Latest Post

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono


JAKARTA, SANCANEWS.COM - Laporan dari anggota DPD RI Fahira Idris tentang meme Gubernur Anies Baswedan dengan wajah Joker telah diterima oleh Polda Metro Jaya dan Polda Metro akan segera menindaklanjuti kasus ini untuk memanggil Ade Armando sebagaimana dilaporkan.

Argo menyampaikan, ketika penyelidikan dibutuhkan keterangan dari pelapor atau dilaporkan. akan memanggil saksi atas laporan Fahira Idris.

"Masih dalam penyelidikan untuk diklarifikasi dengan pelapor dan saksi-saksi," kata Argo kepada wartawan, Sabtu (2/11/2019).

Laporan polisi itu tertuang pada nomor LP/7057/XI/2019/PMJ/Dit. Reskrimsus dengan pelapor Fahira sendiri dan terlapor Ade Armando. Pasal yang dilaporkan terkait larangan mengubah terhadap bentuk dokumen elektronik dan/atau informasi elektronik yang tertuang pada Pasal 32 ayat 1 juncto Pasal 48 ayat 1 UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE.

Diketahui, Fahira Idris melaporkan Ade Armando ke Polda Metro Jaya karena mem-posting meme berupa foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan riasan wajah tokoh fiksi Joker ke Facebook.

"Saya hari ini ke Polda Metro Jaya untuk melaporkan Saudara Ade Armando karena saya tadi pagi jam 11.00 WIB di kantor saya di DPD RI di Senayan saya sangat-sangat terkejut dan merasa tersinggung sebagai warga DKI Jakarta dan ternyata memang banyak sekali yang tersinggung," kata Fahira di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

Melihat perlakuan dari seseorang yang dilaporkan, Fahira merasa tersinggung karena foto Gubernur DKI Jakarta diedit dengan riasan Joker dan disebarkan di media sosial. Ada pula narasi-narasi yang mengandung ujaran kebencian dalam posting-an Ade Armando itu.

"Ini bisa dilihat ada di FB Ade Armando, ini adalah Gubernur DKI Jakarta yang sedang memakai busana resminya dia, pelantikannya dia dan ini milik Pemprov, milik publik, diubah seperti Joker dengan kata-kata atau narasi yang mengarah pada pencemaran nama baik," kata Fahira. (sanca)



(Picture of the week!)

Oleh: Hersubeno Arief

SANCANEWS.COM - Foto Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh berpelukan erat dengan Presiden PKS M Sohibul Iman,  layak dinobatkan sebagai “Foto pilihan pekan ini.”

Foto keduanya dalam pose berpelukan ala teletubbies,  beredar secara cepat di medsos. Lengkap dengan berbagai komentar.

Komentar yang muncul kebanyakan mengundang senyum. Ada juga yang membuat meme.

Foto itu disandingkan dengan foto Prabowo sedang berwelfie ria  bersama Megawati dan Puan Maharani. Captionnya: Cinta yang tertukar!

Secara visual,  foto yang diabadikan ketika Surya Paloh berkunjung ke kantor DPP PKS itu memang sangat kuat. Apalagi tafsir politiknya. Jauh lebih menarik dan multi tafsir.

PKS adalah satu-satunya partai yang sejak awal menyatakan oposisi terhadap Jokowi. Sementara Nasdem partai pendukung Jokowi yang berkali-kali menyatakan siap menjadi oposisi. Walau akhirnya tetap masuk kabinet, dan menempatkan tiga orang menteri.

Dari sisi posisioning, secara politis keduanya berada dalam kubu berseberangan. Sebelumnya sulit membayangkan mereka akan berpeluk-ria, apalagi sampai membuat beberapa kesepakatan.

Tapi itulah fenomena politik kontemporer Indonesia. Tempat adagium bahwa politik sebagai the art of possibility benar-benar diterapkan.

Kemungkinannya bahkan jauh melampaui apa yang dapat kita bayangkan. Beyond our imagination.

Prabowo saja bisa masuk kabinet Jokowi dan menjadi Menhan. Mengapa pula Surya Paloh dan Sohibul Iman tidak bisa berpeluk-mesra dan membuat blok baru oposisi?

(Gak perlu baper)

Pertemuan antara Surya Paloh dan Sohibul Iman ini kian menyadarkan kita,  jangan terlalu baper dalam melihat politik Indonesia. Ojo kagetan. Ojo gumunan.

Dengan begitu kita tidak perlu kaget, marah, apalagi sakit hati ketika tiba-tiba tokoh atau partai yang kita dukung berubah haluan di tengah jalan.
Woles saja. Namanya juga politisi.

Mari kita simak beberapa fakta dan fenomena berikut ini:

Pertama, batas antara penguasa dan oposisi sangat kabur. Bisa saja oposisi kemudian bergabung dengan penguasa.

Sebaliknya yang berada dalam pemerintahan karena kepentingannya kurang/tidak  terakomodasi, berancang-ancang  menjadi oposisi.

Kedua, karena adanya kepentingan yang sama, pemerintah dan oposisi bisa saling bahu membahu dan saling mendukung. Tidak peduli suara pemilih, suara rakyat.

Pengesahan UU KPK adalah contoh nyata. Semua fraksi di DPR sepakat mendukung,  kendati mendapat perlawanan keras dari masyarakat, mahasiswa dan pelajar.

Imbalannya semua fraksi mendapat jatah kursi wakil ketua MPR, termasuk PKS. Caranya dengan mengubah Pasal 15 UU Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3).

Ketiga, kabinet besar dan gemuk Jokowi berpotensi pecah di tengah jalan.

Kabinet yang dimaksudkan membuat semua happy, “disini senang, disana senang,” berubah menjadi “disini senang, disana berang.”

Banyak yang tidak puas dengan pembagian jatah kursi di kabinet. Nasdem sudah menyatakan secara terbuka. Mereka keberatan dengan masuknya Gerindra, apalagi mendapat pos penting sebagai Menhan.

Keempat, Jokowi tampaknya harus sudah bersiap-siap menghadapi oposisi yang cukup kuat di DPR, termasuk dari partai pengusungnya.

Nasdem sudah mengisyaratkan kemungkinan akan menjalin kerjasama dengan PKS di DPR. PDIP juga tampaknya tidak puas dengan pembagian jatah kursi di kabinet. Apalagi Luhut Panjaitan ternyata masih berperan besar di pemerintahan.

Bukan tidak mungkin PDIP juga akan menjadi oposisi terhadap beberapa kebijakan pemerintah.

Oposisi di DPR akan kian besar dengan tidak diakomodasinya PAN dan Demokrat di kabinet.

Kelima, tiga tahun, atau paling lambat dua tahun jelang Pemilu  2024  sudah mulai terbentuk konfigurasi kekuatan politik baru. 

Parpol pendukung Jokowi bisa bubar jalan, atau setidaknya mulai mencari jagoan masing-masing.

Pertemuan PKS dan Nasdem bisa menjadi indikator mulai terbentuknya embrio baru koalisi parpol pada Pilpres 2024.

Pertemuan ini bisa dilihat sebagai sebuah lanjutan dari  pertemuan Surya Paloh dengan Gubernur DKI Anies Baswedan beberapa waktu lalu.

Waktu dan kepentingan politik akan menentukan apakah kemesraan ala teletubbies itu berlanjut sampai 2024, atau hanya manuver sesaat.

Publik pasti belum lupa bagaimana Prabowo dan Surya Paloh juga baku rangkul menjelang pembentukan kabinet.

Saat itu Surya menyatakan kepentingan negara di atas kepentingan parpol. Ternyata Nasdem menyabot kursi Menteri Pertanian yang sudah lama diincar Gerindra.

Sebaliknya Gerindra yang mematok harga mati kursi Mentan, tetap bersedia masuk kabinet dengan kompensasi kursi Menteri Kelautan dan Perikanan. end




# GR-Group UAH

 
Jenazah Ketua Genk Motor yang di Door Polisi
JAKARTA BARAT, SANCA NEWS.COM - Ketua Geng Motor Independen tewas ditembak polisi akibat melawan petugas saat akan ditangkap. Tersangka yang diketahui berinisial J alias NY (32) merupakan TO yang melakukan pencurian dengan kekerasan terhadap korbannya Ruslan yang terjadi di Jalan Utan Jati / Kp. Tebaci Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Kapolsek Kalideres Polres Metro Jakarta Barat AKP Indra Maulana Syaputra, SH.SIK mengungkapkan, kejadian terjadi pada Jumat, 01 November 2019 pukul 03.30 Wib dini hari.

Sebelumnya pada hari Minggu, tanggal 20 Oktober 2019 pukul 01:30 Wib, tersangka J als NY selaku ketua geng motor independen bersama-sama dengan tersangka lainnya dan puluhan anggota geng motor independen dari Tangerang berkeliling menggunakan sekitar 30 sepeda motor berboncengan 2 dan 3 dan pada umumnya membawa sajam untuk mencari sasaran yang sepeda motornya bisa dirampas.





“Pada pukul 01.45 Wib, ketika melintas di Jalan Peta Selatan, tersangka dan gerombolan lainnya mencegat korban sambil tersangka mengacungkan cleurit sehingga korban takut dan menjatuhkan sepeda motornya dan ditinggal kabur yang kemudian diambil oleh tersangka “ungkap AKP Indra, Jumat (01/11).


Indra menambahkan dari hasil pemeriksaan ke enam pelaku diantaranya RA, Na, PB, SY, Ed dan J alias NY yg merupakan ketua geng motor tersebut dan rekan lainnya yang berhasil diamankan positif menggunakan narkoba jenis ganja dan dari keterangan pelaku sisa dari hasil kejahatan di pergunakan pelaku untuk membeli narkoba jenis ganja.

Sementara Kanit Reskrim Polsek Kalideres AKP Syafri Wasdar, SH. menjelaskan, Setelah berhasil, kemudian tersangka dan gerombolannya bergerak menuju Rs. Mitra Keluarga Kalideres.




Barang bukti hasil sitaan

Di depan RS. Mitra Keluarga, tersangka dan gerombolannya kembali mencegat 2 pengemudi sepeda motor ( Abdullah dan Neneng Hasanah) sambil tersangka mengavungkan celurit hingga kedua korban takut dan kabur meninggalkan sepeda motor yang kemudian diambil tersangka dkk.

Setelah adanya kejadian tersebut, ketiga korban membuat laporan di Polsek Kalideres, kemudian dilakukan penyelidikan didapat informasi dan petunjuk bahwa pelakunya adalah Geng motor independen yang dipimpin oleh J alias NY yg tinggal diperkampungan Bedeng, Cengkareng.

“Kita berhasil mengamankan 5 pelaku di salah satu Warnet di daerah Bedeng Cengkareng dan menyita 1 unit sepeda motor merek Honda Vario putih milik korban RUSLAN HS, sedangkan 2 unit sepeda motor hasil kejahatan lainnya sudah dijual,” tambahnya Syafri.

Masih dikatakannya, dari keterangan kelima pelaku yang tertangkap mengaku dalam aksi tersebut tersebut, dipimpin/dikomandoi oleh tersangka J alias NY

Tim Buser mendapat informasi bahwa tersangka J yang menjadi TO sedang berkeliling naik sepeda motor Vario warna putih di sekitar Jalam Utan Jati,Tebaci, Kalideres.Team bergerak ke lokasi dan melihat target sedang naik sepeda motor.

Ketika dilakukan penangkapan, tersangka melakukan perlawanan dengan mengeluarkan clurit panjang. Karena merasa terancam, anggota melakukan tindakan tegas dengan mengeluarkan tembakan peringatan sebanyak 2 kali.

Namun tersangka tidak menyerah dan menyerang hingga akhirnya dilakukan tindakan tegas dan mengenai dada sebelah kiri.

“Tersangka roboh, lalu dilarikan ke RS Polri Kramat Jati, namun setelah tiba di RS, dokter menyatakan tersangka sudah Meninggal dunia,” imbuhnya. (Sanca/Sotarduga)





JAKARTA, SANCANEWS.COM - Proses Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di wilayah Pulau Harapan, Kepulauan Seribu Utara mengalami kemajuan yang positif. Pembangunan yang berada di RT 001/01 tersebut tercatat sudah hingga kini sudah capai 40 persen dan dengan ditargetkan rampung pada pertengahan Desember 2019. Kamis (31/10/2019).

Menurut Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Kepulauan Seribu, Mustajab mengatakan, pekerjaan pembangunan IPAL sudah dimulai sejak 5 Agustus 2019 oleh PT Cahaya Mas Cemerlang. “Pembangunan ini untuk mengelola limbah menjadi air yang bisa digunakan penduduk. Mudah-mudahan 15 Desember mendatang sudah rampung, sehingga dapat digunakan bagi 500 unit rumah warga," ujar Mustajab.

Mustajab menjelaskan, untuk pembangunan IPAL tersebut, pihaknya menganggarkan sekitar Rp 12,9 miliar, yang berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah atau DPA-SKPD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Sejauh ini, progres terlihat penyambungan pipa saluran ke rumah-rumah warga. Total untuk 2 RW itu sebanyak 500 unit," tuturnya.

Sementara itu, Sekertaris Kelurahan Pulau Harapan, Irfan Damanhuri menambahkan, semoga dengan adanya IPAL di Pulau Harapan, menjadi hal positif baik untuk kebutuhan warga dan wisatawan.

"Dengan adanya IPAL berati limbah rumah tangga ini, nantinya tidak langsung terbuang ke laut, tapi diolah untuk menjadi lebih bersih sehingga tidak mencemari air laut," tandasnya. (sanca/humas)




JAKARTA, SANCANEWS.COM -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata punya keinginan untuk membiarkan demonstrasi berjalan tanpa penjagaan aparat keamanan. Keinginan presiden tersebut diungkapkan Kepala Staf Presiden Moeldoko di istana, Rabu (30/10).

Moeldoko menanggapi pertanyaan wartawan tentang anggapan masyarakat bahwa pemerintah terkesan membatasi kebebasan berpendapat. "Tadi presiden mengatakan, coba sekali-sekali perlu (agar) polisi tidak perlu jaga itu demo. Ini maknanya apa? Presiden sangat peduli soal itu (kebebasan berpendapat)," jelas Moeldoko. 

Namun, makna dari 'tidak dijaga' ternyata bukan sepenuhnya tak ada aparat keamanan. Moeldoko menjelaskan, tanpa penjagaan bisa saja berarti tidak adanya kawat berduri, tetapi polisi tetap berjaga dari jauh. 

"Menjauh aja aparatnya, kita perlu coba itu. Begitu anarkis baru kita datang," kata Moeldoko. 

Pada prinsipnya, Moeldoko menyebut, ada niatan Presiden Jokowi agar pengamanan demonstrasi ke depan tidak seketat yang sudah-sudah. Moeldoko pun menanggapi positif keinginan Jokowi.

Menurutnya, ide untuk merenggangkan pengamanan demonstrasi perlu dilakukan. "Perlu kita coba, jangan kita pakai cara-cara lama. Makanya waktu di Bawaslu kemarin saya sudah meminta kepada polisi, jangan kontak langsung," kata Moeldoko. 

Kendati demikian, pihak istana belum menyampaikan keingiann Jokowi ini kepada pelaksana tugas (Plt) Kapolri Ari Dono. Pengurangan tingkat pengamanan pun, ujar Moeldoko, tetap harus didiskusikan dengan komandan lapangan. 

"Ya mungkin ada cara baru yang perlu dikembangkan," kata Moeldoko. 

Dilansir Republika.co.id sebelumnya, Moeldoko juga menanggapi opini di masyarakat yang menilai pemerintahan Jokowi mengekang kebebasan berpendapat. Mantan Panglima TNI ini memandang, penyampaian pendapat tetap diizinkan sesuai jalurnya. Presiden pun, ujar Moeldoko tak pernah mengekang penyuaraan pendapat oleh semua pihak. (sanca)

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.