Latest Post

Sekjen HRS Center, Haikal Hasan Baras/Ist


Jakarta, SN Sekretaris Jenderal HRS Center, Haikal Hasan Baras tampak kecewa dengan rekomendasi Komnas HAM kepada Presiden Jokowi bahwa kasus tewasnya enam orang laskar FPI bukanlah pelanggaran HAM berat.

 

Secara satire, pria yang akrab disapa Babe Haikal ini mengatakan, kasusnya sudah selesai tinggal menunggu pengadilan Allah SWT, "Oke. Selesai kasus. Sampai nanti di hadapan pengadilan Allah swt. Terimakasih Komnas HAM," tulis Haikal di akun Twitternya, Senin (18/1).

 

Sebelumnya, kepada Presiden Jokowi, Komnas HAM menyampaikan hasil rekomendasinya terhadap kasus meninggalnya enam laskar FPI. Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran HAM berat dalam kasus tersebut.

 

"Kami juga menyampaikan bahwa sebagaimana sinyalemen di luar banyak beredar bahwa ini dikatakan, diasumsikan, sebagai pelanggaran HAM yang berat. Kami tidak menemukan indikasi ke arah itu," katanya dalam jumpa pers bersama Menko Polhukam Mahfud MD, di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (14/1). (RMOL)




Jakarta, SN – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menjamin tidak ada pihak yang akan mengintervensi proses penyidikan kematian enam orang laskar FPI di ruas tol Jakarta-Cikampek KM 50 Karawang, Jawa Barat.

 

"Tidak ada intervensi dari pihak mana pun selama proses penyelidikan," kata Kominioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara kepada wartawan di Jakarta, Senin (18/1).

 

Sebelumnya, Komisioner Komnas HAM telah menyampaikan laporan mengenai hasil investigasi peristiwa KM 50 Tol Jakarta-Cikampek yang menewaskan 6 laskar FPI kepada Presiden Joko Widodo.

 

Kepada Presiden Joko Widodo, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menegaskan bahwa tidak ada pelanggaran HAM berat dalam kasus ini.

 

"Kami juga menyampaikan bahwa sebagaimana sinyalemen di luar banyak beredar bahwa ini dikatakan, diasumsikan, sebagai pelanggaran HAM yang berat. Kami tidak menemukan indikasi ke arah itu," katanya dalam jumpa pers bersama Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam Kamis (14/1). (RMOL)


Prof Yusuf Leonard Henuk Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) melamar menjadi menteri ke Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Ist



Jakarta, SN – Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Yusuf Leonard Henuk melamar menjadi menteri ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Politikus PDIP, Hendrawan Supratikno mengingatkan Yusuf Leonard Henuk untuk mempunyai ilmu tau diri.

 

"Prof Henuk tentu harus mengukur diri atau punya 'ilmu tahu diri'. Ilmu tahu diri lebih sulit dibanding ilmu lupa diri dan ilmu bela diri," ujar Hendrawan saat dihubungi, Minggu (17/1/2021).

 

Hendrawan menilai tidak masalah bila ada yang menyampaikan kesediaan sebagai calon menteri. Ia menduga pengiriman surat ini dilakukan karena Yusuf Leonard Henuk tidak memiliki akses parpol.

 

"Tak ada masalah bila orang mengirim sinyal kesediaan sebagai calon menteri. Mungkin Prof Henuk tidak punya akses ke parpol, tidak punya relasi orang dekat presiden, atau prestasinya belum banyak diberitakan," kata Hendrawan.

 

Hendrawan menduga, banyak orang lain melakukan hal serupa seperti Yusuf Leonard Henuk. Namun, tidak menjadi viral di media sosial seprti yang dilakukan Yusuf Leonard Henuk.

 

"Yang viral hanya Prof Henuk, namun diduga cukup banyak yang melakukan hal serupa. Ada yang kirim langsung dialamatkan kepada Presiden, ada yang dititipkan via lingkaran dalam. Prof Henuk juga sebelumnya sudah kirim surat senada, surat jadi viral untuk mendapat perhatian. Sekarang sering hanya yang viral yang diperhatikan dan diberitakan," tuturnya.

 

Hendrawan mengatakan, cara yang dilakukan Yusuf Leonard Henuk terbilang lucu. Hal ini karena menjadi timbul suasana untuk memecahkan kebekuan rekrutmen menteri.

 

"Bagi kita hal tersebut lucu saja. Ada nuansa main-main untuk memecah kebekuan rekrutmen menteri. Cara yang tidak lazim," katanya.

 

Diketahui sebelumnya, Yusuf Leonard Henuk mengakui telah mengirim CV hingga surat lamaran jabatan menteri kepada Presiden Jokowi. Ia berharap Jokowi mempertimbangkan CV dan surat lamaran yang dikirimnya itu.

 

"Waktu itu saya hanya kirim ke dia, bahwa baca ini CV saya kemudian jabatan apa yang menurut bapak ya terserahlah. Itu dilihat tolong dipertimbangkan CV saya kalau misal ini saya siap untuk dipanggil wawancara kan itu. Intinya perkenalan diri, intinya itu ini lihat CV saya, Pak," kata Yusuf Leonard Henuk saat dihubungi, Minggu (17/1). (dtk)




Jakarta, SN – Misteri calon kapolri pengganti Jenderal (Pol) Idham Azis yang akan pensiun pada 1 Februari 2021 akhirnya terkuak. Awalnya, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyerahkan lima nama komisaris jenderal atau perwira tinggi polisi berbintang tiga kepada Presiden Joko Widodo.

 

Nama-nama calon kapolri yang direkomendasikan kepada Presiden Joko Widodo itu telah melalui proses penyaringan oleh Kompolnas.

 

Kelimanya terdiri dari Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar.

 

Kemudian, Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Komjen Arief Sulistyanto, dan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Agus Andrianto.

 

Pilihan Jokowi

Dengan hak prerogatifnya sebagai presiden, Jokowi kemudian memilih Listyo Sigit sebagai calon tunggal kapolri. Nama Listyo pun sudah diserahkan presiden ke DPR pada Rabu (13/1/2021) untuk diproses.

 

Berbagai pertimbangan Jokowi memilih Listyo disampaikan oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian.

"Ya tentu saja semua persyaratan formal dipenuhi. Selain itu tentu saja faktor integritas, kompetensi, profesionalitas," kata Donny kepada Kompas.com.

 

Selain faktor tersebut, kata Donny, Jokowi juga mempertimbangkan kemampuan calon kapolri untuk bersinergi dengan para pemangku kepentingan, baik di internal maupun eksternal pemerintahan.

 

Di sisi lain, Jokowi dan Listyo diketahui sudah memiliki kedekatan sebelumnya. Listyo pernah menjabat sebagai Kapolres Surakarta pada tahun 2011, di mana Jokowi ketika itu menjadi Wali Kota Solo.

 

Kemudian, setelah Jokowi terpilih sebagai presiden pada tahun 2014, Listyo turut menjadi ajudannya.

 

Arahan Idham Azis

Setelah Listyo terpilih sebagai calon kapolri, Idham Azis mengajak jajarannya mendukung Listyo hingga dilantik nantinya.

 

"Saya mengajak kepada rekan-rekan semua untuk bergandeng tangan memberikan dukungan kepada calon kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo," ucap Idham dalam keterangannya, Kamis (14/1/2021).

 

"Sehingga proses pelaksanaan rangkaian fit and proper test yang akan dilaksanakan pekan depan sampai dengan pelantikan Bapak Kapolri Baru bisa berjalan dengan sukses dan lancar serta tidak menemui hambatan apa pun," kata dia.

Idham pun berharap jajarannya tetap solid untuk mendukung keputusan Presiden Jokowi. Ia meminta jajarannya meyakini bahwa keputusan Jokowi memilih Listyo pasti sudah melalui berbagai pertimbangan yang matang.

 

"Saya berharap kita semua tetap solid, bersatu dan mendukung apa yang menjadi kebijakan Bapak Presiden RI selaku pimpinan tertinggi Polri untuk kita laksanakan dan amankan," tutur Idham.

 

Tantangan satukan internal

Menurut pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto, pernyataan Idham Azis tersebut menunjukkan internal Polri tidak solid setelah pemilihan Listyo.

 

Bambang berpandangan, timbul kegusaran di internal Polri setelah pemilihan Listyo. Alasannya, Listyo yang merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991 bakal “melompati” beberapa angkatan seniornya.

 

Ia pun menilai hal itu menjadi tantangan bagi Listyo bila terpilih nantinya untuk menyatukan internal Korps Bhayangkara.

 

"Bukan sekadar menyatukan kelompok yang ada saja, tetapi menyatukan dalam satu visi membangun pondasi untuk masa depan Polri.

 

Apakah Polri hanya akan jadi penjaga kepentingan rezim, atau kepentingan negara?," ucap Bambang ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (15/1/2021).

Bambang berharap Listyo dapat melakukan terobosan berupa perubahan kebijakan di internal Polri bila terpilih. Dalam pelaksanaannya, menurut dia, idealisme Listyo pun akan diuji.

 

"Tantangannya adalah tarikan-tarikan yang kuat dari berbagai kepentingan dan faksi-faksi di internal. Dan di sini integritas dan idealisme Pak Listyo akan diuji, mampu tidak menahan godaan-godaan itu," tutur dia. []

 



Jakarta, SN – Vaksin Covid-19 yang dikembangkan di Australia oleh Universitas Queensland dihentikan pada Jumat (11/12/2020), setelah uji klinis menghasilkan HIV positif palsu di antara peserta tes tahap awal.

 

Hasil tersebut mendorong pemerintah untuk membatalkan rencana pembelian jutaan dosis calon vaksin.

 

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemerintah memilih untuk meningkatkan pesanan vaksin Covid-19 alternatif dari AstraZeneca dan Novax.

 

"Vaksin Universitas Queensland tidak akan dapat dilanjutkan berdasarkan saran ilmiah, dan itu tidak lagi menjadi bagian dari rencana vaksin Australia," kata Morrison seperti dilansir AFP pada Jumat (11/12/2020).

 

Kandidat vaksin Covid-19, yang masih dalam tahap pertama uji coba di Universitas Queensland, menggunakan sejumlah kecil protein HIV sebagai "penjepit molekuler".

 

Namun, langkah tersebut justru memicu respons antibodi yang dapat mengganggu skrining HIV, kata Menteri Kesehatan Greg Hunt.

 

Sekretaris Departemen Kesehatan Brendan Murphy mengatakan meski vaksin tersebut terbukti menjanjikan dalam menekan Covid-19 dan tidak ada kemungkinan penularan HIV, pengembangan vaksin ditinggalkan. Sebab, dikhawatirkan bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi.

 

"Ini mungkin akan bekerja dengan sangat baik sebagai vaksin (Covid-19), tapi kami tidak bisa memiliki masalah dengan kepercayaan (masyarakat)," kata Murphy.

 

Profesor Paul Young dari Universitas Queensland bersikeras bahwa protein HIV yang digunakan dalam vaksin itu "sama sekali tidak berbahaya" dan tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi mereka yang ikut serta dalam uji coba.

 

Sementara itu, pemerintah menyatakan pengumuman vaksin dari University of Queensland tidak mengubah rencana peluncuran vaksin lagi yang akan dimulai pada Maret mendatang.

 

Dengan Australia mencatat hanya sejumlah kecil kasus infeksi virus korona yang terjadi setiap hari, pemerintah mengatakan dapat mengambil pendekatan yang relatif berhati-hati terhadap vaksin dibandingkan dengan negara dengan wabah besar.

 

Australia telah mencatat 28.000 kasus Covid-19 dari populasi 25 juta, dengan sekitar 900 kematian.(kpc)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.