Latest Post

Sutopo Purwo Nugroho ketika menjalani pengobatan kanker paru-paru.

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Sempat Semangati Istri SBY, Ani Yudhoyono Akhirnya Sutopo Purno Nugroho Meninggal Dunia di China.

Sebagai sesama penyintar Kanker, Sutopo Purno Nugroho sempat memberi semangat kepada istri SBY, Ani Yudhoyono.

Sutopo Purwo Nugroho yang dikenal humoris dan pekerja keras ini akhirnya meninggal dunia setelah mendapat perawatan intensif di Guangzhou, China.

Sesaat setelah istri SBY, Ani Yudhoyono meninggal dunia, Sutopo Purwo Nugroho saat ini sedang mengalami sakit kanker paru-paru yang sangat menyakitkan hingga ke tulang dan sendi-sendi.

Ucapan Menyentuh Sutopo Saat Ibu Ani Wafat 

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya mantan Ibu Negara, Ani Yudhoyono.

Melalui akun Twitter @Sutopo_PN, ia menyampaikan selamat jalan kepada Ibu Ani.

"Innaa lillahi wainnaa ilahi rajiun...Selamat jalan Ibu Ani Yudhoyono. Tuhan telah memanggilmu. Tuhan telah melepas sakit dari tubuh Ibu. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada Allah kita akan kembali. Semoga Allah mengampuni dosa menerima amal ibadah kita. Aamiin," tulis Sutopo pada pukul 12:36 WIB, Sabtu (1/6).

Tak hanya itu, pada pukul 13.11 WIB, Sutopo kembali mengunggah foto Ani dan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan kata-kata menyentuh.

Sebagai penderita kanker, Sutopo menyebut bahwa jasa Ani luar biasa untuk Indonesia.

"Kami keluarga besar penyintas kanker mengucapkan, 'Selamat jalan Ibu Ani SBY. Ibu sudah tidak sakit lagi. Allah memanggil Ibu karena Allah sayang Ibu. Ibu dipanggil di bulan Ramadhan yang penuh barokah. Jasa Ibu luar biasa untuk negeri ini. Tetaplah berbahagia di surga Ibu," tulis Sutopo.
Ani Yudhoyono meninggal dunia di National University Hospital, Singapura, Sabtu (1/6), pukul 11.50 waktu setempat.

Ani menderita kanker darah dan dirawat sejak Februari 2019. Sementara itu, Sutopo mengidap kanker paru-paru stadium 4B sejak setahun terakhir.

Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikabarkan meninggal dunia.

Sutopo Purwo Nugroho meninggal saat menjalani perwatan di salah satu rumah sakit di Guangzhou, China, Minggu (7/7/2019), pukul 02.20 waktu setempat.

Sutopo Purwo Nugroho telah divonis menderita kanker paru-paru.

Dikutip TribunStyle melalui Tribunnews kabar meninggalnya Sutopo Purno Nugroho diketahui melalui pesan WhatsApp.

"Iya, benar (informasi yang menyebutkan Bapak Sutopo meninggal dunia)," kata Kepala Subbagian Tata Usaha Pusdatinmas BNPB, Yahya Djunaid saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu.

Selain itu, akun resmi Direktorat Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengabarkan bahwa Sutopo Purno Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China.

"Telah meninggal dunia Bapak @Sutopo_PN , Minggu, 07 July 2019, sekitar pukul 02.00 waktu Guangzhou/pukul 01.00 WIB. Mohon doanya untuk beliau," tulis akun Twitter @PRB_BNPB.

Meski tidak sehat karena kanker paru-paru yang diderita, Sutopo dikenal sebagai orang yang pekerja keras.

Dalam keadaan sakit, Sutopo masih saja bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

Berikut foto-foto dan video perjuangan Sutopo saat berjuang melawan kanker paru-paru yang dilansir dari akun Instagram @sutopopurwo:

"Bukan sulap, bukan sihir. Bertahun-tahun saya botak. Puluhan shampo dan penumbuh rambut saya gunakan. Tapi rambut tak tumbuh jua. Malah rambut makin tipis.
.
Namun pasca kemoterapi rambut saya malah tumbuh. Biasanya orang dikemo rambut rontok dan botak. Saya malah tumbuh rambutnya. Tak mengalami rontok.
.
Aneh. Dokterpun juga bilang aneh. Tapi nyata. Saya mengalami sendiri. Jadi ini beneran testimoni.
.
Makanya buat para pria botak, jangan frustasi. Ada cara baru tumbuhkan rambut. Silakan ikut kemoterapi jika ingin tumbuh rambut. Hubungi rumah sakit terdekat. Ada kemo yang ditanggung BPJS lho."

"Mohon doanya saya segera sembuh dari sakit agar saya bisa terus menginfokan berbagai bencana di tanah air.

Bersyukurlah kepada Tuhan YMK atas nikmat sehat yang diberikan-Nya.

Jagalah selalu hidup sehat, berbuat kebaikan dan selalu membantu sesama agar hidup kita bermakna."
"Makin lama posisi saya saat berdiri atau berjalan makin miring.

Ternyata sesuai dengan hasil foto MRI. Tulang belakang saya sudah bengkok (skoliosis).

Bengkok disebabkan dorongan massa kanker. Rasanya sakit dan nyeri di tulang.

Makanya selalu bersyukurlah diberi nikmat sehat oleh Allah SWT.

Jangan kau rusak anggota tubuhmu dengan gaya hidup tidak sehat, makanan tidak sehat dan jarang olahraga.

Ingat, sehat itu mahal. Apalagi saat sudah menderita sakit kritis seperti saya ini.
Segala cara akan ditempuh agar sehat kembali.

Tetaplah berterima kasih pada Allah SWT karena kau telah diberi nikmat sehat."

"Orang kuat bukanlah orang yang tidak pernah menangis.

Orang kuat adalah orang yang mengakui bahwa dirinya lemah.

Menangis adalah fitrah manusia jika ditimpa musibah. Menangis juga juga untuk melepaskan segala bebam yang ada di hati kita.

Tentu yang paling baik menangis sendirian di hadapan Sang Pencipta.

Menangis dan menyesali semua kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan kepada diri sendiri maupun kepada Allah.

Jika kita melakukan ini, sesungguhnya Allah tengah menurunkan limpahan rahmat dan nikmat yang tidak terhingga untuk diri kita..
.
Apalagi menangis di saat sedang bersujud. “Dan mereka bersujud sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS Al Israa’: 109).
.
Insya Allah jika setelah menangis di hadapan Allah, hati ini rasanya akan lebih tenang dan pikiran akan lebih terbuka.

Yakinlah bahwa Allah mendengar dan melihat tangisan kita.

Allah akan memberi jalan keluar yang terbaik kepada hambanya yang mau menyesali kesalahannya dan memohon pertolongan kepada-Nya.
.
Menangislah!"

"Tulang belakang bengkok atau skoliosis yang terbentuk akibat kanker paru-paru sungguh menyakitkan.

Tulang nyeri setiap saat. Tidur pun susah. Malam rasanya sangat panjang karena tidak bisa tidur nyenyak. Hanya tidur ayam.

Akhirnya hati dan badan jadi tambah sakit dan gelisah.

Belajar senam yoga adalah salah satu ikhtiar.

Apakah yoga bisa menyembuhkan? Bagi orang sakit apapun akan ditempuh agar sembuh dan sehat. 
.
Syukurlah bagi kalian yang sehat. Sehat itu mahal. Sehat itu nikmat dan anugerah Allah yang sungguh besar.

Janganlah kau rusak tubuhmu dengan gaya hidup yang tidak sehat yang akhirnya bisa mendatangkan penyakit.
.
Selalu, jagalah kesehatanmu. Jagalah riang, gembira dan bahagia hatimu."

"Untuk kesekian kali harus menjalani CT Scan untuk mengetahui sebaran kanker di tubuh.

Selain CT scan, berbagai cara juga sudah ditempuh seperti PET scan, Bone scan, MRI, rontgen, dan lainnya. Semua adalah bagian dari ikhtiar untuk sembuh dari sakit.
.
Selain tidak nyaman. Beayanya juga mahal. Tapi itulah yang harus dilakukan.
.
Jagalah kesehatan. Apapun caranya tempuhlah untuk meraih dan mempertahankan sehat. Sehat itu mahal."

"Sakit kanker yang sudah metastase ke tulang itu sakitnya luar biasa.
Nyeri terus menerus dan di banyak sendi. Diberi morfin tidak mempan menahan sakit.
.
Alhamdulillah Ibuku masih sehat. Setiap merawatku.

Tanpa kenal kenal lelah memijit sendi-sendi yang sakit.

Meski selesai dipijit langsung sakit lagi. Mendoakankanku tanpa kenal lelah agar anaknya sembuh dari penderitaan sakit yang terus mendera anaknya. Doa ibu semoga di ijabah Allah YMK.
.
Mohon doanya semua netizen dan sahabatku semua."


Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un, Sutopo Purwo Nugroho Humas BNPB Meninggal, Ini Biografi Lengkap

Meninggalnya Sutopo Purwo Nugroho Kepala Humas BNPB pada Minggu dini hari ini 7 Juli 2019 di China, meninggalkan duka mendalam banyak pihak, termasuk kalangan pers yang dikenal dekat dengan almarhum semasa hidupnya. 

Betapa tidak? Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sempat berpamitan lewat media sosial ketika hendak berobat ke China sampai akhirnya dikabarkan meninggal dunia dalam perawatan kanker di Guangzhou, Tiongkok.

Kabar wafatnya Sutopo diinformasikan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana BNPB lewat akun Twitter-nya.

Almarhum meninggal dunia pada Minggu, 7 Juli 2019, pukul 2 dini hari waktu setempat.
Informasi ini juga disampaikan putra Sutopo, Muhammad Ivanka Rizaldi melalui akun Instagram-nya.

Sutopo meninggal dunia saat sedang menjalani pengobatan penyakit kanker yang dideritanya di Saint Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, sejak 15 Juni 2019 yang lalu.

Kanker telah menyebar ke tulang dan beberapa organ vital tubuh.

Sebelumnya, Sutopo divonis dokter telah mengidap kanker paru pada pertengahan Januari 2018. 
#SutopoMeninggal #SutopoBNPB #RIPSutopo
Sutopo Purwo Nugroho dalam kenangan 

Biografi Lengkap

Lengkapnya bernama Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU (lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 1969 – meninggal di Guangzhou, Tiongkok, 7 Juli 2019 pada umur 49 tahun) terakhir riwayat kariernya adalah seorang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB.
BNPB adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Sutopo Purwo Nugroho adalah alumni Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor.
Sutopo Purwo Nugroho bekerja di pemerintahan sebelum ia akhirnya ditempatkan di BNPB pada 2010 sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana.

Kota Kelahiran
Sutopo Purwo Nugroho lahir di Boyolali, Jawa Tengah, pada 7 Oktober 1969.
Sutopo Purwo Nugroho adalah anak pertama Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari.
SD, SMP, dan SMAnya itu ia jalani di kampung halamannya.

Ia memperoleh gelar S-1 geografi di Universitas Gadjah Mada pada 1993, dan ia menjadi lulusan terbaik di sana pada tahun itu.

Ia memeroleh gelar S2 dan S3 di bidang hidrologi di Institut Pertanian Bogor.

Menurut sebuah wawancara Sutopo nersama dengan detik.com, ia hampir menjadi profesor peneliti pada 2012 tapi dikandaskan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia karena statusnya sebagai peneliti Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) yang bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).



Dikutip dari berbagai sumber





Alta Lauren Gunawan. Polisi keturunan Indonesia yang mendapat kehormatan sebagai perempuan pertama yang menjadi anggota divisi iring-iringan motor Secret Service Amerika Serikat (AS).


WASHINGTON DC, SANCA NEWS.COM - Namanya adalah Alta Lauren Gunawan. Dia merupakan anggota Secret Service (Paspampres) Amerika Serikat (AS) Divisi Pengawalan Motor.

Dia bakal menaiki motor gede (moge) berbobot 498 kilogram, dan memastikan agenda kenegaraan Presiden Donald Trump maupun Wakil Presiden Mike Pence berjalan lancar.

Alta menorehkan prestasi tak saja sebagai perempuan pertama yang masuk ke dalam divisi elite Secret Service itu. Dia juga warga Asia-Amerika pertama yang melakukannya.

Dalam wawancara dengan NBC News pekan ini, Alta mengaku sebagai keturunan Indonesia. "Ayah saya 100 persen orang Indonesia," ujar perempuan 30 tahun itu.

Dia juga menyebut ibunya merupakan warga keturunan. "Menjadi campuran adalah sesuatu yang luar biasa. Saya bangga menjadi warga Asia-Amerika," katanya.

Alta merupakan satu dari anggota terbaru unit berisi 14 orang, dan bertanggung jawab menghentikan lalu lintas sehingga Presiden AS maupun pejabat negara lainnya bisa lewat.

Dia tumbuh di kota berpopulasi 400 Neponset, Illinois, dan merupakan satu dari tiga bersaudara. Dia mengaku mencintai motor sejak berusia 18 tahun.

Saat masih duduk di bangku kuliah, teman-temannya sudah mempunyai motor. Dia pun tidak ingin ketinggalan dan segera mengambil kursus mengendarai motor.

Segera dia mengaku jatuh cinta dengan motor. "Sensasi kebebasan yang Anda rasakan ketika menaikinya, tak bisa dibandingkan dengan hal lain," bebernya.

Adapun saat ditanya oleh CNN mengapa dia memutuskan menjadi polisi, Alta menyebut sang kakek yang disebut merupakan kepala polisi terpandang di Illinois.

Kecintaan pada motor dan adrenalin membuatnya melangkah lebih jauh dengan mendaftar ke Secret Service, badan keamanan berisi 7.000 orang agen khusus, polisi, hingga spesialis.

Alta kemudian didapuk untuk mengendalikan Harley Davidson, motor logam murni yang mempunyai bobot hingga tujuh kali dari dari berat badannya.

Dia mengisahkan pertama kali gagal di seleksi dengan tingkat kesuksesan hanya 40 persen itu. Dia tak hanya dituntut untuk piawai dalam menaiki moge itu.

Karena itu, dia belajar meliuk-liuk melewati kerucut lalu lintas, menghindari rintangan, hingga mempelajari "break and escape" dalam kecepatan tinggi.

Belum lagi bobot moge yang membuatnya terjatuh beberapa kali. Namun setiap kali terjatuh, Alta mengaku dia bakal berdiri lagi sambil tersenyum.

Setiap kali menjalani pelatihan, Alta selalu berpikir dia harus melewati rintangan itu. "Kendala ini tidak menghentikan saya untuk meneruskannya," tuturnya.

Untungnya dalam percobaan kedua, dia berhasil, dan menjadi garda pertama untuk menjamin keselamatan presiden, wakil presiden, maupun tamu negara lain.

Dia mengungkapkan menjadi bagian dari tim iring-iringan motor tak semudah kelihatannya. Sebab, mereka tidak saja dituntut untuk berkendara secara sempurna.

Namun juga harus memperhatikan para pengguna jalan dan ancaman apa saja yang bisa ditimbulkan. Karena itu, dia mengaku bangga bisa jadi bagian di dalamnya.

"Jelas merupakan sebuah kehormatan untuk menjaga presiden. Tak setiap orang mampu melakukannya. Tentu, posisi ini disertai dengan tanggung jawab dan kekuatan prima," paparnya
.
Daniel Chearney, Wakil Kepala Cabang Misi Luar Negeri berkata dia sangat kagum dan bangga dengan Alta. "Kami tak sabar melihat kiprah apalagi yang bisa ia tunjukkan," pujinya.

Sementara instruktur latihan sekaligus rekan sejawatnya Brian Popiel menerangkan setiap kali mereka bertugas, Alra selalu memberikan 120 persen kemampuan.

Lebih lanjut, Alta mengatakan dia berharap bisa menjadi inspirasi bagi gadis muda lainnya. Anda bisa meraih impian dengan kerja keras dan dedikasinya," pungkasnya. (Dkn)


Mutasi TNI - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto kembali melakukan mutasi perwira tinggi TNI 

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Gerbong mutasi di lingkut Tentara Nasional Indonesia atau TNI kembali bergulir. Selain mengisi  jabatan yang ditinggalkan karena pensiun juga ada untuk penyegaran institusi.

Mutasi terbaru TNI ini untuk tiga matra, Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Dikutip tribun-timur.com dari Tribunnews.com, sebanyak 28 perwira tinggi terdiri dari jenderal bintang satu, bintang dua dan kolonel dimutasi.

Terdiri dari 15 Perwira tinggi (Pati) TNI AD, delapan Pati TNI AL, dan lima Pati AU mendapatkan promosi dan mutasi jabatan pada Kamis (4/7).

Promosi dan mutasi jabatan itu dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/686/VII/2019 tanggal 4 Juli 2019 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Tentara Nasional Indonesia.

Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Sus Taibur Rahman mengatakan mutasi jabatan di lingkungan TNI dalam rangka memenuhi kebutuhan organisasi dan pembinaan karier Perwira Tinggi, guna mengoptimalkan tugas-tugas TNI yang semakin kompleks dan dinamis.

"Oleh karena itu, TNI melakukan upaya peningkatan kinerja melalui mutasi dan promosi jabatan personel di tingkat Perwira Tinggi (Pati) TNI," kata Rahman dalam keterangan resmi Pupsen TNI yang diterima Tribunnews.com pada Jumat (5/7).

Sebanyak 15 Pati dari TNI AD tersebut yaitu:

Mayjen TNI Darlan Harahap, S.I.P. dari Pa Sahli Tk. III Bid Banusia Panglima TNI menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun), 

Mayjen TNI Heboh Susanto dari Staf Khusus Kasad menjadi Pa Sahli Tk. III Bid Banusia Panglima TNI
Mayjen TNI dr. Ben Yura Rimba, MARS. dari Kapuskes TNI menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun), Mayjen TNI dr. Bambang Dwi Hasto, Sp.B., FInaCs., M.Si dari Kapuskesad menjadi Kapuskes TNI
Brigjen TNI Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S dari Ka Medik RSPAD GS Puskesad menjadi Kapuskesad,
Kolonel Ckm dr. Lukman Ma’ruf Sp.BS., M.Kes dari Ketua Komite Riset RSPAD GS Puskesad menjadi Ka Medik RSPAD GS Puskesad.

Brigjen TNI dr. Heru Pranata dari Waka RSPAD GS Puskesad menjadi Staf Khusus Kasad,
Kolonel Ckm dr. Albertus Budi Sulistya, Sp. THT-KL., MARS dari Koorsahli Bid Kesehatan RSPAD GS Puskesad menjadi Waka RSPAD GS Puskesad,

Brigjen TNI Ignatius Yogo Triyono, M.A. dari Danrem 171/PVT (Sorong) Kodam XVI/Cen menjadi Danrem 181/PVT (Sorong) Kodam XVII/Ksr (validasi orgas).
 Brigjen TNI I Ketut Duara S.E., M.Tr., (Han) dari Pa Sahli Tk. II Lingkungan Hidup Sahli Bid Wassus dan LH Panglima TNI menjadi Staf Khusus Panglima TNI,


Brigjen TNI Asep Wasisto dari Pa Sahli Tk. II Kumham dan Narkoba Sahli Bid. Sosbudkum HAM dan Narkoba Panglima TNI menjadi Pa Sahli Tk. II Lingkungan Hidup Sahli Bid Wassus dan LH Panglima TNI,

Kolonel Inf Sofyan Yahya Botutihe, M.B.A. dari Anjak Bid Sosial dan Budaya Nasional pada Deputi Bid. Pengkajian dan Penginderaan Setjen Wantannas menjadi Pa Sahli Tk. II Kumham dan Narkoba Sahli Bid. Sosbudkum HAM dan Narkoba Panglima TNI,

Kolonel Chb Victor Prihatino Tobing, S.M., dari Pamen Dithubad menjadi Direktur Penanggulangan dan Pemulihan Ekonomi Digital pada Deputi Bid. Penanggulangan dan Pemulihan BSSN,

 Brigjen TNI Fabian Albert Embran dari Staf Khusus Panglima TNI menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun), Mayjen TNI Wuryanto, S.Sos., M.Si dari Staf Khusus Kasad menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun).

Delapan orang Pati dari TNI AL:

Laksma TNI Angkasa Dipua, S.E., M.M dari Kadispamal menjadi Aspam Kasal,
Kolonel Laut (T) Wisnu Sumarto, S.T., M.Si. (Han) dari Paban 1/Ren Sintel TNI menjadi Kadispamal, Laksma TNI Sugiarto, S.E. dari Pati Sahli Kasal Bid. Soskumdang menjadi Staf Khusus Kasal,
Kolonel Laut (P) Hargianto, S.E., M.M., M.Si (Han) dari Paban Utama HAM Sahli Bid. Sosbudkum HAM dan Narkoba Panglima TNI menjadi Pati Sahli Kasal Bid. Soskumdang,
Laksma TNI Bambang Udoyo dari Staf Khusus Kasal menjadi Pati Mabes TNI AL (dalam rangka pensiun),

Laksma TNI Ir. Muharam Ibrahim, M.A.P. dari Staf Khusus Kasal menjadi Pati Mabes TNI AL (dalam rangka pensiun),

Laksma TNI Ika Irwanto, S.T., M.M dari Staf Khusus Kasal menjadi Pati Mabes TNI AL (dalam rangka pensiun), Laksda TNI I Nyoman Nesa dari Sahli Bid. Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman Kemenko Polhukam menjadi Pati Mabes TNI AL (meninggal dunia).

Sedangkan lima Pati dari TNI AU:

Marsma TNI Adityawarman, S.E., M.M., dari Kapusinfostrahan Bainstrahan Kemhan menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun), Marsda TNI Supriharsanto dari Staf Khusus Kasau menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun),


Marsda TNI Eko Supriyanto S.E., M.M. dari Staf Khusus Kasau menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun), Marsma TNI Dadang Hermawan, M.Sc dari Staf Khusus Kasau menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun),

Marsma TNI Drs. V. Agus S., M.Si dari Staf Khusus Kasau menjadi Pati Mabes TNI AU (dalam rangka pensiun).






JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Jaksa Agung HM Prasetyo menegaskan, tidak pernah mengintervensi anggotanya yang bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Prasetyo mengaku, hanya berpesan agar para jaksa tersebut bekerja sesuai aturan yang berlaku.
"Tanya tuh jaksa di sana (KPK) ada tidak saya komando, silakan kalian bertugas sesuai dengan yang baik dan yang benar," ujar Prasetyo saat ditemui di Kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Jumat (5/7).

Hal itu ia sampaikan terkait desakan yang muncul agar perwira Polri dan jaksa yang mendaftarkan diri menjadi calon pimpinan KPK periode 2019-2023 untuk mundur dari institusinya.

Menurut dia, pengunduran diri tidak perlu dilakukan selama tidak ada aturan yang mengharuskan kandidat capim KPK untuk mundur dari institusi asal.

"Ngga usah mundur, kenapa harus mundur. Kalau ada aturan yang mengatur seperti itu harus mundur, ya mundur, kalau enggak, ya tidak perlu mundur," katanya.

Malah sebaliknya, Prasetyo mengaku menginginkan anggotanya tetap bertugas di KPK demi terus mendukung lembaga tersebut.

"Ketika mereka nampaknya ingin pulang ke rumahnya sendiri memang sudah cukup tugas di sana, saya katakan jangan. Tetap tugas di situ untuk mendukung keberhasilan KPK, lembaga antirasuah kita," kata dia.

Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak perwira Polri dan jaksa yang mendaftarkan diri menjadi calon pimpinan KPK untuk mundur dari institusinya.

"Bagi pihak-pihak yang mendaftarkan sebagai calon pimpinan KPK yang berasal dari institusi tertentu, yang bersangkutan seharusnya mundur terlebih dahulu dari institusinya, baru mendaftar sebagai calon pimpinan KPK," ujar peneliti ICW Kurnia Ramadhana saat dijumpai di KPK, Kamis (4/7).

Ada dua risiko apabila personel Polri atau jaksa tidak mundur terlebih dahulu sebelum mendaftarkan diri. Pertama, yakni soal loyalitas ganda.

Kedua, ICW khawatir personel Polri dan jaksa itu menerapkan standar ganda saat menangani kasus korupsi yang melibatkan institusi asalnya. (Dkn)

Ketua Panitia Seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2023 Yenti Ganarsih (kedua kiri) bersama Wakil Ketua Pansel KPK lainnya usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (17/6/19). Presiden berharap Pansel KPK menghasilkan calon pimpinan KPK dengan kemampuan managerial dan menguasai dinamika pemberantasan korupsi.

JAKARTA, SANCA NEWS.COM - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, Panitia Seleksi (Pansel) Capim KPK harus bekerja keras agar mampu melahirkan pimpinan atau komisioner KPK yang mampu mengkonsolidasikan dan menjadikan lembaga antirasuah itu tidak tebang pilih, dalam memberantas korupsi.

Selain itu, komisioner KPK yang baru harus mampu membongkar kasus-kasus korupsi besar dan bukan kasus korupsi ecek-ecek dengan pencitraan yang besar," kata Neta kepada awak media, Sabtu (6/7).

IPW, katanya, memberi catatan ini mengingat banyaknya anggota Polri dan jaksa yang ikt dalam seleksi Capim KPK. Serta banyaknya pihak-pihak yang memprotes keikutsertaan polisi dan jaksa itu.

Dalam segala hal, kata Neta S Pane, kita harus merujuk pada UU atau ketentuan yang ada agar tidak salah kaprah. Jika tidak ada UU yang melarang calon dari Polri maupun jaksa dan karyawan KPK untuk ikut seleksi capim KPK, kata Neta S Pane, tentunya siapa pun tidak berhak untuk melarang. 

Jika ada pihak-pihak yang melarang, menurut Neta S Pane, justru pihak tersebut ngawur dan tidak paham dengan UU.

Atau ada ketakutan tersendiri atas keberadaan capim tersebut. Sebaiknya semua dibiarkan ikut seleksi. Hanya memang jika polisi dan jaksa ikutan dan terpilih menjadi pimpinan KPK muncul tanda tanya.

"Buat apa ada KPK, kenapa tidak tipikor Polri dan kejaksaan saja yang diperkuat," kata Neta.

Neta S Pane mengatakan, bubarkan saja KPK yang ujung-ujungnya hanya sebuah kesia-siaan dan ekonomi biaya tinggi, dengan hasil kinerja yang belum tentu maksimal.

Tapi, karena tidak ada UU yang melarang ya sudah biarkan saja. Sampai DPR atau pemerintah membuat UU yang baru.

Namun Neta berharap banyak dari Pansel, karena merekalah yg harus bekerja keras untuk melakukan seleksi terhadap para capim.

Ditangan pansel lah sesungguhnya masa depan KPK berada. Di tangan pansellah nasib pemberantasan korupsi di negeri ini akan seperti apa ke depannya.

Untuk itu, IPW berharap pansel membuat kesepakatan bahwa petahana pimpinan KPK yang ikut lagi dalam seleksi sebaiknya dicoret atau tidak diloloskan untuk periode kedua.

Alasannya, kata NetaS Pane:

Pertama, belum pernah ada sejarahnya pimpinan KPK menjabat dua periode.

Kedua, dalam periode sebelumnya mereka bisa dianggap gagal karena terjadi perseteruan atau konflik yang tajam di jajaran penyidik KPK.

Selain itu, kata dia, pimpinan KPK tersebut membiarkan terjadinya politisasi KPK sehingga menjelang Pilpres 2019 hanya elit partai pendukung 01 saja yg diciduk dalam OTT.

Selain itu juga, jajaran pimpinan KPK tersebut tidak berani menuntaskan kasus korupsi yang diduga melibatkan RJ Lino, Emirsyah Sattar mantan Dirut Garuda dan Syamsul Nursalim serta Itji Nursalim yang sudah menjadi tersangka.

KPK periode ini, kata dia, hanya berani bermain-main di lingkaran bawah dengan OTT, sebagai pencitraan pemberantasan korupsi.

Jika mereka sudah gagal kenapa harus dua periode. Sebaiknya mereka dicoret dan tidak diloloskan.
Ke depan, kata Neta S Pane, Pansel harus mampu melahirkan komisioner dengan tiga target.

Pertama, katanya komisioner KPK yang mampu memberantas korupsi besar tanpa pencitraan.

Kedua, komisioner KPK yang malu memberantas korupsi ecek-ecek dengan pencitraan OTT yang seolah olah besar.

Ketiga, komisioner KPK yang mampu membersihkan institusi KPK dari kriminal atau pelanggar hukum yang kebal hukum dan tidak patuh proses hukum. (Dkn).



sumber : Tribun

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.