Latest Post

 
Koalisi Kawal Capim KPK menggelar konferensi pers di Kantor LBH Jakarta, Minggu (25/8)

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Koalisi Kawal Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) yang terdiri dari tujuh kelompok masyarakat sipil menilai Panitia Seleksi (Pansel) calon pimpinan lembaga antirasuah tutup kuping dari masukan masyarakat.

Kondisi ini disebabkan proses seleksi pimpinan KPK yang menyisakan berbagai persoalan serius.
Mulai dari tindakan atau pernyataan pansel, proses seleksi, hingga calon-calon yang tersisa hingga sejauh ini.

Perwakilan Koalisi Kawal Capim KPK Kurnia Ramadhana mencatat sejumlah hal yang dilakukan pansel selama proses pemilihan calon pimpinan.


“Pertama, pansel seakan tidak menghiraukan masukan dari berbagai elemen masyarakat. Respons yang diberikan oleh pansel acapkali negatif dan defensif padahal penyikapan atas langkah-langkah pansel dalam penyaringan pimpinan KPK. Bukan hanya oleh kalangan masyarakat sipil antikorupsi. Namun sudah mencakup perwakilan organisasi agama hingga mantan pimpinan KPK,” jelas Kurnia di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Minggu (25/8).

Hal lain, pada 25 Juni 2019 pansel menghembuskan isu radikalisme pada proses pemilihan pimpinan KPK.

Padahal, hal itu sama sekali tidak relevan. Karena seharusnya yang disuarakan oleh Pansel adalah aspek integritas.

“Posisi ini memperlihatkan keterbatasan pemahaman pansel akan konteks dan mandat KPK sebagai penegak hukum,” imbuhnya.


Selanjutnya ada sejumlah penegak hukum aktif menjadi pimpinan KPK. Pada 26 Juni 2019 Koalisi mencatat pansel menyebutkan bahwa lebih baik pimpinan KPK ke depan berasal dari unsur penegak hukum.

Alasan pansel, lantaran penegak hukum dipandang lebih berpengalaman dalam isu pemberantasan korupsi.

Meski logika tersebut dinilai keliru karena seakan pansel tidak paham dengan original intens pembentukan KPK. (Dkn).



Kutipan dari Tribun

 
Tower Sound system yang roboh di Lapangan Chatib Soelaiman



PADANG PANJANG, SANCA NEWS.COM - Tower penyangga sound system yang tengah dipasang di lapangan bola Gedung Olah Raga (GOR) Khatib Sulaiman, Bancah Laweh Kota Padang Panjang, roboh. Kejadian itu mengakibatkan satu orang tewas dan empat lainnya mengalami luka serius.


Sound system tersebut rencananya akan dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan Kemah Budaya Nasional (KBN), mulai 26 hingga 30 Agustus mendatang.


"Ada satu korban yang meninggal. Empat orang luka-luka. Dua anak sekolah, dua orang lagi guru pendamping," terang Kapolsek Padang Panjang AKP Yuhendri kepada Sanca News, Minggu (25/8) siang.


Saat kejadian tower sound system tersebut roboh, sejumlah murid SD sedang menjalani latihan geladi resik untuk acara pembukaan Kemah Budaya Nasional, yang akan dimulai pada Senin (26/8) besok.


"Anak-anak itu sedang latihan untuk pembukaan acara besok. Petugas sound system sedang melakukan pemasangan tower. Tower-nya tiba-tiba roboh dan menimpa anak-anak," kata Yuhendri.


Akibat kejadian itu, Rara Rizkyatul Hanif (12), murid SD Negeri 03 Gunung Malintang, meninggal dunia tertimpa besi penyangga. Adapun empat orang lainnya menjadi korban luka-luka.


Keempat korban tersebut tercatat bernama Niesya Defina Putri dan Adina Raisa Claresta. Keduanya sama-sama murid SD Negeri 03 Gunung Malintang. Sedangkan dua korban lainnya adalah Tiara Afririani (28 tahun) dan Afrirona (27 tahun), masing-masing tercatat sebagai guru honorer dan staf tata usaha di sekolah yang sama.


"Keseluruhan korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan," kata dia.


Peristiwa robohnya tower sound system itu kini ditangani Polres Padang Panjang untuk penyelidikan lebih lanjut. (Donny).




PADANG, SANCANEWS.COM – Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang, mengamankan 12 orang pelajar yang diduga akan melakukan tawuran di Jembatan Taman Siswa, Alai Parak Kopi, Kecamatan Padang Utara, tiga orang diantaranya kedapatan menyimpan film dan gambar porno di handphonenya, Jum’at (23/8/2019) siang.

Salah seorang Siswa yang berpakaian putih abu-abu tersebut sempat mengelak ketika HP nya hendak di periksa petugas. "Itu saya gak tahu pak, itu Hp senior saya pak," ujar ZS sambil menahan tangis.

Sebanyak 12 orang pelajar yang diamankan, terdapat dua diantaranya pelajar SD kelas 6 dan satu orang Pelajar SMP kelas 9 pun turut diamankan petugas, yang juga sempat lari di kawasan tersebut.

Sesampainya di Mako Satpol PP Jalan Tan Malaka No 3 C Padang, Petugas memberikan hukuman jalan jongkok dan hukuman tambahan berupa push-up serta lari maraton di seputaran lingkungan Mako Satpol PP, Bagi pelajar yang kedapatan menyimpan video porno tersebut diperintahkan membacakan Pancasila, Selanjutnya seluruh pelajar tersebut diarahkan untuk melaksanakan sholat Ashar berjemaah di surau praja wibawa.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Padang, Al Amin mengatakan sebelum razia petugas mendapatkan laporan dari warga sekitar bahwa akan ada tauran yang akan dilakukan pelajar di seputaran tamsis, untuk mengatasi hal tersebut, petugas lapangan langsung di terjunkan ke lokasi.

Sempat terjadi aksi kejar-kejaran antara pelajar dan petugas di lokasi, alhasil sebanyak 12 orang pelajar diamankan, Untuk selanjutnya seluruh pelajar yang diamankan tersebut diserahkan kepada pihak sekolah.

"Kita akan lakukan pemanggilan terhadap pihak sekolah dan orang tua, agar bisa dilakukan pembinaan lebih lanjut di sekolah mereka masing-masing sekaligus menjemput para pelajar ini, Kita juga membuat surat pernyataan kepada pelajar untuk tidak mengulanginya lagi," ungkapnya. (Humas/Sanca)

Kepala Rumah Detensi Imigrasi Jakarta, Morina Harahap, SH, MM bersama dengan Staf



JAKARTA, SANCANEWS.COM - Rumah Detensi Imigrasi Jakarta berlokasi di Jalan Peta Selatan Kalideres, dipimpin oleh Morina Harahap.SH.MM. wanita cantik dari Sumatera Utara. Pada kesempatan ini ketika tim Sanca News diterima dengan baik dan penuh kekerabatan oleh Morina dan beberapa stafnya, mengadakan pertemuan (tatap muka) untuk memperkuat persahabatan dan komunikasi sebagai mitra. Jumat (23/8).

 

Dalam kehidupan sehari-harinya, informasi diterima dari rekan-rekannya di lapangan dan pengamatan lapangan, wanita ini terlihat ramah, sopan, mudah bergaul, rendah hati, dan berdedikasi, yang membuat semua stafnya sangat menghormatinya.


Kepala Rumah Detensi Imigrasi Jakarta, Morina Harahap, SH, MM beserta Staff dan Crew Sanca News


Morina, panggilan akrabnya, selain sopan, juga memiliki karisma tinggi yang didukung oleh pendidikan formal yang berkualitas, sehingga layak disebut Kartini hari ini.

 

"Alhamdulillah, karena saya dipercaya oleh pimpinan untuk melaksanakan tugas saya di sini, selama dua tahun hingga hari ini tidak ada lagi keributan atau gesekan di antara mereka," katanya.

 

Ketika diwawancarai secara langsung, Morina menyebutkan bahwa Rumah Detensi Imigrasi Jakarta memiliki moto yang tulus, tegas dan berintegritas tinggi, karena moto ini dapat memberikan contoh peringkat terbaik untuk berurusan dengan orang asing yang mengalami masalah.

 

"Bagi saya, hal terpenting dalam menjalankan tugas saya adalah memiliki dedikasi dan integritas yang tinggi, kami memperlakukan mereka dengan baik dan memanusiakan manusia, terutama saya seorang ibu, oleh karena itu saya sering memperlakukan jajaran di sini sebagai keluarga saya sendiri, tetapi saya selalu memprioritaskan agar kita dapat menjalankan tugas dengan baik dan bertanggung jawab, baik kepada Negara dan yang maha kuasa. Insya Allah, jika melaksanakan tugas dengan amanah dan tanggung jawab, tidak peduli seberapa berat tugas atau tanggung jawab kita dapat melakukannya dengan tersenyum," sebutnya Morina.

 

Selain itu, menurut Morina, hingga hari ini ada 137 imigran dan staf yang telah mampu menjalaninya dengan baik.

 

"Kami dan staf sering bersosialisasi kepada masyarakat, baik siswa dan tokoh masyarakat tentang pengungsi, karena banyak dari masyarakat kami belum dapat membedakan antara pengungsi dan imigran sehingga banyak juga menyamakan status mereka," ungkap Morina Harahap, SH. MM ke Team Sanca  News. (tim)


Nurshobah Kasi Pemulihan di Dinas Sosial Pemprov DKI Jakarta


JAKARTA, SANCANEWS.COM - Pasca keributan pada Kamis (22-08-2019) tentang pengungsi di tempat penampungan sementara yang terletak di jalan Bedugul Kalideres Jakarta Barat, itu dimulai dengan masalah menyediakan distribusi makanan dan minuman yang tidak merata, menyebabkan pertengkaran di antara sesama imigran. Dalam insiden ini ada beberapa korban dengan luka ringan sampai kepala mereka bocor. Jumat (23/08).

 

Pada saat kejadian pihak Kepolisian langsung bertindak cepat melakukan pengamanan di wilayah kejadian sehingga keributan tersebut dapat diatasi, meskipun menurut informasi salah seorang pengungsi, pihak Kepolisian sempat menjadi korban pemukulan oleh seseorang dalam keributan tersebut.

 

Nurshobah Kasi Pemulihan di Dinas Sosial Pemprov DKI menyatakan, terhitung dari tanggal 31 juli 2019 kemaren sudah menghentikan bantuan makanan kepengungsi sesuai dengan arahan pimpinan, karena pertanggung jawaban penanganan pengungsi tidak berada di Pemprov DKI melainkan di UNHCR dan sesuai dengan Perpres nomor 125 tentang penanganan pengungsi, namun pertanggal 19 Agustus 2019 kemaren sampai 21 Agustus 2019 Pemprov kembali menyalurkan bantuan makanan karena pihak UNHCR tidak menyalurkan.

 

“Meskipun begitu Pemprov DKI tidak lepas tangan begitu saja, bahkan gedung yang digunakan untuk Penampungan Sementara ini adalah aset Pemprov, dan tanggal 31 Agustus 20 19 ini akan di kosongkan karena gedung ini belum memiliki sarana air juga listrik. Untuk penanganan pengungsi akan di tangani oleh Instansi terkait sesuai dengan Perpres nomor  125," jelasnya Nurshobah.

 

Masih menurut Nurshobah "Kita harapkan dari sinergitas Instansi terkait dalam penanganan pengungsi ini kita bisa dapatkan formula yang lebih baik lagi untuk penanganan pengungsi," pungkas Nurshobah. (Alizar)


SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.