Jokowi Tidak Akan Bubarkan Buzzer, Ubedilah Badrun: Karena Kontribusinya Sedang Dinikmati
Jakarta, SN – Presiden Joko Widodo diyakini tidak akan membubarkan para buzzer karena tengah menikmati kontribusi mereka bagi kekuasaannya. Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, pernyataan Muhammadiyah dan Dewan Pers dianggapnya sudah benar bahwa buzzer merupakan musuh utama pers.
Sebab, narasi buzzer lebih terlihat sebagai pemicu problem, bukan narasi diskursus publik yang membuat demokrasi matang, "Justru buzzer seringkali merusak kualitas demokrasi," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (11/2).
Akan tetapi, kata Ubedilah, Presiden Jokowi dinilai memimpin
negara semaunya sendiri dan semaunya oligarki. Karena, dalam empat tahun
terakhir ini, yang ditunjukkan presiden justru arogansi.
"Tidak mau mendengar pendapat rakyat. Bahkan dalam
setahun ini rezim sering bertindak otoriter bersembunyi dibalik pandemi
Covid-19," kata Ubedilah.
Dengan demikian, Ubedilah menilai bahwa Presiden Jokowi
kemungkinan tidak akan membubarkan para buzzer. Paling mungkin sebatas mengatur
buzzer, itupun jika bisa.
“Sebab ia justru menikmati kontribusi buzzer bagi
kekuasaannya. Ini yang saya sebut sebagai digital otoritarianism atau mengarah
kepada digital dictatorship. Bertindak otoriter dengan menggunakan instrumen
digital," terangnya.
"Jangankan Muhammadiyah dan Dewan Pers yang menasehati, Muhammadiyah dengan NU saja tidak didengar kok nasehatnya. Itukan terjadi saat Muhammadiyah dan NU menolak pengesahan UU Omnibuslaw Ciptaker 2020 lalu," pungkasnya. (rmol)