Jakarta, SN
– Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk Yaqut Cholil Qoumas
sebagai Menteri Agama (Menag) untuk menggantikan Fachrul Razi dalam jumpa pers
perombakan kabinet yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta pada Selasa
(22/12/2020).
Merujuk data
yang dihimpun Kompas.com dari berbagai sumber, Yaqut Cholil Qoumas saat ini
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, organisasi sayap Nahdlatul
Ulama (NU) dan juga Wakil Ketua Komisi II DPR RI.
Lantas
siapakah Yaqut Cholil Qoumas?
Pria
kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 4 Januari 1975 yang akrab disapa Gus Yaqut itu
merupakan putra dari (alm) KH Cholil
Bisri, salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga pernah
menjabat Wakil Ketua MPR.
Adapun KH
Cholil adalah kakak kandung KH Mustofa Bisri (Gus Mus), ulama kharismatik pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin,
Leteh, Rembang. Baca juga: Menag Yaqut Cholil: Jadikan Agama sebagai Inspirasi,
Bukan Aspirasi Kuliah di Fisipol UI, aktif di PMII Semasa kecil, Gus Yaqut
menempuh pendidikan di SDN Kutoharjo dan lulus pada tahun 1987.
Kemudian
menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMPN II Rembang pada tahun 1990 dan di SMAN II Rembang pada tahun 1993.
Selepas SMA, Gus Yaqut menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Indonesia (UI).
Di sana, ia
aktif berorganisasi sebagai Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII)
Cabang UI Depok hingga 1997. Karier
politik Gus Yaqut bermula saat dirinya aktif sebagai kader PKB di Rembang yang
kemudian dipercaya menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Rembang
periode tahun 2001-2014.
Pernah gagal
di Pilkada Rembang 2010
Selanjutnya
Gus Yaqut benar-benar terjun ke politik praktis setelah terpilih menjadi
anggota DPRD Kabupaten Rembang pada tahun 2005. Di tahun yang sama,
ia terpilih menjadi Wakil Bupati Rembang periode tahun 2005-2010 mendampingi M
Salim.
Pada Pilkada
Kabupaten Rembang 2010, Yaqut pecah kongsi dengan M Salim dan memutuskan maju
sebagai Bupati Rembang. Saat itu, Gus Yaqut maju didampingi oleh kader PAN,
Arif Budiman. Namun pencalonannya gagal setelah kalah suara dengan calon bupati
petahana M Salim-Abdul Hafidz yang diusung Partai Demokrat.
Gus Yaqut
kembali duduk di parlemen pada tahun 2014. Dia dilantik sebagai Anggota DPR RI
Fraksi PKB, dalam pergantian antarwaktu menggantikan Hanif Dhakiri yang
diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja di Kabinet Kerja Presiden RI Joko Widodo.
Kritik
kerumunan Rizieq Shihab
Berdasarkan
catatan Kompas.com, selama ini Gus Yaqut tercatat aktif mendukung kebijakan
pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Ia pun mengaku
prihatin dengan munculnya klaster Covid-19 dari sejumlah acara kerumunan massa
Rizieq Shihab.
"Kasus
ini juga menunjukkan bahwa ada yang tidak peduli dengan keselamatan
jemaahnya," ujar Gus Yaqut, panggilan akrabnya saat memberikan orasi pada
Apel Kebangsaan Virtual Banser, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Minggu
(29/11/2020).
Gus Yaqut
berharap agar kasus kerumunan massa yang berujung menjadi klaster Covid-19
tersebut adalah yang pertama sekaligus terakhir. Jangan sampai ada unsur
pembiaran yang justru kembali menciptakan kelompok penularan Covid-19.
Minta tokoh
jadi suri tauladan baik
Berkaca dari
permasalahan ini, Gus Yaqut meminta pemerintah tak segan untuk bersikap tegas
dan menolak tawar menawar kepentingan politik dan sebagainya.
"Tidak
peduli yang melanggar itu habaib, wali Kota, atau tokoh Ansor Banser sekalipun,
jika melanggar harus ditindak. Harus ada ketegasan," tegasnya di hadapan
seluruh kader Ansor dan Banser se-Indonesia serta empat cabang luar negeri
yakni Malaysia, Mesir, Korea Selatan, dan Taiwan dengan protokol kesehatan
ketat, memakai masker, faceshield, dan menjaga jarak.
Dalam
kesempatan itu, Gus Yaqut juga meminta kader Ansor dan Banser untuk tidak mudah
percaya dengan tokoh-tokoh yang memanfaatkan Islam untuk sarana kepentingan
politiknya. "Islam dijadikan kedok untuk menguasai panggung politik. Buat
kader Ansor dan Banser, respons terhadap orang-orang seperti ini adalah, lawan
mereka!" tegas Gus Yaqut.
Sudah
selazimnya saat pandemi Covid-19, sambung dia, tokoh-tokoh agama harus bisa
menjadi suri teladan bagi masyarakat. Salah satunya yaitu saat menggelar kegiatan
keagamaan harus diimbangi dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
"Jangan sampai niat positif namun justru malah membahayakan keselamatan
jiwa," pungkasnya.[]