Latest Post

 


Jakarta, SNC - Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Polri segera memproses kasus hukum Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang selama ini tersendat di Indonesia dan menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, setidaknya polisi bisa segera melakukan pemeriksaan terhadap Rizieq terhadap kasus-kasus lama yang hingga saat ini statusnya belum jelas.


"Sebagai warga negara yang baik, IPW berharap Rizieq patuh hukum agar kasus yang membelitnya cepat selesai. Rizieq harus paham, siapapun dia di depan hukum statusnya sama," kata Neta saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (12/11).


"Dengan kembalinya Rizieq ke Tanah Air, Polri harus segera menjemputnya untuk menjalani pemeriksaan," tambahnya.


Menurut dia, Polri pun juga harus memberikan kepastian hukum terhadap Rizieq dalam kasus-kasus yang masih membelitnya.


Dalam hal ini, setidaknya IPW mencatat terdapat sembilan kasus yang membelit Rizieq di Indonesia. Beberapa dari kasus itu, kata dia, memang ada yang sudah disetop alias diterbitkan surat penghentian penyidikan dan penuntutan (SP3).


"Selebihnya, deretan pengaduan publik kepada kepolisian atas dugaan ujaran kebencian yg diduga dilakukan Rizieq. Harus ada kepastian hukum terhadap kasus-kasus itu, apakah akan di SP3 atau diteruskan Polri dan Mabes Polri harus menjelaskannya kepada publik," katanya.


Neta mengingatkan kalau Rizieq memiliki hak untuk kembali ke Tanah Air. Namun, aparat juga tak bisa melupakan kalau Rizieq masih mempunyai tunggakan sejumlah kasus-kasus yang belum rampung di Indonesia.


Sehingga, kata dia, Rizieq pun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum dan polisi segera menuntaskan perkara-perkara itu, "Agar kasus selesai, tuntas dan terang benderang," ucap dia.


Setidaknya, ada dua kasus Rizieq yang sudah diterbitkan SP3. Yakni, penghinaan terhadap Pancasila yang dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri pada Oktober 2016. Rizieq sempat ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.


Untuk kasus penghinaan Pancasila, Polda Jabar pada Mei 2018 mengkonfirmasi penghentian kasus tersebut.


Kemudian, Rizieq kasus dugaan penyebaran konten pornografi di Polda Metro Jaya juga telah disetop.


Namun demikian, beberapa kasus Rizieq yang belum jelas statusnya adalah saat ia memelesetkan ucapan salam bahasa sunda 'sampu rasun' menjadi 'campur racun'. Terakhir, Rizieq berstatus sebagai terlapor di Polda Jabar.


Rizieq juga tercatat memiliki kasus di Polda Metro Jaya. Pertama laporan oleh Forum Mahasiswa Pemuda Lintas Agama, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Student Peace Institute ke Polda Metro Jaya tahun 2016 lalu.


Laporan itu terkait ceramah Rizieq di Pondok Kelapa, Jakarta. Dalam ceramahnya itu, Rizieq mengatakan, "Kalau Tuhan beranak, terus bidannya siapa?".


Kemudian, di tahun 2017, Rizieq dilaporkan oleh sejumlah warga yang tergabung dalam Solidaritas Merah Putih. Laporan itu terkait dugaan penyebaran ujaran kebencian yang menyinggung suku, agama ras, antar kelompok (SARA) melalui media sosial. (gelora)


Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Padang (Sumatera Barat) di Desa Airdingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kototangah Padang (Foto: Sancanews.com)


Padang, SNC - Proyek pemasangan pondasi penghambat atau cek dam adalah bendungan kecil dengan konstruksi sederhana (urugan tanah atau batu), dibuat pada alur jurang atau sungai kecil di lahan Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Padang (Sumatera Barat) di Desa Airdingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Kototangah Padang dikerjakan oleh CV. Sikomber yang diduga dengan Tahun Anggaran 2019, kualitasnya diragukan..


Pasalnya, pemasanga pondasi atau cek dam Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Padang (Sumatera Barat) yang tidak menampilkan palang nama tersebut menurut pengakuan seorang pengawas lapangan ES, dikerjakan oleh CV. Sikomber dengan menelan ratusan juta itu disinyalir tidak sesuai dengan spesifikasi atau perencanaan teknis yang telah dibuat (RAB).


Sebelumnya beberapa Minggu lalu, saat bebincang dengan pengawas menyangkal dan bahkan mereka mengatakan pekerjaan yang dikerjaan tidak menyimpang dari aturan dan sesuai dengan RAB karena pekerjaan yang dikerjakan tersebut diawasi oleh pihak PU, “Kami mengerjakan dan mengambil pekerjaan di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang sudah sesuai dengan aturan dan tidak menyimpang dari yang di kerjakan,“ akunya Edi Sastra, saat menerima matrial timbunan di lokasi kerja.

Pondasi cekdam terindikasi tidak pakai lantai kerja


Menyangkut hal ini, ketika pihak Kabid PU kota Padang, Fadel dikomfimasi di kantornya menanggapi dan merespon dengan baik karena setiap proyek yang menggunakan anggaran Negara sudah tentu diawasi agar pihak proyek dalam mengerjakan pekerjaan tidak menyimpang dari perjanjian kontrak yang dibuat tersebut. 


Namun demikian, menyangkut dengan pekerjaan di Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang yang dikerjakan oleh CV. Sikomber tidak ada, karena masa Covid-19 tidak ada pekerjaan, “Semenjak ada Covid-19, kami tidaka ada perkejaan,” tegasnya, Rabu (12/11/2020). 


Begitu juga dengan PU Provisi Sumbar mengatakan dengan hal yang sama karena Proyek Balai Monitoring Frekuensi Radio Kelas ll Padang yang terletak di Airdingin Kelurahan Balai Gadang tidak mengetahui, “Kami tidak ada mengerjakan proyek Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang yang di kerjakan CV. Sikomber,” Sebut pegawai PU Provinsi Sumbar yang tidak mau menyebutkan namanya.

Kepala pasangan pondasi hanya disiram dengan air acian. 


Pendapat Eri sebagai warga setempat yang juga telah melalang buana dalam perkejaan sebagai pekerja saat itu melihat ketidaksesuaian yang terlihat pada pemasangan batu pondasi (cekdam) sangat merugikan negara karena terindikasi pemborong (Kontraktor) sedang mencari untung besar sehingga negara mengalami kerugian karena dana yang digunakan berasal dari uang dikumpulkan dari pajak rakyat.

Menurutnya, sesuai dengan RAB, namun faktanya kontraktor pelaksana terkesan hanya sekedar menabur pasir di proyek yang baru dikerjakan itu, "Coba lihat pasir semen, diremas pakai tangan lansung hancur," timpalnya.



Selain itu, pemasangan batu pondasi penahan irigasi yang semestinya berfungsi menahan air ke lahan tanah malah tidak ada kekuatan dari pemasangan pondasi yang terindikasi tidak sesuai dengan speknya, "Batu pondasi yang dipasang disusun kurang matrial sehingga bolong," sebutnya.


Disisi lain, pihak mantan PPK Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang akan menuntut jika proyek yang kerjakan oleh CV. Sikomber ada penyimpangan di lapangan karena merugikan pihak Balai Monitoring Frekuensi Radio Kelas ll Padang. 


"Ya, kami meminta pelaksana proyek ini untuk memenuhi spesifikasi, jika tidak kami akan menuntut persoalan ini ke pihak yang bersangkutan," paparnya mantan PPK yang tidak ingin namanya disebutkan.

Pemasangan batu terindikasi kurang menggunakan adukan.


Terkait permasalahan proyek yang baru selesai satu Minggu itu, Kepala Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang (Sumatera Barat), Zainullah saat dikunjungi pada Senin (10/11/20) guna untuk dikonfirmasi soal masalah tersebut tidak ada di tempat, karena mengidap Covid, kini sedang dalam karantina, dan begitu pula dengan Hendri selaku PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang, juga mengalami nasib yang sama.


Menurut pantauan awak media, proyek tersebut tidak ada memasang plang nama yang disebut-sebut bernilai sekitar ratusan jutaan yang diduga penunjukan langsung (PL), dan kondisi perkerjaannya terkesan asal - asalan, sebab pondasi penahan irigasi yang semestinya menahan air ke lokasi lahan tanah terkesan asal jadi karena pekerjaan yang dikerjakan terndikasai tidak sesuai dengan spek karena pemasangan batu tampak tersusun kurang memakai semen. (iq/sanca)


Tonton Videonya: Pekerjaan Cekdam di Kantor Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas ll Padang yang disenyalir dikerjakan oleh CV. Sikomber





Padang, SNC - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumbar menindaklanjuti laporan salah seorang warga bernama Nanda Fazli terkait unggahan video di akun Instagram @andre_rosiade pada 1 November 2020.

 

Dalam video tersebut, Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar itu diduga melanggar aturan kampanye yakni menjanjikan dan/atau memberikan uang kepada pemilih di Kabupaten Sijunjung dan melaksanakan kampanye di tempat ibadah.

 

Perbuatan itu mengacu pada pasal 73 ayat (1) UU 10/2016 tentang Pilkada yaitu "Calon dan/atau Tim Kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggaraan pemilihan dan/atau pemilih", Serta Pasal 68 huruf j PKPU Tahun 2017 sebagaimana telah diubah dengan PKPU No 11 Tahun 2020.

 

Menanggapi hal itu, Komisioner Bawaslu Sumbar Elly Yanti mengatakan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti laporan dan mengingat kejadian tersebut terjadi di Kabupaten Sijunjung, maka laporan dilimpahkan ke Bawaslu setempat.

 

"Dari hasil putusan dalam rapat pleno yang diadakan Rabu (10/11) kemarin, maka laporan Ketua DPD Gerindra Sumbar Andre Rosiade tersebut diberikan kepada Bawaslu Kabupaten Sijunjung," ungkap Elly, seperti dialansir Harianhaluan.com.Kamis (12/11/2020).

 

Ditambahkannya, selanjutnya Bawaslu Sijunjung akan melakukan penelusuran. Kemudian hasil penelusuran tersebut dituangkan dalam hasil laporan pengawasan. "Kemudian perisitiwa itu akan menjadi temuan setelah syarat formil dan materialnya sudah lengkap," tandasnya.

 

Diberitahukan sebelumnya, pelapor mendatangi Bawaslu Sumbar untuk memberikan informasi terkait dengan adanya video Andre Rosiade telah melaksanakan agenda penyaluran bantuan di Masjid Taqwa Muaro Sijunjung yang diperkirakan dilaksanakan pada hari Sabtu (24/10/2020).

 

"Kita bisa melihat Instagram Andre Rosiade tanggal 1 November 2020 dan FB sekitar tanggal 2 November 2020. Di dalam sambutannya pada acara tersebut, sebagaimana video berdurasi 2 menit 20 detik yang diunggah pada media sosial Facebook dan Instagram atas nama Andre Rosiade yang menyatakan ”sebagai ketua DPD Gerindra insya Allah, ya, bertanggungjawab, ya, untuk mengawal Gubernur Sumatera Barat dari Gerindra dan Bupati Sijunjung dari Gerindra untuk menyelesaikan jalan...” tutur Nanda menirukan statemen Andre dalam video.(*)

 


Mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.



Jakarta, SNC - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo tidak hadir dalam pemberian penghargaan Bintang Mahaputera dan menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan alasan Gatot tidak menghadiri penghargaan tersebut pada Rabu (11/11/20)


Penganugerahan Bintang Mahaputera tersebut berlangsung pagi ini di Istana Kepresidenan dan Gatot tidak terlihat dan kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengungkapkan sekilas isi surat Gatot kepada Presiden Jokowi.


"Ya mungkin isinya ada beberapa yang beliau tidak setuju, mungkin kondisi COVID, harus banyak memberikan perhatian kepada TNI. Di suratnya seperti itu dan juga kepada bapak presiden... dan itu haknya beliau," kata Heru kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.


Heru menuturkan negara telah menjalankan kewajiban memberikan penghargaan bagi mantan menteri, mantan Kapolri, mantan Panglima TNI, dan mantan kepala staf. Dengan ketidakhadirannya, Gatot berarti tidak mendapat tanda jasa itu, "Tidak (dapat). Jadi kalau tidak hadir ya mungkin tanda jasanya diserahkan ke negara lagi," kata Heru.


Mengenai alasan lebih rinci tentang ketidakhadiran Gatot, Heru mengatakan hal itu akan dipaparkan Menko Polhukam Mahfud Md. "Detailnya nanti Pak Menko Polhukam sampaikan," sambungnya, dilansir detik.com Rabu (11/11/20)


Sebelumnya diberitakan, Gatot disebut sudah mengambil undangan penganugerahan Bintang Mahaputera ini. Kemarin, Gatot juga disebut bersedia menerima penghargaan ini, namun nyatanya, hari ini Gatot tidak menghadiri penganugerahan penghargaan itu.


Judul dan sebagian isi berita diubah pada pukul 11.05 WIB setelah Menkopolhukam Mahfud MD menjelaskan bahwa Gatot Nurmantyo tetap menerima tanda kehormatan dari Jokowi namun tidak bisa hadir langsung di Istana.


Penjelasan Mahfud Md

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, telah menyatakan kesediaan untuk menerima Bintang Mahaputera dari Presiden Jokowi meskipun tidak hadir dalam penganugerahan di Istana. Mahfud menyebut Gatot tidak hadir karena sejumlah alasan.


"Presiden pada hari ini telah secara resmi menyerahkan Bintang Mahaputera dan Bintang Jasa kepada sekian banyak orang tadi, dari sekian yang dianugerahi Bintang Mahaputera tadi yaitu bapak Gatot Nurmantyo. Tapi dalam suratnya Pak Gatot Nurmantyo itu menyatakan menerima pemberian bintang jasa ini tetapi beliau tidak bisa hadir karena beberapa alasan, pertama karena ini suasana COVID," kata Mahfud dalam video yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (11/11/2020).


Mahfud mengatakan justru karena alasan pandemi COVID-19, penganugerahan digelar dalam dua sesi. Sehingga, kata Mahfud, acara bisa dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan menghindari penularan COVID-19.


"Ya justru karena suasana COVID disepakati pada bulan Agustus itu dulu dipecah dua ya, yang separuh bulan Agustus yang separuh sekarang sehingga suasana terpenuhi standarnya," ujar dia.


Meski tak hadir di Istana, kata Mahfud, Gatot tetap akan menerima penghargaan Bintang Mahaputera. Penghargaan tersebut akan dikirim lewat Sekretaris Militer.


"Oh iya nanti dikirim lagi melalui Sekretaris Militer, beliau kan mengatakan di sini beliau menyatakan menerima ini sehingga, hanya tidak bisa hadir penyematannya," tutur dia. (sanca)


Viral video rombongan tentara menuju bandara amankan Habib Rizieq dan bertakbir. [@JIMsihombing / Twitter]


Jakarta, SNC - Anggota Kompi A Yonzikon Kodam Jaya, Kopda Asyari Tri Yudha yang merekam video dan takbir saat menjalankan tugas mengamankan kedatangan Habib Rizieq dijatuhi sanksi dan sanksi ini didasarkan pada aturan hukum disiplin militer.


Beberapa jam menjelang kepulangannya, beredar sejumlah video mengenai pengamanan yang dilakukan aparat TNI dan Polri berjumlah ratusan personel di Bandara Soekarno Hatta.


Selain itu muncul pula video perjalanan para personel TNI yang menggunakan truk disertai pernyataan seseorang yang menggemakan takbir.


Ini seperti yang dibagikan oleh akun @JIMsihombing. Lewat video yang diunggahnya itu ia pun meminta klarifikasi mengenai informasi yang disampaikan di video tersebut


"Ga salah dengar nih? @DivHumas_Polri @CCICPolri @Puspen_TNI @Dennysiregar7 @digeeembokASLI @HMSoeharto1921," tulisnya.


Dalam video tersebut tampak sejumlah tentara berbaret hijau tengah menaiki truk yang tengah berjalan.


Di antara rombongan tersebut muncul suara yang menyebut sedang dalam perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta. Tak hanya itu suara tersebut juga menyebut kami bersamamu Imam Besar Habib Rizieq Shihab disertai dengan pekikan takbir.


"On the Way Bandara. Persiapan pengamanan Imam Besar Habib Rizieq Shihab. Kami Bersamamu Imam Besar Habib Rizieq Shihab, takbir, Allahu Akbar!"


Video itu pun mencuri perhatian netizen. Tak sedikit yang sangsi terhadap kebenaran video itu, "Dubbing ini mah. Diduga kuat begitu, liat aja semua tanpa reaksi," kata Prasetya.


"Dubbing, perlu diusut pelakunya," kata Gregorius.


"Dubbingnya kasar banget...dan ngawur, itu kan bawah rel kampung melayu..bukan arah bandara," ungkap NKRI Saklawase.


"Baru tahu kalau itu arah ke bandara, ini kan arah dari kampung melayu menuju ke pasar senen. Anggap aja video lucu2an..halu," kata Dwi oktariyadi.


"Nah lo..perlu diusut dengan dubbing kek gini segitunya pengen dianggep tp nggak nyadar melecehkan kesatuan @Puspen_TNI," kata Zhibung.


"Dubbing? lihat reaksi yang lain anteng aja. Perlu diusut oleh TNI pembuat video dan penyebarnya," tambah Akunto. (suara)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.