Latest Post



Jakarta, SN – Kuasa hukum Front Pembela Islam (FPI) Aziz Yanuar membenarkan soal aliran dana dari luar negeri ke rekening FPI. Namun, uang itu bukan untuk pendanaan aksi terorisme, melainkan aksi kemanusiaan.

 

Menurut Aziz, FPI telah dipercaya banyak orang, sampai orang di luar negeri untuk menampung dan menyalurkan bantuan kemanusiaan di Indonesia.

 

“Ini menandakan FPI mendapat kepercayaan banyak warga dunia dalam mengelola dana umat untuk bencana kemanusiaan, anak yatim dan bantuan bencana serta yang lainnya,” ujar Aziz kepada JPNN, Minggu (24/1) malam.

 

Aziz menerangkan, selain menerima bantuan, FPI juga kerap mengirimkan bantuan ke negara lain yang kesusahan atau terkena musibah.

 

“Seperti misalnya di Palestina, juga terhadap saudara kita di Myanmar,” tambah Aziz.

 

Atas hal itu, dia meminta kepada siapa saja yang menuduh uang di rekening FPI sebagai bagian dari terorisme agar dicek kejiwaannya.

 

“Uang itu untuk bantuan kemanusiaan dan kesehatan, jika ada yang anggap dan tuduh itu bagian dari terorisme, maka yang menuduh harus dicek kejiwaannya,” tandas Aziz. []




Jakarta, SN – Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan menggelar sidang praperadilan terkait penyitaan barang bukti anggota Laskar FPI M Suci Khadavi Putra oleh polisi pada Senin (25/1).

 

Sayangnya, sidang kembali ditunda lantaran pihak Bareskrim Polri selaku Termohon tak hadir untuk kedua kalinya.

 

Sidang pun hanya berlangsung lima menit, lalu majelis hakim tunggal Siti Hamidah mengetok palu setelah menyatakan sidang ditunda hingga 1 Februari 2021 mendatang.

 

Pengacara keluarga Suci Khadavi, Rudy Marjono mengatakan, ada sejumlah poin yang bakal dibacakan saat sidang tersebut digelar nanti.

 

Di antaranya mempertanyakan di mana keberadaan barang-barang pribadi milik Muhammad Suci Khadavi Putra yang sebelumnya tewas ditembak polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.

 

"Perkara ini kaitannya dengan sah tidaknya penyitaan. Kami mempertanyakan masalah itu karena sampai detik ini kami belum terima berita acara serah terima barang ataupun adanya penetapan dari pengadilan yang disampaikan pihak kepolisian tentang penyitaan," ungkap Rudy Marjono, Senin (25/1).

 

Lebih lanjut, Rudy mengungkapkan bahwa pihak keluarga Suci Khadavi maupun tim pengacara tidak menerima berkas serah terima barang pribadi tersebut.

 

Karena itu, Rudy menilai penyitaan barang pribadi milik Laskar FPI tersebut tidak sah dan melawan hukum.

 

"Kami pun belum terima itu semua. Jadi keberadaan barang itu di mana juga kami pertanyakan di sini," pungkas Rudy Marjono.[]


Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Profesor Yusuf Leonard Henuk yang diduga turut melakukan tindakan rasis /Ist



Jakarta, SN – Kasus dugaan rasisme terhadap aktivis HAM asal Papua Natalius Pigai mendapat sorotan dari berbagai pihak. Selain Ambroncius Nababan, ujaran rasisme terhadap Pigai diduga juga dilakukan oknum lainnya.

 

Bahkan, beredar tangkapan layar unggahan media sosial Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Profesor Yusuf Leonard Henuk yang diduga turut melakukan tindakan rasis.

 

Pada foto yang beredar, Prof Yusuf memajang foto seekor kera sedang bercermin dan disandingkan dengan foto Natalius Pigai.

 

"Pace @NataliusPigai2 beta mau suruh ko pergi ke cermin lalu coba bertanya pada diri ko:"Memangnya @NataliusPigai2 punya kapasitas di negeri ini?".Pasti ko berani buktikan ke @edo751945 & membantah pernyataan @ruhutsitompul yang tentu dapat dianggap salah,” tulis cuitan pada foto yang beredar.

 

Cuitan yang diduga dilakukan seorang Guru Besar tersebut langsung menuai kecaman.

 

Satu di antaranya datang dari polikus Partai Demokrat Muhammad Rifai Darus.

 

"STOP RASISME !!!! Apa yang dilakukan oleh Prof Yusuf L Henuk dan Drs. Ambroncius LM Nababan diMedsos terhadap Natalius Pigai adalah Bentuk Rasisme, kita akan lihat Peran dan Janji Kapolri yang Baru apakah 'Hukum Masih Tajam Kebawah dan Tumpul keatas'???*MRD*" tulis Rifai melalui akun Twitter @RifaiDarusM, Minggu (25/1/2021).

 

Mendapat tuduhan rasis, Prof Yusuf mengaku tidak bersalah. Dia membantah telah melakukan tindakan rasis terhadap Pigai.

 

"KLARIFIKASI @ProfYLH:Soal serangan ke @NataliusPigai3 bukan @ProfYLH saja,jadi berita ini sesatkan&rugikan @ProfYLH(http://share.babe.news/s/FyMcMfUQvR), karena diskusi kami tanggapi tanggapan @edo751945 & @ruhutsitompul, @nataliupigai3 harus tanggapi/klarifikasi soal 'ilustrasi monyet&cermin'," cuitnya melalui akun @ProfYLH.

 

Menurutnya, cuitan itu dimaksudkan agar Pigai interopeksi diri.

 

"SUDAHLAH SEMUA,SETELAH @ProfYLH TELAH KLARIFIKASI"SINDIRAN"SOAL "MONYET & CERMIN" KE @NataliusPigai3  YANG INTINYA@NataliusPigai3 HARUS "INTROSPEKSI DIRI",SEHINGGA DENGAN DEMIKIAN @ProfYLH  DAPAT MENGKLAIM TAK MELAKUKAN RASISME TAPI JELAS"SINDIRAN"SEMATA AGAR NP INTROSPEKSI DIRI," cuitanya lagi.






Jakarta, SN – Polda Sumatera Selatan menegaskan kejadian meninggalnya seorang dokter di Kota Palembang bukan karena vaksin Sinovac meski terdapat rekam vaksinasi sehari sebelumnya.

 

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi, Senin (24, mengatakan dokter bernama Jamhari Farzal (49) tersebut meninggal karena serangan jantung berdasarkan hasil visum luar Biddokes RS Bhayangkara Palembang.

 

"Kami tidak melakukan visum pemeriksaan dalam karena tidak ada tanda-tanda kekerasan dan keluarga korban juga tidak menginginkan adanya otopsi," ujarnya di Palembang (25/1) dikutip dari ANTARA.

 

Sebelumnya dr Jamhari ditemukan meninggal dunia di dalam mobilnya yang terparkir di Alfamart Sultan Muhammad Mansyur Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang pada Jumat (22/1) pukul 21.00 WIB.

 

Ia menjelaskan dari rekaman kamera pengawas dr Jamhari diketahui menepi di Alfamart pada Jumat pukul 08.05 WIB, korban tidak keluar-keluar dari mobilnya sampai ditemukan meninggal pukul 21.00 WIB.

 

Saat ditemukan pertama kali posisi korban tertelungkup ke arah kiri dengan tangan kanan memegang dada kiri, di dekat korban terdapat 1 kaplet obat Nitrokaf Retard berisi 10 kapsul, namun satu kapsul sudah hilang.

 

Setelah berkonsultasi dengan tim ahli, Nitrokaf Retard diketahui sebagai obat untuk penderita jantung dan petugas menduga satu kapsul yang hilang sudah dimakan korban sebelum meninggal dunia.

 

Polisi juga mendapatkan keterangan jika tiga bulan lalu korban pernah berobat ke salah satu dokter jantung di Sumsel karena merasa nyeri di dada kiri, sehingga dugaan serangan jantung semakin kuat.

 

Selain itu dalam proses visum petugas menemukan bintik pendarahan pada bola mata kiri-kanan korban, serta bagian dada, perut dan bagian tubuh yang tidak tertutup kain akibat kekurangan oksigen.

 

"Perkiraan-nya korban meninggal antara pukul 13.00 sampai 15.00 WIB," ucap Kombes Pol Supriadi menambahkan.

 

Ia juga menegaskan telah berkoordinasi dengan Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) terkait diagnosa efek vaksin terhadap korban.

 

KIPI menyatakan kejadian syok anafilaktif pasca-vaksin hanya 1 sampai 2 jam, sedangkan saat korban meninggal rentang waktunya sudah lebih dari 24 jam dari penyuntikan vaksin pada Kamis (21/1) pukul 10.06 WIB.

 

"Maka korban meninggal bukan karena vaksin, korban ada rekam penyakit jantung," tutur-nya.

 

Sementara adik kandung korban, Fauzi, menyatakan kakaknya tersebut memang mengeluhkan nyeri dada sejak tiga bulan terakhir, sehingga keluarga menolak korban diotopsi, "Kami juga sudah ikhlas," ujar Fauzi lirih. (*)




Jakarta, SN – Aktivis HAM asal Papua, Natalius Pigai, kembali mengalami rasisme. Kalimat tersebut dilontarkan oleh akun Facebook Ambroncius Nababan yang diduga sebagai salah satu relawan Presiden Joko Widodo sebagai ketua kelompok relawan bernama Projamin.

 

Melalui akun media sosial Twitter @NataliusPigai2, Minggu (24/1/2021), mantan Komisioner Komnas HAM itu bahkan mengharapkan perhatian dari Lloyd Austin, Menteri Pertahanan AS.

 

Menariknya, Austin merupakan warga AS keturunan Afrika. Pigai pun mengunggah tangkapan layar ujaran rasis yang dilakukan Ambroncius.

 

"I am proud of you, mr @LloydAustin black African American most powerful gentlement in the world. We have been on fire againt Indonesian Colective (state) Racism to black African Melanesian (Papuan) more then 50 years. Torture, killing & slow motion genocide. We need attention," tulis Natalius.

 

Jika diartikan, cuitan itu berbbunyi:Saya bangga pada Anda, mr @LloydAustin orang kulit hitam Afrika-Amerika terkuat di dunia. Kami telah melawan rasisme kolektif (negara) Indonesia terhadap orang kulit hitam Melanesia Afrika (Papua) lebih dari 50 tahun. Penyiksaan, pembunuhan & genosida secara perlahan. Kami butuh perhatian.




SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.