Jakarta, SN
– Berdebatan penyebab banjir Kalsel atau Kalimantan Selatan masih berlanjut di
kalangan aktivis dan birokrat pemerintah. Selagi masih berdebat, muncul meme
Jokowi jawab penyebab banjir Kalsel dengan lucu dan kocak.
Dalam meme
itu menghadirkan Presiden Jokowi dan presenter Najwa Shihab. Meme Jokowi jawab
penyebab banjir Kalsel itu sederhana. Nadjwa bertanya ke Jokowi soal penyebab
banjir Kalsel dan kebakaran hutan.
Meme Jokowi
jawab penyebab banjir Kalsel disebarkan oleh @cybsquad_.
Jawaban
Jokowi pun beda tipis.
"Curah
hujan yang tinggi."
"Curah
hujan yang rendah."
Karena hujan
terus
Presiden
Jokowi ungkap banjir Kalsel karena hujan selama 10 hari. Sehingga Kalimantan
Selatan banjir.
Banjir
terparah di Banjar. Ada sekitar 20 ribu orang yang mengungsi akibat banjir di
daerah itu.
Penanganan
kerusakan infrastruktur, kata dia, sama pentingnya dengan evakuasi korban jiwa.
"Tiga
hal tadi yang penting untuk kita lihat sehingga kekurangan-kekurangan yang ada
bisa dibantu oleh pemerintah pusat, selain juga dari logistik yang ada di pemerintah
provinsi, kabupaten dan kota," kata Jokowi, Senin (18/1/2021).
Jokowi juga
mengucapkan duka cita terhadap keluarga korban. Jokowi mengatakan banjir di
Kalimantan Selatan terjadi karena intensitas hujan yang tinggi selama 10 hari.
Sungai
Barito yang biasanya menampung 230 juta meter kubik meningkat menjadi 2,1
miliar kubik air dehingga air meluap di 10 kabupaten dan kota.
Jokowi
menyerahkan sejumlah bantuan sembako, makanan siap saji, dan masker ke beberapa
warga di lokasi terdampak.
Berdasarkan
data Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana sebanyak 10 kabupaten dan kota terdampak banjir di
Provinsi Kalimantan Selatan: Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar
Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan
Kabupaten Batola.
Berkurangnya
hutan
Berkurangnya
hutan primer dan sekunder yang terjadi dalam rentang 10 tahun terakhir disebut
menjadi penyebab terjadinya banjir terbesar di Kalimantan Selatan, menurut tim
tanggap darurat bencana di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Karena itu
LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia mendesak pemerintah untuk mengevaluasi
seluruh pemberian izin tambang dan perkebunan sawit di provinsi itu lantaran
menjadi pemicu degradasai hutan secara masif.
Sekretaris
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan menjanjikan bakal melakukan audit secara
komprehensif terkait penggunaan lahan di sana agar bencana serupa tidak
terulang.
Kepala Pusat
Pemanfaatan Penginderaan Jauh di LAPAN, Rokhis Khomarudin, menjelaskan antara
tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan primer sebesar 13.000
hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar masing-masing
146.000 hektare dan 47.000 hektare.
Sebaliknya,
kata Rokhis, area perkebunan meluas "cukup signifikan" 219.000
hektare. Pengungsi gempa Majene mulai kesulitan makanan, proses evakuasi korban
masih dilakukan di Mamuju.
'Gempa dan
tsunami raksasa' ancam Selatan Jawa dan sejumlah daerah lain: Apa penyebabnya
dan bagaimana antisipasinya?
Kondisi
tersebut, ia melanjutkan, "memungkinkan terjadinya banjir" di
Kalimantan Selatan, apalagi curah hujan pada 12 hingga 13 Januari 2020 sangat
lebat berdasarkan pantauan satelit Himawari 8 yang diterima stasiun di Jakarta.
"Ya itu
analisis kami, makanya disebutkan kemungkinan. Kalau dari hujan berhari-hari
dan curah hujan yang besar sehingga perlu analisis pemodelan yang
memperlihatkan apakah pengaruh penutup lahan berpengaruh signifikan," ujar
Rokhis kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Minggu
(17/1/2021).
Data yang ia
pegang menunjukkan total area perkebunan di sepanjang Daerah Sungai Barito kini
mencapai 650.000 hektare.
Jika
dibandingkan dengan luasan hutan di sekitar DAS yang mencapai 4,5 juta hektare,
maka perkebunan telah menghabiskan 12 hingga 14 % dari keseluruhan area.
Kendati area
hutan masih mendominasi, tapi Rokhis berharap tidak terus tergerus. Sebab
kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (menyebutkan Kalimantan Selatan
termasuk daerah yang berisiko terhadap bencana banjir.
Data Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan
sebanyak 67.842 jiwa terdampak banjir di sejumlah wilayah di Kalsel.
"Kita
paham bahwa perkebunan itu berhubungan dengan ekonomi, tapi harus diperhatikan
unsur lingkungannya," imbuh Rokhis.
Pantauan
LAPAN setidaknya ada 13 kabupaten dan kota yang terdampak banjir, tujuh di
antaranya luas genangan banjir mencapai 10.000 sampai 60.000 hektare.
"Kabupaten
Barito luas genangan 60.000 hektare, Kabupaten Banjar 40.000 hektare, Kabupaten
Tanah Laut sekitar 29.000 hektare, Kabupaten Hulu Sungai Tengah kira-kira
12.000 hektare, Kabupaten Hulu Sungai Selatan mencapai 11.000 hektare, dan
Kabupaten Tapin 11.000 hektare."
Evaluasi
izin perkebunan sawit dan perkebunan
Direktur Walhi
Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono, mencatat 50 % dari lahan di Kalimantan
Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.
"Tambang
33 %, sawit 17 %," ujar Kiworo kepada BBC News Indonesia.
Merujuk pada
kondisi itu, ia mengaku telah berulang kali memperingatkan bahwa provinsi
tersebut dalam kondisi darurat bencana ekologis dan konflik agraria lantaran
mayoritas pemilik tambang maupun sawit adalah perusahaan skala besar.
Oleh karena
itu, ia tak kaget jika bencana ekologis itu terjadi saat ini dan yang
"terparah dari tahun-tahun sebelumnya."
"Banjir
besar pernah terjadi tahun 2006 tapi tidak sampai merendam 13 kabupaten dan
kota. Ini yang terbesar. Kalau hujan, banjir setiap tahun kalau kemarau
kebakaran lahan."
Oleh sebab
itu, ia mendesak pemerintah untuk mengevaluasi secara menyeluruh izin-izin yang
dikeluarkan. Sebab ia meyakini "alih fungsi lahan tersebut menyebabkan
degradasi hutan".
Rokhis
Khomarudin mengatakan antara 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan primer
sebesar 13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar
masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare.
Jika dalam
audit ada operasi tambang maupun perusahaan sawit yang dianggap memicu bencana,
maka ia berharap pemerintah berani mencabut izin tersebut.
"Misalnya
izin ini dicabut, yang ini digugat, ini izin masih diperlukan. Meskipun kalau
Walhi minta cabut semua. Tapi kebijakan pemerintah kan tidak bisa sampai ke
sana. Nah evaluasi itu inginnya melibatkan masyarakat sipil jangan hanya
konsultan."
"Dan
di-share hasil dan kesimpulannya."
"Karena
dampak lingkungan ini sampai ke anak cucu. Kalau hanya denda pasti mereka
(perusahaan) sanggup membayar. Kalaupun ditutup bisa bikin perusahaan
baru."
Selain
bertindak tegas pada perusahaan, Walhi juga meminta pemerintah daerah meninjau
Kembali aturan Rancangan Tata Ruang dan Wilayah Kalimantan Selatan.
Apa
tanggapan pemerintah?
Sekretaris
Daerah Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar, menjanjikan bakal melakukan
evaluasi terhadap penggunaan lahan di provinsinya untuk mengetahui penyebab
banjir terbesar ini dalam waktu dekat.
Namun
begitu, ia tidak memberikan target kapan evaluasi itu selesai.
"Kami
akan kaji secara komprehensif apa penyebabnya sehingga tidak terulang. Karena
yang terdampak sangat luas hamper 2,6 juta hektare. Kita kaji dari sisi
penggunaan lahan, aliran sungai, permukiman," ujar Roy Rizali Anwar kepada
BBC News Indonesia, dilansir Suara.com.
Sejauh ini,
pemprov terkendala dalam mengevakuasi dan menyelurkan bantuan kepada warga yang
paling terdampak banjir yakni di Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Tengah, dan
Kabupaten Tanah Laut. Pasalnya dua jalan nasional terputus.
Karena itu
pada Minggu (17/1), BNPB mengerahkan satu helikopter bantuan. Sementara itu
korban meninggal tercatat 16 orang dan ratusan ribu orang mengungsi.
Roy
mengatakan pihaknya berusaha tetap menerapkan protokol Kesehatan di lokasi
pengungsian mengingat kondisi pandemic Covid-19.
"Yang
pasti karena masih pandemi kami libatkan satgas uuntuk memastikan protokol
kesehatan di pengungsian berjalan."(sanca)