Latest Post

Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi dalam halal bi halal Ikatan Keluarga Luhak Tanah Datar (IKLTD), di Medan.


TANAH DATAR, SANCA NEWS.COM – Keterbatasan angggaran negara dan daerah, membuat kebutuhan masyarakat di Kabupaten Tanah Datar tidak bisa dipenuhi secara langsung. Namun, ada investasi dan bantuan dari perantau yang membantu pembangunan.

Demikian dikatakan Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi dalam halal bi halal Ikatan Keluarga Luhak Tanah Datar (IKLTD), di Medan. Acara di Gedung Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3) Medan itu, berlangsung pada Minggu (7/7).

“Peran masyarakat dan khususnya perantau sangat dirasakan manfaat dan membantu Pemda,” katab bupati.

Bupati menyebut sejumlah bantuan itu. Yakni, sentra tenun di Tigo Jangko sebagai sentra tenun terbesar di Indonesia. Kemudian, Hotel Emersia, hotel bintang 4 pertama di Tanah Datar. Lalu, Posdaya buat lansia, pembangunan pasar nagari, masjid, rumah tahfiz, bantuan beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa, bedah rumah dan masih banyak lagi.

Menurutnya, di samping DPRD sebagai mitra, Pemda juga butuh dukungan dan peranserta masyarakat serta perantau. “Kalau di daerah, saya menyampaikan laporan kepada DPRD. Kalau di rantau saya menyampaikan laporan kepada perantau tentang pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan di kampung halaman,” katanya, sebagaimana dilansir Humas di situs resmi Pemkab.

Karena bantuan itu, menurut Irdinansyah, berbagai prestasi diraih Tanah Datar, “Seperti penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha, Piala Adipura, Opini WTP, kabupaten terbaik pertama di Indonesia dalam perencanaan dan capaian pembangunan. Yang terbaru Kafilah MTQ kita mampu menjadi juara Tingkat Provinsi Sumbar ke 38,” tuturnya.

Terkait juara umum MTQ tingkat Sumbar, menurutnya, salah satu hasil dari program Kabupaten Tahfiz. “Kita mampu memutus tradisi Kota Padang selalu menjadi juara umum pada MTQ ke-38.”

Pada 2016, menurut bupati, baru ada 6 rumah tahfiz. Saat ini sudah ada 166 rumah tahfiz di Tanah Datar, “Hasilnya, dari 9 medali emas, 5 adalah hasil sumbangan pada cabang hafizh.”

Ketua Ikatan Keluarga Luhak Tanah Datar (IKLTD) Sumatera Utara Mark Yunan Sirhan mengatakan kehadiran Irdinansyah di Medan bukti perhatian pemerintah terhadap para perantau. “Itu akan menjadi motivasi dan dorongan bagi kami di rantau untuk berupaya turut berperan serta nyata membantu kampung halaman ke depan,” katanya.

Menurutnya, bila diinventarisasi, warga Tanah Datar yang merantau di Sumatra Utara. “Kegiatan hari ini kembali menjadi penyemangat bagi IKLTD untuk lebih aktif lagi,” ujarnya.



Sri Engla Deswita, sang pemilik Rendang Uniadek, berhasil mengemas rendang dalam packaging yang simpel dan menarik. Menjadikan makanan ini mudah dikirim ke mana saja dan ringan untuk dibawa.

JAKARTA, SANCA NEWS.COM -  Sejak beberapa tahun belakangan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah menjadi sebuah lapangan pekerjaan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dilansir dari liputan6.com (6/7/2018), peranan UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen.

Fakta tersebut tak terlepas dari peran pelaku UMKM yang kerap menggandeng masyarakat sekitar untuk menjalankan bisnisnya. Jadi, secara tak langsung UMKM juga memiliki andil besar dalam pemberdayaan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.

Contohnya dapat dilihat langsung dari UMKM Rendang Uniadek asal Padang. Usaha UNIADEK merupakan usaha olahan masakan khas minang yang di kemas rapi dan elegan. UNIADEK menyediakan berbagai macam menu di antaranya Rendang lokan, daging, tumbuh, jengkol, ayam crispy dan tuna kering. Kemudian terdapat juga itik lado hijau, kentang ebi krenyes, teri hot, dan balado cumi pete. Melalui usaha UNIADEK ini, Sri Engla Deswita mampu memberdayakan para perempuan di lingkungan sekitar mereka dalam menjalankan bisnisnya. Seperti apa kisahnya?

Rendang Uniadek

Kenikmatan cita rasa rendang membuat makanan asal Minang ini punya banyak penggemar. Alangkah nikmatnya bila rendang rasa Minang asli bisa dikonsumsi kapan saja secara praktis, tanpa harus repot memasaknya atau pergi ke rumah makan Padang terlebih dahulu. Nah, beruntung sekarang sudah ada Rendang Uniadek yang mewujudkan keinginan para pecinta rendang untuk bisa menikmatinya secara praktis.

Sri Engla Deswita, sang pemilik Rendang Uniadek, berhasil mengemas rendang dalam packaging yang simpel dan menarik. Menjadikan makanan ini mudah dikirim ke mana saja dan ringan untuk dibawa.

"Rendang Uni Adek itu sangat unik karena kita mengolahnya dengan penuh cinta. Diolah dari bumbu-bumbu alami yang tumbuh di Sumatera Barat, kita tidak menggunakan MSG dan pengawet. Rendangnya sudah dikemas secara unik dan elegan jadi siapa saja bisa mencicipinya, baik yang ada di wilayah sekitar atau luar negeri sekalipun. Rendang Uniadek sangat enteng untuk dibawa traveling," ujarnya, saat dihubungi liputan6.com (15/4/2019).

Keunggulan/keunikan UNIADEK antara lain UNIADEK  mempunyai cita rasa yang unik , ngangenin dan menonjolkan rasa masakan minang asli seperti nenek monyang dahulunya. Menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan tidak menggunakan bahan pengawet tanpa penyedap rasa dan rempah-rempah nya di petik atau di tanam langsung di negeri ranah minang. Dan di jamin 100 % Halal dan sudah mengantongi sertifikat halal dari LPOM MUI.

Berkat keunggulan tersebut pada tahun omset usaha UNIADEK mencapai 252 juta dalam 6 bulan pada tahun 2017 dan di tahun 2018 berhasil meningkat hingga Rp 1,9 M dalam 6 bulan. Di tahun 2019, UNIADEK pun memiliki target membuka outlet-outlet baru di Bandung, Jakarta, termasuk Bandara Soekarno Hatta.

Selain ingin memperkenalkan rendang yang praktis kepada masyarakat, Sri juga membangun UMKM Rendang Uniadek untuk memberi lapangan pekerjaan bagi para perempuan yang tinggal di sekitarnya. Dirinya melihat banyak perempuan di sekitarnya yang pengangguran dan ia ingin membantu  mereka meningkatkan perekonomian keluarganya.

"Sekarang sudah ada empat ibu-ibu yang bergabung dengan Rendang Uniadek dan membantu mengolah masakan di dapur. Ada pula satu gadis remaja yang membantu bekerja di toko," ucap Sri.
Berawal dari berjualan di garasi rumah, kini Rendang Uniadek bisa dibeli di tokonya yang berlokasi di Jl. Surau Ketek Kuning No. 64 A Tangah, Bukittinggi, Sumatera Barat. Juga secara online lewat Facebook Uniadek, Instagram @rendanguniadek, atau Shopee @rendanguniadek. Psst.. Rendang Uniadek juga menjual makanan khas Minang lainnya, lho!

Peran RKB dalam mengembangkan UNIADEK

Perkembangan usaha UNIADEK dikatakan oleh Sri Engla Deswita tidak lepas dari dukungan dari Rumah Kreasi BUMN bersama BRI. RKB BRI membantunya dalam bentuk materi pelatihan dan pelatihan tentang pengelolaan usaha dan manajemen keuangan.  Berkat pelatihan dari RKB BRI, ia bisa mendirikan outlet untuk Rendang Uniadek.

"Waktu mengikuti pelatihannya selama dua bulan, kami didukung dengan ilmu dan pengetahuan. Kami juga didatangkan guru-guru hebat. Dari awalnya kami tidak tahu tentang sistem keuangan yang rapi, cara membuat SOP yang benar, akhirnya kami tahu. Dari pertemuan pertama langsung saya praktikkan ilmunya, hingga akhirnya saat masih pelatihan terakhir RKB BRI, Uniadek meresmikan outlet pertama di Bukittinggi," ujar Sri.

Ia melanjutkan, RKB BRI juga memberinya pengetahuan tentang cara pemasaran online yang baik. Rendang Uniadek pun akhirnya bisa mendapatkan pelanggan dari daerah lain dan mancanegara.
Apabila Anda ingin mengikuti jejak Sri Engla Deswita, Anda bisa datang langsung ke kantor perwakilan RKB BRI yang ada di Padang dan Jayapura. Di Padang, lokasinya di Jl. Bgd. Aziz Chan No. 7 Kampung Jao, Padang Timur, Padang.

Wali Kota Jakarta Timur, M Anwar saat pelaksanaan Biduk di Sekertariat RW 5 Kelurahan Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (26/6/2019) 


JAKARTA, SANCA NEWS.COM – Penyebab kebakaran yang terjadi pada Sabtu (6/7) sekira pukul 04.50 WIB di RT 10/RW 07 Kelurahan Cipinang Besar Selatan hingga kini belum diketahui.
Kebakaran itu mengakibatkan 147 jiwa kehilangan tempat tinggal.

Sebab kebakaran memicu tanda tanya karena sejumlah warga mengatakan api muncul dari dua titik bagian atas rumah yang letaknya berseberangan sehingga api cepat menjalar.

Sebelum musibah terjadi, pada bulan Mei 2019 lalu warga yang bermukim di Jalan Cipinang Jaya 1 itu diwacanakan terdampak gusuran untuk akses menuju Rusunawa yang hendak dibangun.

Wali Kota Jakarta Timur M. Anwar mengaku tak mengatahui pasti rencana pengusuran karena ditangani Pemprov DKI Jakarta.

"Itu kan Dinas yang punya program, kita sifatnya hanya membantu. Sampai sejauh ini kita belum ada perintah seperti itu. Jangan ntar dipolitisir. Oh ini ntar sengaja" kata Anwar di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (7/7).

Meski mengaku tak tahu warga RT 10 bakal terdampak gusuran, Anwar membenarkan Pemprov DKI hendak membangun Rusun di belakang permukiman warga.

Dia menampik unsur kesengajaan dalam kebakaran yang membuat 90 personel Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Timur dikerahkan ke lokasi.

"Kita mau bangun Rusun di belakang bukan di sini. Jangan ada dusta di antara kita, namanya musibah mana ada sih. Orang mau membangun mempersulit warga. Enggak adalah, yang ada untuk bahagia warga," ujarnya.

Pun begitu, Anwar mengaku telah mendengar informasi api pertama muncul justru dari bagian atas satu rumah warga lalu menjalar ke rumah lainnya.

Dia menyebut Pemprov DKI masih menunggu hasil penyelidikan Unit Reskrim Polsek Jatinegara terkait pemicu si jago merah mengamuk.

"Saya bilang sama polisi tolong sidik penyebabnya apa, biar tahu. Supaya warga tenang. Oh penyebabnya ini, enggak apa. Enggak ditangkap kok. Yang penting tidak ada unsur kesengajaan," tuturnya.

Bantuan uang Rp 50 juta yang diberikan Gubernur DKI Anies Baswedan untuk pembangunan tahap awal rumah warga disebut Anwar bukti komitmen Pemprov DKI membantu warga.

Menurutnya Pemprov DKI tetap memperbolehkan warga membangun rumahnya di lokasi semula, pun letaknya di bantaran Kali Cipinang.

"Enggak masalah, warga mau pindah (ke rusun) silahkan. Enggak juga enggak masalah. Itu hak warga, enggak ada paksaan," lanjut Anwar.

Fredi (50), satu warga RT 10 yang kehilangan rumahnya merasa janggal karena api justru muncul dari bagian atap rumah warga dan titik munculnya terbagi dua lokasi.

Upaya warga memadamkan api pun tak sepenuhnya mulus karena menurut mereka api justru kian membesar ketika disiram warga menggunakan air.

"Jadi api muncul dari dua rumah. Satu di sisi kiri, satu di sisi kanan. Jarak dari rumah titik api yang di kiri sama yang di kanan itu tiga rumah. Saya juga heran bisa begitu," kata Fredi.

TribunJakarta.com telah berupaya mengonfirmasi perkembangan penyelidikan kepada Kapolsek Jatinegara Kompol Rudy, namun hingga berita ditulis upaya konfirmasi urung berhasil. (Dkn)




Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, meresmikan gedung Prodia Laboratorium cabang Panakkukang, di Jl. Boulevard, Makassar, Sabtu (6/7). Peresmian ini dihadiri Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty, Regional Head Sulawesi, Maluku dan Papua Siti Nurhidayati, Regional Marketing Manager Rudy Gondo, Branch Manager Cabang Panakukang Joko Widodo.


MAKASSAR, SANCA NEWS.COM- Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sulsel, bakal menggelar pelantikan untuk pejabat eselon II di Pemprov Sulsel.

 

Rencananya pelantikan itu digelar di Ruang Rapat Pimpinan (Rapim) Kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo, kota Makassar, Senin (8/7).

 

Menurut Plt Kepala Biro Umum,Idham Kadir mengatakan, BKD Sulsel telah mengajukan permintaan peminjaman ruang Rapim untuk digelar pelantikan. "Mungkin sekitar 9.30 wita. Pak Aslam dan Prof Rudi," ujar Idham.

 

Pelantikan akan dilakukan langsung oleh Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah. Sekedar diketahui, Aslam Patonangi adalah mantan Bupati Pinrang. Aslam diketahui masih berstatus ASN Pemprov Selsel.


Ilustrasi

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Korps Baret Merah atau Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat punya sejarah panjang dalam upaya penyelamatan negara maupun warga negara Indonesia.

Secara institusi, Kopassus punya rekam jejak mentereng di medan pertempuran. Baik mengahadapi musuh yang mengganggu kedaulatan negara maupun yang mengancam warga negara Indonesia.
Setidaknya ada empat nama jenderal TNI yang tercatat memiliki pengalaman tempur sengit saat bertugas di Kopassus

Para jenderal-jenderal TNI ini dulunya merupakan prajurit andalan Kopassus untuk menjalankan misi-misi berbahaya.

Berikut di antara sejumlah Jenderal TNI yang punya pengalaman tempur sengit di Kopassus.

1. Benny Moerdani
Ketika terjadi konfrontasi militer Indonesia-Malaysia (1964), Benny Moerdani saat itu bertugas memimpin tim kecil RPKAD (sekarang Kopassus) untuk menyusup ke Kalimantan Utara.

Aksinya yang tak kalah fenomenal adalah saat ia 'menyusup' di antara para prajurit Kopassus dan turut serta dalam operasi pembebasan pesawat Woyla di Thailand.

Tragedi pembajakan pesawat DC 9 Woyla merupakan sebagai peristiwa terorisme pertama dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

Dilansir dari buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, saat itulah Kopassus memperlihatkan kehebatannya.

Kala itu, pasukan yang diterjunkan adalah pasukan Grup 1 Koppasandha. Operasi tersebut di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen Benny Moerdani.

Adapun Letkol Infanteri Sintong Panjaitan ditunjuk menjadi pemimpin operasi di lapangan.
Pada Selasa (31/3/1981) sekitar pukul 02.30 WIB, pasukan Kopassus mulai bergerak setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Thailand.

Sekitar pukul 02.00, tim bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Komi. Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki. Saat itulah Benny Moerdani menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.

Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny Moerdani memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.

Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.

"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.' Namun pada akhirnya Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.

Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.

Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.
Ia menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.

Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.

"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny. Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.

"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor. Operasi pembebasan tersebut berjalan sukses dan menuai apresiasi dari dunia internasional.

2. AM Hendropriyono
Mantan Kepala BIN Haji Abdullah Makhmud Hendropriyono, Jenderal TNI (Purnawirawan)

Mantan Kepala BIN Jenderal TNI (Purn) Haji Abdullah Makhmud Hendropriyono
Menurut biodata yang tertera di Wikipedia, TNI (Purn) AM Hendropriyono mengawali karier militernya sebagai komandan peleton di Kopassus

Ia kemudian menjelma sebagai seorang tokoh intelijen dan militer Indonesia. Ia menjadi Kepala Badan Intelijen Negara pertama dan dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.

Selama berkarir di dunia militer, AM Hendropriyono terlibat dalam sejumlah operasi yang membesarkan namanya.

Ia pun dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989. Kala itu, Hendropriyono menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.
 
Pertempuran antara tim Kopassus yang dipimpin AM Hendropriyono pun menumbangkan Kelompok Warsidi itu.

Belakangan kasus Talangsari menjadi sorotan para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM).

Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, Hendropriyono pernah melakukan aksi heroik bertempur dengan Pasukan Gerilya Rakya Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Awalnya, pemerintah Soekarno sengaja membentuk pasukan gerilya saat konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1963-1966.

Kedua pasukan itu dilatih secara khusus oleh TNI di Surabaya, Bandung, dan Bogor.
Namun, ketika kekuasaan Indonesia berpindah tangan pada Soeharto, anak asuh TNI itu justru berbalik menjadi musuh.

Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia. Kemudian pasukan gerilya itu diminta untuk menurunkan senjata. Tapi, rupanya mereka mengabaikan permintaan itu. Mau tak mau, pihak TNI pun harus menertibkan aksi para gerilyawan itu.

Akhirnya, AM Hendropiyono bersama prajurit dari tim Sandi Yudha turun tangan bertempur di hutan rimba kawasan Kalimantan.

Sandi Yudha ini merupakan satuan intelijen tempur milik pasukan elite yang kini bernama Kopassus.
Awalnya, AM Hendropriyono berusaha keras untuk mengambil hati lawan tanpa tindakan keras. Tim Sandi Yudha ini beberapa kali berhasil mencuri simpati mereka. Satu di antaranya, dengan Wong Kee Chok, komandan PGRS. Namun, tak semua bisa diselesaikan secara baik-baik.

Pada akhirnya, tim Sandi Yudha memutuskan opsi terakhir, yakni menggunakan tindakan keras. Mulai dari penculikan dan interogasi, hingga melakukan perlawanan.

Perlawanan yang membekas diingatan AM Hendropriyono, yakni berduel dengan Hassan, yang juga komandan PGRS.

3. Prabowo Subianto
Prabowo Subianto dalam HUT ke-67 Kopassus
Prabowo Subianto dalam HUT ke-67 Kopassus
Selepas lulus dari Akademi Militer di Magelang pada tahun 1974 sebagai seorang letnan dua, Prabowo Subianto menjadi komandan operasi termuda dalam sejarah Angkatan Darat saat memimpin operasi Tim Nanggala di Timor Timur.

Kariernya melejit setelah menjabat sebagai Wakil Komandan Detasemen Penanggulangan Teror di Kopassus pada tahun 1983.

Pada tahun 1996, Prabowo diangkat sebagai sebagai Komandan Jenderal pada Korps Baret Merah tersebut.

Saat menjabat, ia memimpin operasi pembebasan sandera di Mapenduma.

Dilansir dari buku 'Sandera, 130 Hari Terperangkap di Mapenduma', kejadian ini berawal saat 26 orang peneliti yang tergabung dalam tim Ekspedisi Lorentz 95 tiba-tiba disandera oleh kelompok separatis tersebut.

Bahkan, saat itu Kopassus dan Kostrad terus memburu KKB Papua yang membawa 26 sandera selama 130 hari atau lima bulan.

Terkait penyanderaan Tim Lorentz ’96 dan bagaimana mereka diselamatkan, kisah ini juga pernah diulas secara khusus oleh majalah Intisari.

Penelitian tim Ekspedisi Lorentz 95 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996. Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.

Tim ekpedisi ini juga sudah tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang didalangi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik

Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.

Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan ALama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya. Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.

Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.

Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.

Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.

Pemerintah Indonesia segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan. Komandan Jenderal Kopassus saat itu (Mayjen TNI Prabowo Subianto) diputuskan memimpin misi penyelamatan.

Beberapa satuan TNI lainnya seperti pasukan Kostrad juga dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.
Sekitar lima bulan berlalu, misi pembebasan Tim Lorentz yang disandera oleh KKB Papua pimpinan Kelly Kwalik belum juga membuahkan hasil.

Pasukan yang dibawa Kelly Kwalik mula-mula berjumlah 50 orang, kemudian terus bertambah hingga menjadi 100 orang. Para OPM terus bersembunyi dan berpindah-pindah tempat sambil mengirimkan beberapa pesan tuntutan mereka kepada Pemerintah RI.

Tanggal 7 Mei 1996, satu kompi pasukan batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim ikut dikirim ke Timika untuk menambah kekuatan.

Setelah berbagai upaya dilakukan, Tim Kopassus dan Kostrad berhasil menuntaskan misinya pada tanggal 9 Mei 1996. Tim gabungan itu menyelamatkan para sandera kecuali 2 orang, yaitu Navy dan Matheis yang gugur di tangan para OPM.

4. Doni Monardo
Doni Monardo (kanan) saat menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi
Doni Monardo (kanan) saat menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi
Doni Monardo, yang menjadi prajurit Kopassus saat pertama kali bertugas di TNI, pernah memimpin operasi penyelamatan sandera oleh perompak Somalia tahun 2011 silam.

Kala itu tiga pasukan elite TNI dari tiga matra yakni Angkatan Darat, Udara, dan Laut bergabung dalam operasi pembebasan sandera tersebut.

Peristiwa pembajakan itu terjadi pada 16 Maret 2011. Kapal MV Sinar Kudus yang bermuatan ferro nikel dan dioperasikan PT Samudera Indonesia berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam, Belanda.
Di perairan Laut Arab, perompak Somalia membajak Kapal MV Sinar Kudus.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kemudian meminta agar dilakukan langkah untuk melindungi WNI yang disandera dan membebaskan MV Sinar Kudus melalui berbagai opsi.
Dalam pembebasan itu, dibentuklah Satgas Merah Putih.

Satuan tugas militer ini dibentuk untuk menyelamatkan awak kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak, secara militer.

Personel yang dikerahkan terdiri atas pasukan khusus dari Kopassus (Satuan 81/Penanggulangan Teror), Korps Marinir (Denjaka), dan Kopaska.

Dalam operasi itu, peran Doni Monardo pun tak bisa diabaikan.
Doni yang saat itu menjabat Wakil Komando Satuan Tugas untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus, mendapat penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat.

Saat ini berpangkat Letnan Jenderal TNI, terhitung 9 Januari 2019 mengemban amanat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (Dkn).

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.