Latest Post

Pimpinan Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya Ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani


Tasikmalaya, SNC - Pihak Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya kurang puas dengan keputusan polisi melimpahkan kasus Denny Siregar dari Polresta Tasikmalaya ke Polda Jawa Barat (Jabar). Sebab, massa umat Islam pada pihak pesantren ingin Denny dibawa dan diperiksa di Tasikmalaya.

"Kurang puas. Dari awal ingin pemeriksaan di sini, akhirnya dilimpah ke Polda dengan berbagai alasan," kata Pimpinan Pesantren Tahfidz Quran Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, Ustaz Ahmad Ruslan Abdul Gani, seperti diwartakan republika, Jumat (7/8).

Menurut dia, pihak pesantren sudah mengikuti seluruh proses, mulai dari melapor hingga mendatangkan saksi. Terakhir, permintaan polisi untuk mendatangkan saksi dari orang tua santri juga telah dipenuhi.

Untuk mendatangkan permintaan saksi terkahir dari polisi, Ruslan menjelaskan, pesantren harus memanggil orang tua santri yang berasal dari Blora, Jawa Tengah. Karena itu, meski proses penyelidikan lanjutan akan dilakukan di Polda Jabar, ia tak ingin ada alasan lagi dari polisi untuk tak memanggil Denny Siregar.

"Apabila setalah ini tak ada juga pemanggilan Denny Siregar di Polda Jabar, kita akan bergerak lagi dengan umat yang lebih banyak. Kita dukung polisi mengungkap tuntas kasus ini," kata dia.

Sebelumnya, Kapolresta Tasikmalaya, AKBP Anom Karibianto mengatakan, ada beberapa pertimbangan pelimpahan perkara itu ke Polda Jabar. Salah satu alasannya untuk memudahkan pemeriksaan saksi lainnya.

"Kasus ini ada beberapa tempat kejadian. Untuk mempermudah penanganan dan memeriksa saksi ahli lainnya, kita dilimpahan ke Polda," kata dia.

Ia menambahkan, pemeriksaan awal memang sengaja dilakukan di Polresta Tasikmalaya. Hal itu dilakukan untuk mempermudah memeriksa saksi dari pihak pelapor, yang rata-rata berdomisili di Tasikmalaya.

Namun, saat ini keterangan saksi pelapor telah dianggap cukup. Selanjutnya, polisi harus melengkapi dari keterangan saksi ahli. Karena itu, kasus dilimpahkan ke Polda Jabar.

Kendati demikian, Anom mengatakan proses penyelidikan terhadap kasus itu masih terus dilakukan pihak kepolisian. Dalam pertemuan dengan perwakilan organisasi masyarakat (ormas) dengan pihak kepolisian, Kapolres juga memastikan kasus itu masih terus berjalan.

"Intinya kasus masih berjalan. Nanti Polda Jabar yang akan melengkapi pemeriksaannya," kata dia. (*)


Prabowo Subianto/Net

Jakarta, SNC - Pegiat media sosial Jonru Ginting meretweet cuitan lawas Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Jonru mengatakan, postingan Prabowo Subianto pada tahun 2013 itu sudah terbukti saat ini.

“Tweet ini sekarang terbukti,” kata Jonru, meretweet cuitan lawas Prabowo.

Dalam postingan itu, Prabowo menyebut seribu harimau dipimpin kambaing akan mengembek semua.

“Seribu kambing dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau dipimpin kambing akan embeeeek semua,” kata Prabowo dalam cuitannya pada 5 Oktober 2013.

Seperti diketahui, Prabowo Subianto kerap dipanggil oleh pendukungnya sebagai ‘Macan Asia’.

Namun setelah bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan diberi jabatan Menteri Pertahanan, Prabowo dianggap tak layak lagi disebut ‘Macan Asia’.

Banyak pendukung Prabowo yang kecewa dengan keputusan tersebut, terutama dari kelompok Islam, seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni 212.

Banyak ditinggalkan sebagian pendukungnya, Prabowo tetap dianggap sebagai salah satu kandidat calon presiden terkuat pada 2024 mendatang.

Setidaknya sudah ada enam lembaga survei yang menyebut Prabowo memiliki kans untuk memenangkan Pilpres 2024.

Terbaru, lembaga survei Akurat Poll menyebut elektabilitas Prabowo tertinggi di antara kandidat capres lainnya.

Elektabilitas Prabowo 12,7 persen mengungguli Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas 5,2 persen dan Sandiaga Uno 3,9 persen.

“Pada tingkat elektabilitas terdapat 3 nama besar yang berurutan yakni Prabowo, disusul Anies Baswedan, Sandiaga Uno,” kata Direktur Akurat Poll Adlan Nawawi dalam rilisnya, Selasa, 4 Agustus 2020.[psid]

Menteri BUMN Erick Thohir/Net


Jakarta, SNC – Erick Thohir, sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, enggan menjadi sukarelawan untuk fase ketiga uji klinis vaksin Covid-19. Dia beralasan, sebagai pemimpin, tidak etis dia mendapat imunisasi vaksin pertama kali.

"Bukannya takut. Tapi lebih baik relawan yang sesuai dengan prototipe yang dicari. Meski pingin disuntik, tapi rakyat dulu. Kami sebagai pemimpin belakangan," kata Menteri BUMN itu dalam wawancara virtual, Jumat, 7 Agustus 2020.

Erick mengatakan, Juru Bicara Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, bersedia menjadi relawan tersebut. "Jubir saya, dia mau," kata Erick.

Meski demikian, Erick menjamin uji coba tersebut sangat aman dan masuk kategori produk halal walau pengembangannya menggandeng perusahaan asal Tiongkok, Sinovac Biotech Ltd.

Hingga akhir Agustus, Bio Farma mencari 1.620 relawan yang bersedia disuntik dengan vaksin Sinovac. Jika berhasil, Bio Farma akan memproduksinya secara berkala.

Ihwal uji klinis tersebut, Erick meyakinkan bahwa calon vaksin itu aman. Apalagi, ia menduga vaksin keluaran Sinovac ini pada uji klinis tahap pertama dan keduanya telah diujicobakan ke manusia.

Pemerintah menargetkan imunisasi vaksin Covid-19 akan dilaksanakan pada kuartal pertama 2021. Seandainya vaksin Sinovac berhasil, sebanyak 40 juta dosis diperkirakan dapat langsung disuntikkan ke masyarakat secara bertahap pada Januari-Februari tahun depan.

Adapun Erick menyatakan tiap-tiap orang butuh diimunisasi sebanyak dua kali. Bila ada 190 juta penduduk yang akan diimunisasi, berarti pemerintah membutuhkan 380 juta dosis vaksin. (sanca).



Jakarta, SNC – Kisah pilu para tenaga medis yang berjuang dalam menyelamatkan pasien Covid-19 kembali terkuak. Kali ini terjadi pada ratusan dokter residen di RSUP Kandou Manado, Sulawesi Utara yang terpaksa memilih untuk beristirahat dalam melayani pasien Covid-19.

Mereka terpaksa harus rehat lantaran tengah kesulitan dalam membiayai uang kuliah tunggal (UKT) karena pandemik Covid-19. Dokter residen sendiri merupakan seorang dokter yang tengah menjalani pendidikan untuk menjadi dokter spesialis.

Adanya dokter yang kesulitan secara finansial itu pun menjadi kabar yang mengagetkan bagi Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid. Sebab, fakta tersebut berbanding terbalik dengan janji yang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo yang menganggarkan insentif bagi tenaga medis yang berjuang di pandemik Covid-19.

"Lho kok bisa? Bukankah pada 22/3/2020 Presiden Jokowi sudah janjikan kepada dokter dan tenaga kesehatan untuk diberi bonus, insentif bulanan maksimal Rp 15 juta?!" tanya Hidayat Nur Wahid di akun Twitter pribadinya, Kamis (6/8).

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera ini mempertanyakan keseriusan pemerintah yang sempat memberi janji manis kepada para pejuang kesehatan.

Sebab bila pemerintah benar-benar serius terhadap perhatiannya kepada para dokter dan tenaga medis, maka 'protes' para tenaga medis tak terjadi.

"Apakah janji itu belum ditunaikan juga? Padahal kalau sejak dulu direalisasikan, tentu akan cukup untuk bayar SPP-nya dokter-dokter residen," tandasnya. (*)

Pelaku pembunuhan anak kandung ditangkap polisi/Net


Kupang, SNC - Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur menangkap seorang pria bernama Andreas Pati Jumat (25) yang diduga telah menghabisi nyawa dua anak kandungnya sendiri yang masih berusia balita di Desa Balaweling Niten, Kecamatan Witihama Pulau Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kapolres Flores Timur I Gustu Putu Suka Arsa saat dihubungi dari Kupang, Kamis(6/8), mengatakan bahwa dua balita yang dihabisi oleh ayahnya sendiri itu masing-masing masih berusia tiga tahun dan dua tahun.

“Sudah kami amankan kemarin dan langsung kita tahan,” katanya seperti diwartakan wartakota

Kepolisian Resor (Polres) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengungkapkan motif pelaku menghabisi dua anak berinisial YBO (3) dan ABD (2) yang dilakukan Andreas Pati Jumat (25) selaku ayah kandung mereka di Desa Balaweling Noten, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, pada Selasa (4/8) dipicu masalah kesulitan ekonomi.

“Dari hasil pemeriksaan kami, motif ekonomi dan kebutuhan hidup yang sulit jadi alasan tersangka ‘memb unuh’ kedua anaknya,” kata Kepala Satuan Intel Polres Flores Timur, Iptu I Wayan Pasek Sujana, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat (7/8).

Ia mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, tersangka mengungkapkan bahwa dirinya nekat menghabisi nyawa dua anak kandungnya karena tidak sanggup membiayai hidup mereka.

Selain itu, tersangka juga mengalami stres setelah ditinggal isterinya yang merantau ke luar negeri, katanya.

“Masalah yang dihadapi ini yang membuat pelaku nekat memb unuh kedua anaknya menggunakan pisau yang sudah disiapkan,” katanya. (*)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.