Ganjar Gak Dibully, Kudus Jawa Tengah Banjir Tiga Minggu, Kok Beda dengan Anies?
SANCAnews – Selama tiga pekan terakhir banjir melanda
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sayangnya Gubernur Ganjar Pranowo tak dibully
netizen. Beda sama Gubernur Anies Baswedan. Kok bisa?
Terkait banjir selama tiga pekan di Kudus ini, Gubernur Jawa
Tengah, Ganjar Pranowo, hanya menyebut wilayah Kudus seperti mangkok. Lantas
solusinya gimana?
“Kalau Kudus itu memang bentuknya kayak mangkok, maka
satu-satunya harus ada engineering,” kata Ganjar kepada wartawan saat meninjau
pelaksanaan vaksinasi gelombang kedua di Kabupaten Pati, Selasa (23/2/2021).
Gubernur Ganjar menilai jika masyarakat yang tinggal di wilayah
rawan banjir berkenan untuk pindah, akan cukup menjadi solusi. Namun,
menurutnya hal itu bukan solusi yang tepat.
Ganjar menyarankan agar ada sumur resapan yang ada di
wilayah-wilayah rawan banjir di Kudus. Selain itu, area tangkapan air juga
perlu disiapkan.
“Kalau masyarakatnya nggak mau pindah, tetap di situ, maka
dia punya potensi. Kalau dia punya potensi banjir maka mesti disiapkan mulai
dari sumur resapan terus kemudian area tangkapan airnya,” jelas Gubernur
Ganjar.
“Terus kemudian kalau perlu dibuat reservoir-reservoir agar
dapat dilakukan pemompaan. Kemarin pak Bupati Kudus sudah ngobrol dengan saya,
akan dilakukan,” jelasnya.
Selain Kudus, Ganjar menyebut, sejumlah wilayah yang memiliki
kondisi serupa yakni Kabupaten Demak, Kota Semarang, Kabupaten Pekalongan dan
Kota Pekalongan.
“Kita minta bantuan dari teman-teman bupati, wali kota agar
memperketat tata ruang, terutama daerah-daerah yang punya potensi tenggelam,”
katanya.
“Demak sama Semarang itu di Sayung, Pekalongan itu ada
kabupaten dan kota. Ini dua yang menurut saya yang penting,” katanya lagi.
Sementara itu, BPBD Kabupaten Kudus menginformasikan
berdasarkan laporan Senin (22/2/2021) hingga pukul 11.00 WIB, Jalan alternatif
Kudus-Pati, di wilayah Desa Bulung Cangkring, Kecamatan Jekulo, genangan
setinggi 20 cm terpantau sepanjang 100 m.
“Ketinggian serupa teridentifikasi di Jalan Kudus-Purwodadi
dan jalan masuk Desa Karangrowo. Sedangkan di terminal Kudus, tinggi muka air
sekitar 50 cm,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan
BNPB Raditya Jati melalui keterangan tertulis, Senin (22/2/2021).
Banjir tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas sedang
hingga tinggi. Di samping itu, debit air juga berasal dari air kiriman dari
Sungai Piji serta debit air yang tidak tertampung di beberapa sungai.
Kejadian ini terjadi sejak Kamis lalu (4/2), pukul 21.00 WIB.
Saat banjir berlangsung, ketinggian muka air mencapai 100 cm.
“Warga yang masih mengungsi sebanyak 171 KK atau 513 jiwa,”
ucap Raditya.
Warga menempati beberapa pos pengungsian seperti d SD 2
Payaman, Aula Balai Desa Karangrowo, Aula Balai Desa Jati Wetan, Klenteng dan
Gereja Tanjung Karang serta Aula Gedung PKK Desa Jetis Kapuan.
Banjir mengakibatkan 2.760 rumah dan 1.279,5 hektar sawah
terendam. Sejumlah desa terdampak berada di Kecamataan Undaan, Jati, Kaliwungu
dan Mejobo.
Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Kudus memiliki 9 kecamatan yang berada pada bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. (psid)