Fadli Zon/Ist
Jakarta, SNC — Menteri Perikanan dan Kelautan Edhy Prabowo ditangkap KPK karena terseret kasus suap dan ternyata kolega Edhy di Partai Gerindra, Fadli Zon mengingatkan sahabat dekat Prabowo Subianto sebelum ditangkap KPK.
Hampir setahun yang lalu, twitter Fadli Zon mengingatkan Edhy untuk memperhatikan saran Susi Pudjiastuti yang disampaikan Fadli pada 17 Desember 2019, saat disibukkan dengan benih lobster dan saran Fadli terkait dengan kebijakan benih lobster dibuka kembali oleh Edhy.
Dilansir hops.id, Fadli menilai Susi sebagai sosok yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, oleh karena itu tidak ada salahnya Edhy menyimak dan mengindahkan saran dan kritik mantan menteri kelautan tersebut.
“Saya sarankan pada kolega saya Menteri Edhy Prabowo untuk mempertimbangkan masukan dan kritik yang baik soal benih lobster. Jangan apriori walau datang dari manapun apalagi dari pendahulu @susipudjiastuti yang punya nasionalisme tinggi. Saya yakin Menteri Edhy Prabowo akan bijak bersikap,” cuit Fadli pada tanggal 17 Desember 2019.
Lima hari sebelum cuitan Fadli Zon itu, Edhy Prabowo menjelaskan ekspor benih lobster merupakan salah satu opsi yang akan diambil Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Kala itu, Edhy mengatakan kebijakan ekspor benih lobster masih didalami, dia mengatakan Kementerian akan meminta masukan dan kajian dari berbagai pihak untuk keputusan ekspor benih lobster. Berkaitan dengan rencana kebijakan ekspor benih lobster, ada 29 aturan di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang bakal dirapikan.
“Kemarin cukup ramai soal lobster, memang belum kita putuskan. Jadi baru dalam tahap pendalaman. Ribuan orang yang tergantung dalam kehidupannya ini dulu yang harus dicari jalan keluarnya. Ini tugas saya mencari jalan keluarnya, yang memang simulasinya banyak. Apakah kita akan kita kan ekspor? Itu salah satu solusi Apa solusinya ekspor 100 persen? Saya tidak akan setuju. Kalau mau tanya sikap saya, saya maunya dibesarkan 100 persen di Indonesia. Karena itulah potensi kita dan bisa mendapatkan nilai tambahnya,” ujar Edhy dalam acara Gelar Wisata Bahari di kementeriannya, Kamis 12 Desember 2019.
Saat menjabat sebagai menteri, Susi melarang izin ekspor benih lobster, nah oleh Edhy keran kebijakan ini dibuka. Makanya Susi pun mengkritik kebijakan Edhy melalui berbagai kesempatan termasuk di media sosial.
Protes di akun Twitternya, Susi menuliskan lobster jangan disamakan dengan nikel. Keduanya sumber alam yang beda, satunya mahluk hidup satunya benda mati.
“Nikel itu benda mati, tidak bisa beranak pianak diambil akan habis. Lobster itu mahluk hidup bernyawa, berkembang biak/ beranak pianak,” cuit Susi di akun Twitternya @susipudjiastuti pada Selasa 17 Desember 2019.
Susi mengkritik kebijakan ekspor benih lobster ini. Seharusnya yang diekspor bukan benihnya tapi induk lobster yang sudah siap dikonsumsi.
“Lobster itu SDA yg Reneawble. Salah satu dr sedikit SDA laut yg bisa diakses/ ditangkap dg mudah oleh pancing, bubu dr para nelayan kecil di pesisir. Pengambilan tidak perlu dg kapal besar/alat modern lainnya. Negara wajib menjaga sumber livelyhood nelayan kecil ini dg Benar&Baik,” tulis Susi. [*].
Jakarta, SNC — Posisinya sebagai
Pangdam Jaya hampir dicopot, Mayjen Dudung Abdurachman mengaku tidak khawatir.
Persoalan yang akan dicopot dari jabatannya terkait langkah tegasnya menyikapi
polemik tentang baliho Habib Rizieq Shihab.
Saat ini, nama Dudung tengah
ramai diperbincangkan karena pencabutan baliho Habib Rizieq Sihab yang menuai
pro dan kontra. Meski begitu, dia mengaku tidak pernah takut jika hal tersebut
berdampak pada posisinya saat ini sebagai Pangdam.
"Dulunya (saya) tukang
koran. Jadi kalau saya jadi Pangdam (sudah) bersyukur banget dan Bapak saya
cuma PNS. Jadi misalnya dicopot gara-gara ini, copot lah, saya nggak pernah
takut, benar saya nggak takut," jelasnya di Makodam Jaya, Senin
(23/11/2020).
Kehidupan sewaktu Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Bandung yang dijalani sebagai loper koran, membuatnya
tak takut bila sewaktu-waktu ia harus kehilangan jabatannya.
Pasalnya, ia sudah terbiasa
menjalani hidup secara sederhana hingga harus memilih masuk sekolah siang demi
berjualan koran di pagi harinya.
"Sepeninggalan bapak itu
bisa jualan pasar keliling warung-warung ke Kodam, ke kantin. Pas ke sekolah
SMA kelas X harusnya saya masuk SMA yang pagi, saya bilang ke ibu saya kalau
bisa masuknya siang karena saya mengatakan ingin jadi loper koran. Jadi
dapatnya siang,"
"Nah jadi kita masuk siang,
tapi pagi dari pukul 04.00 WIB sudah berangkat yang beli koran sampai pukul
08.00 WIB. Ada 270 buah koran, ada majalah dan segala macam. Nah setelah itu
antar lagi makanan ke Kodam,ke warung-warung dan habis itu biasa nyari kayu
bakar. Sebab cara masak apa kayu bakar," jelasnya.
Menurutnya, langkah tegasnya ini
sudah sesuai dengan aturan yang ada. Pihaknya hanya membantu pemerintah daerah
untuk melakukan pencopotan terhadap spanduk, poster hingga baliho yang ilegal.
Sehingga bukan hanya baliho HRS saja melainkan baliho lainnya yang memang jelas
ilegal. [*]