Latest Post



Jakarta, SN – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diharapkan untuk menjerat hukuman paling berat untuk mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara (JPB) lebih berat karena dianggap melindungi keterlibatan pihak lain.

 

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menanggapi bungkamnya Juliari sehingga hanya sekali diperiksa oleh penyidik KPK.

 

Menurut Dedi, bungkamnya Juliari tersebut menyiratkan bahwa Juliari sedang melindungi keterlibatan pihak lain.

 

"Bisa saja diamnya Juliari cukup menyiratkan pesan sedang melindungi pihak lain. Termasuk asumsi keterlibatan para elit," ujar Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (24/1).

 

Dengan demikian, Dedi berharap agar KPK menjerat Juliari dengan hukuman yang lebih berat.

 

"KPK semestinya tidak tunduk pada bungkamnya Juliari, jika ada upaya menghalangi kerja KPK maka Juliari perlu diancam hukuman yang jauh lebih berat," pungkas Dedi.

 

Sebelumnya, Deputi Bidang Penindakan dan Eksekusi KPK, Karyoto mengungkapkan alasan penyidik hanya baru sekali memeriksa Juliari.

 

Menurut Karyoto, Juliari dianggap tidak mau membuka dan membeberkan perkara yang menjeratnya.

 

Penyidik pun diketahui baru sekali memeriksa Juliari selama proses penyidikan ini. Yaitu pada Rabu, 23 Desember 2020.

 

Pemeriksaan perdana itu pun juga baru dilakukan lebih dari dua minggu lamanya setelah ditetapkan sebagai tersangka pada Minggu, 6 Desember 2020. (sanca)




Jakarta, SN – Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade terlibat perang cuitan (tweet war) dengan pegiat media sosial Denny Siregar. Andre bahkan menantang Denny untuk menunjukkan kontribusinya kepada bangsa.

 

Di platform Twitter, Andre mencuitkan sejumlah pemberitaan mengenai aktivitas yang dilakukan sebagai anggota DPR. Andre agaknya jengkel dengan Denny Siregar yang kerap nyinyir dengan orang Sumatera Barat.

 

“@Dennysiregar7 yang lagi nyinyir sama orang Sumbar. Dari sibuk nyinyir yuk kita adu kinerja/adu prestasi kontribusi apa yang sudah ente berikan untuk bangsa & negara ini. Kontribusi apa yang ente berikan agar membantu kinerja pemerintah Pak  @jokowi agar Ekonomi Indonesia bisa bangkit,” kata Andre, Sabtu (23/1/2021) malam.

 

Dalam salah satu kicauan yang lain, Wasekjen Partai Gerindra ini juga mencuitkan berita saat menerima penghargaan keterbukaan informasi di Sumbar. Lagi-lagi Andre mencolek Denny Siregar.

 

“Ini contoh pennghargaankarena kinerja bukan karena nyinyir ya bro @Dennysiregar7 he..he..he,” ucapnya.

 

Apa reaksi Denny? 

Dia membalas mention Andre tersebut dengan jawaban tak kalah menohok.

“Gua ditanya apa prestasi terbesar selama ini sama @andre_rosiade. Prestasi terbesar gua adalah membantu menangkan @jokowi 2 periode, sehingga pemerintahan sekarang bisa menghajar HTI & FPI. Itu sudah cukup gua banggakan ke anak cucu nanti. Andre kalah mulu,” ucapnya. []




Jakarta, SN – Kritik atas postingan Ketua Relawan Pro Jokowi Amin (Projamin), Ambroncius Nababan yang diduga bermuatan unsur rasis terus disampaikan banyak pihak.

 

Salah satunya disampaikan oleh politisi Partai Demokrat, Yan A. Harahap di akun Twitternya @YanHarahap yang juga menampilkan sebuah gambar Ambroncius saat meminta dukungan kepada warga Papua saat mencalonkan diri menjadi sebagai calon legislatif DPR RI Dapil Papua dengan berbendera Partai Hanura.

 

Selain memposting sebuah gambar, Yan Harahap juga menyampaikan kritiknya atau respon dari apa yang pernah disampaikan Ambroncius yang menyinggung warga Papua.

 

"Manusia rasis ini ternyata pernah minta dukungan, doa dan restu warga Papua yang telah dihinanya. Manusia tak ada akhlak," kata Yan Harahap seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (24/1).

 

Pernyataan rasis yang disampaikan oleh Ambroncius juga menimbulkan reaksi keras dari sesama relawan pendukung Jokowi lainnya, yaitu dari Barisan Relawan Nusantara (Baranusa) serta beberapa tokoh lainnya. (sanca)





KETURUNAN Tionghoa atau China dikenal ada di mana saja. Di mana bumi membentang pasti ada China nya. Pameo demikian tidak berlaku untuk Kota Pariaman pasca insiden “Kansas” yang terjadi sekitar tahun 1944 bertepatan sebelum hengkangnya Jepang dari tanah air. Peristiwa Kansas itu sendiri terjadi di Simpang Kampuang Cino Pariaman tepatnya di simpang tugu tabuik sekarang. 

 

Insiden Kansas adalah peristiwa pembunuhan (dengan penggorokan) terhadap beberapa orang penduduk keturunan Tionghoa di Pariaman karena sesuatu alasan. Kansas dalam artian Kanso, adalah alat yang dilakukan untuk menggorok. Kanso bisa disamakan dengan jenis logam seng tebal yang terdapat pada beberapa kaleng. Kanso yang digunakan saat itu diambil dari bekas kaleng roti. 

 

Peristiwa Kansas dipicu akibat tidak setianya beberapa oknum penduduk China Pariaman kepada pejuang pribumi. Tidak semuanya memang, namun akibat gesekan rasial tersebut seluruh komunitas China yang ada di Pariaman hengkang menyelamatkan diri ke berbagai daerah. Aset mereka yang tinggal begitu saja, beberapa waktu kemudian dijual murah melalui perantara.

 

Sebelum peristiwa tersebut, komunitas China sangat ramai di Pariaman. Mereka punya pandam pakuburaan tersendiri yakni di belakang Makodim 0308/Pariaman (sekarang). Masyarakat Tionghoa di Pariaman sudah ada sejak zaman Belanda. Mereka yang ada di Pariaman umumnya para pedagang, pemilik pabrik roti, pabrik sabun, hingga distributor rempah-rempah dan kebutuhan sehari-hari (kumango). 

 

Komunitas China Pariaman bermukim di area Kampung Chino yakni di Jl. SB Alamsyah Kp Balacan, Kp Jawo, dan Kp Pondok. Sebelum Insiden Kansas, mereka hidup rukun berdampingan dengan pribumi. Tempat sembahyang China di Pariaman terletak di Simpang Tabuik yang sekarang persis berada di deretan Toko Ali. 

 

Merujuk pada sejarah yang dituturkan saksi hidup yang sempat kami wawancarai, kekecewaan pribumi pada komunitas China bermula dari diketahuinya lokasi pejuang pribumi oleh tentara Jepang. Pejuang pribumi saat itu banyak dieksekusi di tempat persembunyiannya. Apa yang mereka rencanakan selalu diketahui oleh tentara tentara Jepang. 

 

Atas keganjilan tersebut, pribumi saat itu memutar otak. Mereka mencari dimana letak keganjilannya. Mereka berpikir ada sesuatu yang telah terjadi. Pengkhianatan terhadap mereka telah dilakukan. 

 

Pejuang pribumi yang tersisa mengutus anak-anak untuk memata-matai beberapa oknum yang dicurigai. Mereka disuruh bermain-main di halaman sejumlah kedai yang acap digunakan tentara Jepang berkumpul. Mulailah anak-anak bermain gasing, patok lele dan permainan tradisional lainnya ke tempat-tempat yang disuruh pejuang pribumi. 

 

Usaha tersebut ternyata berhasil. Salah satu kedai kopi milik non pribumi China di Kp Balacan dikupingi pembicaraannya. Pemberi informasi memang bukan pemilik kedai, tapi langganan tetap yang juga keturunan China. Rupanya selama ini dia menjadi mata-mata (spionase) Tentara Jepang. 

 

Singkat cerita, mata-mata Jepang tersebut “diambil malam” oleh pejuang. Dari penuturan yang kami himpun, komplotan mata-mata itu semuanya berjumlah tiga orang. Tiga orang pengkhianat tersebut dibawa ke tempat persembunyian pejuang. Di sana mereka diinterogasi dan akhirnya mengakui perbuatannya. 

 

Atas perbuatannya itu, ketiga orang tersebut dieksekusi dengan cara yang belum pernah terpikirkan olehnya. Leher mereka digorok hingga nyaris putus dengan Kanso yang maha perihnya. Ketiga mayat tersebut diletakan menjelang subuh tepat di depan tugu tabuik sekarang ini berada. Kanso sebagai alat eksekusi masih menempel di leher mereka. ** 


Catatan Oyong Liza Piliang (ts/pariamannews)

 



Jakarta, SN – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan rezim Joko Widodo dianggap memproduksi rasisme secara masif.

 

Begitu tegas disampaikan oleh aktivis Papua, Natalius Pigai dalam akun Twitternya @NataliusPigai2.

 

Dalam tulisannya itu, Pigai juga menyertakan link berita soal pernyataan dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP, Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa PDIP mendambakan Walikota Solo dari Papua atau orang Jawa jadi Walikota di Papua.

 

"PDIP dan pemerintahnya partai yang diisi orang rasialis. Zaman Jokowi dan PDIP memproduksi rasisme secara massif," ujar Pigai seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu siang (24/1).

 

Pigai pun juga menyoroti para menteri kabinet Jokowi yang tidak ada yang berasal dari rakyat Papua.

 

"Mau bantah? Dari 34 menteri, satu Menteri dari Papua saja tidak ada, itu bukti gamblang bahwa kalian rasis. Jadi jangan pura-pura persatuan dan bhinneka yang utopis," katanya.

 

Bahkan, kata Pigai, selama pemerintahan Jokowi, banyak konflik dan kejahatan di Papua yang cenderung didasari rasisme.

 

Mantan Komisoner Komnas HAM ini pun mengajak agar isu-isu rasisme bisa segera dihapuskan dari kehidupan di Indonesia.

 

"Selama pemerintahan Joko widodo, pembanaian dan kejahatan HAM di Papua cenderung didasari rasisme, kita harus hapuskan itu," pungkasnya. (sanca)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.