Latest Post

 

SANCAnews – Pernyataan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bernada kritik dari Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) terkait kebebasan berpendapat di Indonesia kerap berujung penangkapan, adalah fakta yang sulit terbantahkan.

 

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti, saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Sabtu (13/2).

 

"Sangat benar. Jika dilihat respons masyarakat atas ajakan presiden agar masyarakat aktif mengeluarkan kritik justru lebih banyak mendapat tanggapan pesimis dari pada optimis,"  kata Ray Rangkuti dengan tegas.

 

Pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menilai, pasca Presiden Jokowi meminta publik untuk mengkritik, pada saat yang bersamaan penangkapan menimpa para pengkritik, maka kepercayaan kepada Presiden makin menurun.

 

"Pandangan dan pernyataan kritis dengan sangat cepat diadukan ke polisi. Seperti yang menimpa Novel Baswedan yang baru saja dilaporkan ke polisi karena pandangannya soal kematian tahanan polisi," sesalnya.

 

Menurut Ray Rangkuti, bagaimana publik bisa percaya ucapan Presiden Jokowi jika hanya berhitung hari pasca Kepala mengajak agar warga aktif melakukan kritik, penyidik senior KPK Novel Baswedan sudah dilaporkan ke polisi, "Maka, ucapakan JK tersebut tepat adanya," pungkasnya.

 

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengomentari keinginan Presiden Jokowi yang minta dikritik oleh masyarakat. Namun, JK berpandangan bahwa pernyataan Jokowi tersebut seperti tidak berbanding lurus dengan kenyataanya.

 

JK lantas menyebut kritik dari masyarakat acap kali berujung pelaporan ke pihak Kepolisian.

 

"Beberapa hari lalu Bapak Presiden mengumumkan silakan kritik pemerintah. Tentu banyak yang ingin melihatnya bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?" kata JK saat menjadi pembicara di acara 'Mimbar Demokrasi Kebangsaan' yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Jumat malam (12/2). (*)




SANCAnews – Beredar foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dikelilingi dengan beberapa orang di Istana Bogor, Jawa Barat. Terlihat wajah yang tidak asing yaitu Deni Siregar, Permadi Arya atau dikenal dengan Abu Janda, Eko Kuntadhi, Akhmad Sahal dll. Foto tersebut diunggah oleh @EnggalPMT.

 

"Susunan Kabinet Kolam Butek. Dibiayai oleh APBN dengan judul siluman," cuit @enggalPMT dalam akun twitternya dikutip merdeka.com, Minggu (13/2).

 

Para warganet pun turut berkomentar. Beberapa dari mereka kaget dan menduga bahwa Jokowi berfoto bersama buzzer.

 

"Oh jadi ini semua buzzer yang dibayar negara," cuit salah satu warganet.

 

Pasalnya terlihat dari foto tersebut terdapat Abu Janda yang dikenal sebagai pegiat media sosial bahkan sebagai buzzer selama masa kampanye pemilihan presiden 2019. "Ternyata buzzer binaan pemerintah itu nyata", ujar tokoh Papua Christ Wamea.

 

Saat dikonfirmasi soal foto yang beredar, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Negara Bey Machmudin mengatakan foto yang beredar merupakan dokumentasi lama, "Bukan periode ini yang pasti. Sebelum Oktober 2019," singkatnya.

 

Saat ditanya apakah orang-orang sekeliling Jokowi dan Moeldoko merupakan buzzer Istana. Ia hanya menjawab singkat. "Saya tanya yang foto dulu ya," singkatnya. 





SANCAnews – Joko Proyiski, Wakil Ketua Umum DPP Pelajar dan Mahasiswa Mitra Kamtibmas (PPMK) orang yang melaporkan penyidik senior KPK Novel Baswedan ternyata pernah melakukan penipuan terhadap salah seorang permpuan.

 

Adalah Raden Ajeng Nur Leily yang menjadi koban penipuan Joko Priyoski. Kepada Kantor Berita Politik RMOL, Ajeng menceritakan awal mula ia ditipu oleh Jojo, sapaan akrab Joko Priyoski, yang sebelumnya ia mengunggah penipuan Joko di akun Facebook miliknya.

 

"Saya kenal Jojo awal itu di Depok di basecamp-nya kawan. Jojo bersama istrinya namanya Rina itu awal pertama kita kenal. Lalu kita ketemu lagi di Kelapa Gading rukonya Garda Nusantara pimpinan Ari tarigan (teman Joko Priyoski)," kata Ajeng saat dihubungi, Sabtu malam (13/2).

 

Setelah bertemu di Kelapa Gading, terang Ajeng, ia sempat bertemu lagi dengan Joko bersama istrinya. Saat itu, terang Ajeng, ia bertemu untuk transaksi kosmetik.

 

"Setelah itu kami loss contact. Tiba-tiba tahun 2019 dia contact saya menanyakan kabar yang intinya (dia mengabarkan) mamanya masuk RS Pertamina Kebayoran Baru. Dari situ dia pinjam uang saya awal nya 100,000 buat makan," ungkap Ajeng.

 

Dari pinjam uang seratus ribu, Jojo kemudian terus menerus meminjam uang Ajeng. Dengan alasan keperluan beragam, mulai dari membeli pampers bayi hingga mengurus surat-surat tanah orang tua. Bahkan motor Ajeng sempat digadaikan oleh Joko.

 

"Total itu kurang lebih 13 jutaan sama tebus motor yang dia gadai yang janji hanya 1 minggu dia akan tebus motor tapi tidak ditebus-tebus sampai akhirnya itu motor ke pihak ke 3 dan akhirnya ditebus sama adik saya," beber Ajeng.

 

Ajeng mengaku memiliki bukti-bukti terkait tindak penipuan Joko, bahkan karena tidak beritikad baik, ia berencana melaporkan Joko ke pihak Kepolisian.

 

Sebelumnya, Joko Priyoski mendatangi Bareskrim Polri untuk melaporkan Novel Baswedan yang dianggap telah memprovokasi atas cuitannya di Twitter. Saat itu, Novel mengkritik terkait meninggalnya Ustaz Maaher. (*)




SANCAnews – Penggalangan donasi yang dilakukan Ustadz Yusuf Mansur untuk keluarga mendiang Ustadz Maaher At-Thuwailibi melalui lembaganya pppa.id/sedekah dan diunggah lewat media sosial resmi ditutup. Secara keseluruhan, total dana yang terhimpun mencapai Rp1.274.049.756.

 

"Terima kasih para donatur dan #SahabatDaqu telah menjadi sahabat dan dalam kebaikan. Semoga sedekah yag disalurkan menjadi catatan amal kebaikan kelak mendapat balasan baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin," cuit Yusuf Mansur melalui akun Instagram @yusufmansurnew's, dikutip Sabtu (13/2/2021).

 

Meski kampanye penggalangan dana sudah ditutup, namun Yusuf Mansur menyebut laporan tersebut masih bersifat sementara. "Sebagai laporan sementara. InsyaaAllah penyerahannya LIVE nanti. Msh cari wkt beneran. Mhn doanya ya. Sholluu 'alannabiyy..." ungkapnya.

 

Dalam unggahan sebelumnya, Yusuf Mansur menyebutkan bahwa mendiang almarhum Ustadz Maaher At-Thuwailibi yang telah berpulang pada Senin 8 Februari 2021 sekira pukul 19.00 WIB, meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih balita. Anak pertamanya berusia tiga tahun sementara yang kedua masih satu tahun.

 

Semasa hidupnya, mendiang Ustadz Maaher sempat mengalami kesulitan ekonomi. Terlebih di masa krisis akibat pandemi yang sampai saat ini belum juga usai. "Ustadz Maaher sampai jualan parfum atau minyak wangi untuk mengatasi kesusahan yang dia hadapi. Ia bersama sang istri dan kedua anaknya pun masih tinggal di kontrakan daerah Cimanggu, Bogor, Jawa Barat," kata Yusuf Mansur.

 

Untuk tetap bisa bertahan setelah ditinggalkan Ustadz Maaher, dirinya pun mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan materiil kepada istri dan anak-anak Ustaz Maheer dengan sedekah terbaik.

 

Penggalangan donasi yang berhasil mengumpulkan lebih dari Rp1,2 miliar tersebut mendapatkan sambutan sangat positif dari warganet.

 

Akun @adjiesurahman mencuit, "Masyaallah. Sehat terus ayahanda ustadz Yusuf Mansur. Semoga orang2 baik dibalas dengan kebaikan juga. Aamiin Allahumma aamiiin."

 

Sementara akun @lam_miem menuli, "Masih banyak janda2nyg juga butuh bantuan ustad,,, mungkin beliau2 tidak seberuntung istrinya ustad maher, tetangga saya ada janda dengan 3 perempuan yg masih kecil2, putri pertamanya ber niat menjadi hafidzoh quran,,."

 

Dan akun @faeyzaismi mencuit, "ini lah kekuatan umat pak ustadz.. bila mau bersatu dan saling membantu.." []



SANCAnews Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, dilaporkan ke Polisi karena cuitannya soal meninggalnya Soni Eranata atau Ustaz Maaher At Thuwailibi di Rutan Bareskrim.

 

Pelapornya Ormas Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Mitra Kamtibmas. Mereka menganggap Novel menyebar berita bohong dan provokasi di media sosial.

 

Mengomentari hal itu, pengamat politik Rocky Gerung mengaitkan laporan tersebut berkaitan dengan ucapan Presiden Jokowi dalam pidatonya di peluncuran tahunan Ombudsman pada 8 Februari lalu. Saat itu Jokowi meminta masyarakat mau secara aktif mengkritik pemerintah.

 

“Kalau (laporan terhadap Novel) diproses artinya polisi justru mengabaikan permintaan presiden. Jadi polisi gak peduli presiden mau ngomong apapun, pokoknya tangkap aja,” ucap Rocky dalam channel Youtubenya, Jumat, (12/2/2021).

 

“Terlihat polisi sebagai aparat di bawah presiden, dia ngga baca headline soal presiden “Silahkan Kritik Kami” itu,” sambungnya.

 

Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia itu pun menyandingkan pernyataan Jokowi dengan pendiri Tiongkok Mao Zedong atau Mao Tse-tung.

 

Diketahui, pada 1956 Mao memperkenalkan kebijakan politik baru, di mana kaum intelektual boleh berpendapat sebagai kompromis terhadap partai. Motto Mao saat itu, “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing”. 


Ironisnya, kebijakan itu berujung pada sekitar 700.000 kaum intelektual ditangkap lalu menjalani kerja paksa.

 

“Kita ingat peristiwa Tiongkok di awal revolusi kebudayaan. Mao Zedong mengatakan biarkan 1.000 kembang mekar, maksudnya biarkan 1.000 orang berpikir berbeda, karena itu dia butuhkan untuk pemetaan politik, kemudian dia pangkas semua kembang itu,” jelas Rocky.

 

“Itu ujung dari kekerasan di Tiongkok dan jutaan orang ditangkap, dimusnahkan karena berbeda dengan Mao Zedong, padahal dia sendiri yang bilang biarkan kembang bertumbuh,” sambungnya.

 

Motto Mao itu dianggap Rocky tak jauh berbeda dengan ucapan Jokowi soal ajakan mengkritik pemerintah. Menurutnya, ada tujuan untuk melakukan pemetaan politik di balik ujaran tersebut.

 

“Hal yang sama itu terjadi saat ini, silahkan kritik kami, dan ini adalah pemetaan politik. Kalau yang kritik Novel Baswedan, itu ada potensi mengganggu, maka dilaporkan,” ungkap Rocky.

 

“Jadi untuk apa minta kembang bertumbuh kalau didepannya ada gunting untuk memangkas kembang itu. Jadi itu paradoks dari ucapan Jokowi. Saya selalu mencurigai, ucapan Jokowi adalah umpan untuk memetakan sisa-sisa oposisi, nah itu yang akan dipangkas,” sambungnya. []


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.