangis," sebutnya saat ditemui di
kediamannya.
"Ya
Allah, terkabul doa kita," sambung Ani Kusmirawan sembari menangis.
Ani
menceritakan kronologinya bahwa, Sabtu (20/2/2021) sore, korban pamit dari
rumahnya untuk membeli kado untuk acara nikah sepupunya.
"Sabtu
kemarin ada nikah sepupu, makan-makan di sini, jam setengah sepuluh (09.30 WIB)
pagi, dia (korban) sudah pulang cepat, dari Polres Belawan untuk bantu acara di
rumah," katanya.
Sekitar
pukul 14.30 WIB, korban bersama temannya Sinta (14) yang juga tewas dibunuh,
kemudian beranjak pergi dari rumah dengan alasan untuk membeli kado.
"Dia
(korban) bilang, “Kakak mau pergi beli kado, kami (korban sama Sinta) ke pajak
beli kado.” Saya jawab jangan mau lama-lama mamak gak ada yang bantuin.
Ternyata tidak kembali lagi anak saya itu," kata ibu korban.
Sang Ayah,
Alan ungkap bahwa anak ketiga dari enam bersaudara ini dikenal sosok yang baik
dan mandiri.
"Anak
saya ini tidak pernah mau mengeluh. Bahkan ia apa-apa membeli sendiri dengan
uang hasil kerjanya. Kalau ia kepingin beli baju, ia selalu membelinya sendiri.
Ia juga peduli kali sama kami," kata pria berambut lurus ini.
Meski
mencoba tegar, pria berkulit sawo matang ini terlihat matanya berkaca-kaca,
sesekali ia menundukkan kepalanya dan mengelap matanya dengan jemari tangan
kanannya.
Alan
menjelaskan bahwa putrinya bekerja di Polres Pelabuhan Belawan berawal saat
praktek kerja lapangan (PKL) yang ditugaskan dari sekolahnya.
"Awalnya
ia kerja praktek di sana (Polres Pelabuhan Belawan). Namun, setelah tamat, ia
diminta bantu-bantu di Polres sebagai tenaga honor yang membantu dibagikan
kesehatan," ujarnya.
Lanjut Alan,
anaknya sempat berhenti sebagai tenaga honorer di Polres Pelabuhan Belawan,
namun, lima bulan terakhir kembali dipanggil kerja.
"Sempat
berhenti. Namun lima bulan terakhir ia kerja di sana lagi. Kami sudah percaya
karena anak kami bekerja di Polres Belawan. Karena kami anggap lingkungan
aman," ungkapnya.
Ia tak
menyangka anaknya dibunuh dengan cara tragis dan dibuang di Kabupaten Sergai, "Apa
salah anak kami. Anak kami ini baik orangnya. Ia tidak pernah berbuat
masalah," sebutnya. (*)