Latest Post

Ilustrasi



JAKARTA - Permukiman padat penduduk di Menteng Atas Selatan III, Jakarta Selatan, ludes terbakar pada Minggu (4/8) malam.

Sekitar 50 rumah kontrakan di lokasi tersebut habis dilahap si jago merah.

Kepala Seksi Operasi Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan Sugeng mengatakan, penyebab kebakaran dari lilin yang dinyalakan oleh satu penghuni rumah saat keadaan mati listrik.

“Penyebabnya akibat Lilin,” ujar Sugeng dalam keterangannya, Senin (5/8).

Satu orang meninggal akibat kebakaran tersebut.

Belum diketahui identitas korban tewas tersebut.

Akibat kebakaran itu 350 warga harus mengungsi karena rumahnya habis terbakar.

Saat ini, warga mengungsi di RPTRA Kebon Sawo, Kelurahan Menteng Atas.

“350 jiwa mengungsi. Lokasi pengungsian di RPTRA Kebon Sawo, Kelurahan Menteng Atas,” pungkas Sugeng. (Sanca/Dkn).




JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Gempa berkekuatan magnitudo 6,9 di lepas pantai Banten pada Jumat 2 Agustus 2019 lalu turut terasa di Jakarta dan sekitarnya.

Berdasarkan laporan BMKG, gempa berpusat di Sumur, Banten. Gempa itu berpotensi tsunami, meski akhirnya peringatan tersebut telah dicabut oleh BMKG.

Tepatnya pada pukul 19.03 WIB, gempa tersebut mengakibatkan banyak orang keluar gedung dan bangunan untuk menyelamatkan diri.

Dari catatan sejarah, ibu kota Indonesia tersebut bukan pertama kali dilanda gempa. Tercatat ada sejumlah gempa besar yang melanda.

Encyclopedia of World Geography mencatat, Jakarta, seperti halnya mayoritas kota besar di Indonesia, dibangun di atas tanah relatif tak stabil. Meski jauh dari pusat gempa, kota seperti itu rentan guncangan. Tanah yang tak stabil itu membuat rambatan gempa jadi lebih hebat.

Sejumlah catatan sejarah menyebut, Jakarta pada masa lalu pernah "rata dengan tanah" akibat bencana. Berikut tiga gempa dahsyat yang pernah mengguncang Ibu Kota.

1. Gempa 1699


Pada 5 Januari 1699, Batavia yang tak lain cikal bakal Jakarta, diguncang gempa hebat.

"Lindu berlangsung sangat kencang dan kuat, tak pernah hal seperti itu terjadi sebelumnya. Guncangan berlangsung selama tiga perempat jam," seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.

Gempa tersebut merenggut setidaknya 28 nyawa manusia. Sebanyak 21 rumah dan 29 lumbung hancur.

Saat itu, Gunung Salak yang terletak di antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi meletus. Dari puncaknya setinggi dua ribu meter, gunung itu menyemburkan abu dan batu. Ribuan kubik lumpur muncrat. Puluhan ribu pohon tumbang, menyumbat aliran Sungai Ciliwung, membekap kali dan tanggul di Batavia.

Banjir lumpur tak terelakkan. Oud Batavia mendadak menjadi rawa.

Bencana itu dicatat Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya History of Java. "Gempa 1699 memuntahkan lumpur dari perut bumi. Lumpur itu menutup aliran sungai, menyebabkan kondisi lingkungan yang tak sehat kian parah."

Makalah Historical Evidence for Major Tsunamis in the Java Subduction Zone dari Asia Research Institute juga menggambarkan kejadian gempa itu. Pada 5 Januari 1699, Batavia mengalami gempa yang tak pernah terjadi sebelumnya, yang tak pernah dibayangkan.

Kala itu, sejumlah guncangan terjadi selama tiga perempat jam hingga satu jam dan juga beberapa hari sesudahnya. Dilaporkan 28 orang tewas, 49 gedung batu nan kokoh hancur, hampir semua rumah mengalami kerusakan.

Apa penyebab terjadinya gempa tak diketahui pasti. Diduga, pusat gempa saat itu ada di selatan Batavia, gempa seismik.

Akan tetapi, beberapa orang menghubung-hubungkannya dengan letusan Gunung Salak. Hingga saat ini apa penyebab pasti gempa kala itu masih jadi misteri.

2. Gempa 1834


Malam itu, 10 Oktober 1834, tanah beberapa kali bergetar di wilayah Batavia (Jakarta), Banten, Karawang, Buitenzorg (Bogor), dan Priangan.

Pagi harinya, giliran guncangan dahsyat terjadi. Saking kuatnya, getaran bahkan dirasakan hingga Tegal, Jawa Tengah dan Lampung di Sumatera.

Gempa tersebut merusak sejumlah rumah dan bangunan kokoh berdinding batu, termasuk sebuah istana di Weltevreden. Paleis van Daendels/Het Groot Huis, nama bangunan itu, kini menjadi Gedung Kementerian Keuangan RI.

Sejumlah gudang dan rumah juga rata dengan tanah, pun dengan bangunan berdinding batu di Cilangkap yang rusak sebagian.

"Guncangan tersebut diyakini sebagai gempa paling parah yang menimpa wilayah tersebut. Kepanikan meluas di Batavia, namun tak ada korban yang dilaporkan jatuh," seperti dikutip dari makalah Indonesia’s Historical Earthquakes dari Geoscience Australia.

Sementara itu, di Bogor, sebagian besar Buitenzorg Palace atau Istana Bogor runtuh. "Termasuk bagian utara bangunan utama. Pun dengan tembok luar sayap timur."

3. Gempa 2009


Gempa dengan kekuatan 7,3 skala Richter mengguncang Tasikmalaya pada Rabu, 2 September 2009 pukul 14.55 WIB.

Gempa tektonik tersebut terjadi akibat tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Lindu memicu kerusakan di sekitar episentrum.

Salah satu daerah terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur, di mana tanah longsor yang dipicu gempa menewaskan 40 orang.

Tak hanya di Jawa Barat, gedung-gedung tinggi di Jakarta yang berjarak 200 km dari pusat lindu-- pun bergoyang hebat karenanya. Ribuan orang di Ibu Kota berlarian keluar dari gedung-gedung tinggi juga pusat perbelanjaan.

"Saat itu, saya menuju ke ruang rapat. Saya langsung berlindung di bawah meja. Guncangan terjadi sekitar semenit. Sungguh menakutkan," kata Jonathan yang kala itu berada di lantai 28 sebuah gedung, seperti dikutip dari BBC.

"Rasanya seperti berada di dalam perahu di tengah air yang bergolak. Gedung bergoyang. Pintu-pintu terbuka dan tertutup, buku-buku berjatuhan dari rak," imbuh dia.

Setidaknya, 27 orang di Jakarta cedera akibat guncangan gempa itu.
Total, gempa mengakibatkan 80 orang meninggal dunia, 47 lainnya hilang, sementara 1.250 warga luka-luka. (Donny).



Dikutip dari berbagai sumber : Widikia, Liputan6

Dandim 0422 Lambar Letkot.Kav. Adri Nurcahyo kunjungi kawasan terdampak gempa.


LAMPUNG, SANCA NWS.COM – Pasca gempa TNI-Polri Lampung Barat kunjungi nelayan langsung ke lokasi gempa dan berdampak tsunami di wilayah Pesisir Barat, pada Sabtu (3/8)  sekitar pukuk 10.30 WIB.

Adapun lokasi yang dikunjungi adalah Perumahan Nelayan Pantai Pasar Ulu II Kel. Pasar Kota Krui Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Lampung.

Pada kesempatan itu, Dandim 0422 Lambar Letkot.Kav. Adri Nurcahyo, ST, didampingi Wakapolsek Pesisir Tengah Iptu. Rekson Syahrul, Babhinsa, Babhinkamtibmas Pesisir Tengah. Acara yang diadakan adalah  silaturahmi dan tatap muka dengan nelayan pasca Gempa, dengan pusat gempa di Sumur, Banten.

Dandim 0422 Lampung Barat menanyakan kepada nelayan apakah tadi malam ada tanda-tanda laut seperti tsunami di Krui, atau ada kerusakan rumah, perahu, dan sebagainya.

“Apabila ada kami diperintahkan untuk mendata kerusakan dan kerugian, dan kami wajib memberikan bantuan moril, tenaga, kepada masyarakat apabila ada kerusakan disebabkan dampak gempa,” kata Dandim. (Donny/Rmn).

Brigjen Rudi Setiawan. Mutasi Jenderal Polisi, Brigjen Rudi Setiawan Baru 2 Bulan Menjabat Wakapolda Lampung. 


LAMPUNG, SANCA NEWS.COM - Polri melakukan mutasi Jenderal Polisi, di mana satu di antaranya merupakan jenderal polisi di Polda Lampung.

Adapun, mutasi jenderal polisi  tersebut tertuang dalam telegram Kapolri Jenderal Tito Karnavian tertanggal 2 Agustus 2019.

Brigjen Rudi Setiawan dimutasi menjadi Wakapolda Sumatera Selatan (Sumsel).

Padahal, ia baru sekitar 2 bulan menjabat sebagai Wakapolda Lampung.

Apa saja kesan sang jenderal polisi tersebut saat mengemban amanah sebagai Wakapolda Lampung?

Berikut, wawancara eksklusif Sanca News.comdengan Brigjen Rudi Setiawan.

Awak Media : Tanggapan Bapak terkait mutasi ini, padahal baru menjabat Wakapolda Lampung dua bulan?

Brigjen Rudi: Saya baru menjabat dua bulan.

I am seriously. I am happy. Saya terima kasih.

Senang karena ini suatu kepercayaan yang diberikan kepada saya.

Sebuah great manner dari chief.

Awak Media: Apa kesan Bapak selama menjabat Wakapolda lampung?

Brigjen Rudi: Meski baru dua bulan saya cukup berkesan, apalagi saya lagi membangun kebersamaan dengan PJU sama anggota.

Tapi, saya juga sedih karena baru di sini, belum ngapa-ngapain.

Tadi Bapak Kapolda Lampung Irjen Purwadi Arianto telepon, beliau menanyakan, gimana ini kita lagi asyik-asyiknya bersama menjalankan tugas membantu beliau bidang pembinaan operasional terus kok Waka-nya diambil.

Awak Media: Masa jabatan Bapak tergolong singkat, hanya dua bulan. Apakah siap menjalankan tugas baru dan bisa beradaptasi cepat?

Brigjen Rudi: Kami ini prajurit, kami tak tahu kamu diam di sini, kemudian dipakai sana, dipakai sini, kami siap.

Intinya bahwa kami sebagai personel Polri, prajurit Polri, prajurit Bhayangkara, siap menunggu perintah.

Awak Media: Bisa Bapak ceritakan suka dan duka selama menjabat Wakapolda lampung?

Brigjen Rudi: Selama menjabat itu banyak sukanya.

Kan saya dinas di sini seperti pulang kampung, saya ketemu lagi anggota, ketemu masyarakat Lampung lagi.

Dukanya, rindu dengan kampung halaman ini belum terobati.

Awak Media : Dengan waktu yang singkat ini, bagaimana dengan program-program yang sudah Bapak jalankan?

Brigjen Rudi: Cukup banyak yang berjalan namun belum selesai.

Tapi mudah-mudahan, apa- apa yang telah diperbuat bisa diteruskan tentunnya hal-hal yang baik.

Aak Media : Jadi, apa saja program yang tidak terlaksana?

Brigjen Rudi: Wakapolda itu pembantunya Kapolda.

Kapolda masih banyak pekerjaannya, seperti pembangunan Polda baru kan harus dipersiapkan, kemudian gedung baru Polres Lampung Selatan, terus operasional pasca pemilu harus tetap dikontrol supaya tetap aman.

Narkoba juga kan kita terus, saat ini lagi minta alat (deteksi) agar memotong rantai peredaran. Semua itu sedang berjalan.

Awak Media : Dalam waktu dekat ini apakah ada program yang akan dilaksanakan sebelum serah terima jabatan?

Brigjen Rudi: Program yang akan dilaksanakan sebelum pindah itu merajut kebinnekaan dalam rangka memperingati 17 Agustus.

Rangkaian kegiatannya, pada 10 Agustus akan ada touring dari sini (Polda Lampung) ke Pringsewu, kemudian tanggal 17 Agustus kita naik Gunung Rajabasa.

Awak Media : Harapan kepada pejabat pengganti Bapak sebagai Wakapolda Lampung?

Brigjen Rudi: Harapannya bisa membatu Kapolda Lampung, kalau ada hal-hal yang bagus bisa diteruskan.

Dan, saya yakin Polda Lampung dengan adanya Wakapolda baru pasti lebih maju.

Awak Media : Jika ditempatkan di Polda Sumatra Selatan nantinya, bagaimana mengobati kerinduan pada kampung halaman?

Brigjen Rudi: Palembang itu kampung halaman saya juga. Palembang dan Lampung juga dulu jadi satu.

Awak Media : Apa pesan Bapak untuk kemajuan Provinsi Lampung?

Brigjen Rudi: Saya bangga dengan provinsi Lampung dengan gubenur barunya yang akan membesarkan Lampung, ini putra daerah.

Ini harus didukung polisi.

Makanya kami sering tanya pada pemerintah daerah apa yang bisa kami bantu.

Kalau Polri bekerja dengan baik, maka Indonesia maju dan Lampung ada di dalam Indonesia itu. (Dkn/Rmn).



Kutipan dari Tribun Lampung

Ribuan Warga Pesisir Bandar Lampung panik akibat gempa berpusat di wilayah barat daya Sumur Banten, Jumat (2/8).


LAMPUNG, SANCA NEWS.COM - Sejumlah warga di Kota Bandar Lampung mulai memadati halaman Kantor Gubernur dan Mapolda Lampung untuk mengungsi setelah merasakan getaran gempa bermagnitudo 7,4 yang berpusat di wilayah Banten.

Berdasarkan pantauan di lapangan, Kantor Pemerintahan Provinsi Lampung dan Polda Lampung, Jumat (2/8) malam, warga mulai berdatangan untuk mencari tempat yang aman karena takut terjadi tsunami.

Sebelumnya, BMKG menyatakan beberapa daerah di Lampung berstatus waspada terhadap potensi tsunami pasca gempa.

"Saya takut saja ada tsunami akibat gempa tadi, dan waspada agar keluarga juga merasa aman," kata Karsida salah seorang warga Gudang Lelang, Bandar Lampung, yang mengungsi di Kantor Gubernur Lampung.

Dia mengatakan, akan tetap bertahan di lokasi bersama anak-anaknya hingga situasi aman terkendali.

"Anak saya banyak dan masih kecil semua, ngungsi agar mereka selamat, tapi suami saya masih di rumah berjaga-jaga," kata dia.

Hal yang sama dikatakan oleh Fitri warga Sinar Laut Bandarlampung.

Dia mengatakan, sebelum mengungsi merasakan gempa yang besar. "Ya takut, kan rumah saya di atas laut, takut air naik," ujar dia.

Saat ini pihak kepolisian sedang mengatur lalu lintas di depan kantor gubernur untuk mengurai kemacetan karena warga semakin banyak yang datang ke tempat itu.

Gempa bumi berkekuatan 7,4 Skala Richter mengguncang wilayah Jawa dan Sumatra pada pukul 19.03 WIB. BMKG menyatakan peringatan dini tsunami tidak akan dicabut hingga 21.35 WIB.

Dari pantauan Sanca News.com hingga berita ini diterbitkan, dari beberapa daerah yang berpotensi tsunami tidak ada yang diterjang gelombang tinggi. 
(Sanca/Dkn).

SancaNews

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.